Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

[KC] "Love You, Ma!"

2 Oktober 2015   08:12 Diperbarui: 2 Oktober 2015   10:21 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gambar bikin sendiri "][/caption]

Peserta No. 38

Telah lama Rani memendam keinginan untuk membuka sebuah kotak sepatu berwarna hitam, yang tersimpan rapi di rak bawah dalam lemari buku Adrian, suaminya. Namun keinginan itu selalu berhasil diredam manakala Ia ingat janjinya kepada Adrian untuk tidak membuka kotak hitam itu sejak awal mereka menikah.

Kini, di usia ke tiga belas tahun pernikahannnya, janji untuk tidak membuka kotak sepatu berwarna hitam tak lagi dapat meredam rasa penasaran Rani, setelah tanpa sengaja Rani membaca sepenggal pesan yang tidak terhapus di facebook suaminya untuk seseorang bernama Lintang.

Sampai saat ini aku masih menyimpan semua milikmu di rumah, karena aku tidak pernah bisa melupakanmu

“Siapa Lintang? Pemilik isi kotak hitam itukah? Mantan mas Adrian? Mereka berhubungan lagi sekarang?” satu persatu prasangka mulai menghantui pikiran Rani, memuncak hingga mendesak akal Rani untuk mengingkari janji yang selama ini dijaganya.

Dengan berbalut rasa marah sekaligus takut, Rani mengambil kunci lemari Adrian, dan segera membukanya.

Pintu lemari terbuka, kotak hitam masih tersimpan rapi di dalam sudut sana. Perlahan ditariknya keluar, dan dengan selembar tisu, dibersihkannya debu yang menutupi semua permukaan kotak.

Kedua telapak tangan Rani sudah berada di posisi siap untuk membuka tutup kotak, namun tiba-tiba ragu mulai menghantui hatinya. “Benarkah aku harus melanggar janji yang sudah kujaga tiga belas tahun lamanya?” tanya hatinya.

Ditariknya nafas dalam-dalam, kemudian dihembuskannya kembali perlahan, begitu seterusnya hingga hatinya tenang.

“Maafkan mama, pa” bisiknya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun