Hari ini adalah hari terakhir sulung saya mengikuti kegiatan masa orientasi siswa (MOS), sehubungan dengan kenaikan jenjang sekolahnya dari SMP ke SMU.Â
Sejak tanggal 22 Juli 2015, siswa baru SMU sekolah sulung saya ini sudah diharuskan masuk sekolah guna mendapatkan perbekalan informasi untuk kegiatan MOS keesokan harinya hingga tanggal 25 Juli 2015 ini.
Karena masih bersekolah di Sekolah yang sama, jadi tidak begitu banyak adaptasi yang harus sulung saya lakukan, teman-teman bermainnya masih sama dengan teman saat SMP dan mereka pun masih menggunakan rumah saya sebagai tempat berkumpul.
Hari pertama MOS mereka diwajibkan membuat tanda pengenal yang harus dibuat sendiri, dengan karton sesuai warna kelompok, disertai foto diri yang sedang berpose alay, ditambah dengan tulisan yang berisi nama dan sebuah kata yang menggambarkan diri mereka.
Meskipun dibuat untuk pribadi, mereka tetap mengerjakan bersama-sama bahkan untuk mendapatkan foto, mereka secara bergantian berpose alay dan dicetak sekaligus lalu digunting dan ditempel dimasing-masing tanda pengenal.
Selain tanda pengenal mereka juga mendapat instruksi membawa bekal makanan dan minuman dengan keterangan sebagai berikut :
Hari Pertama : Padi Bayclin, JKT 48, Bantal Kertas, T2, Kakek Jawa
Hari Kedua : Padi Kedelai hitam, Kenyal Berdaging, Pocong Ijo, Mentari Goreng, Pejuang Ulet
Hari Ketiga : Padi Kelapa, Snack Berotot, Cici sunda digulain.
Untuk urusan bekal makanan dan minuman ini tentu mereka harus melibatkan ibunya, dan sebagai orang tua membaca instruksi tersebut sempat tertawa geli, kok panitia MOS ini kreatif juga, tidak menyusahkan tetapi cukup membuat adik-adik kelasnya berpikir makanan dan minuman apa yang dimaksud.
Tidak ada hukuman
Hari pertama MOS, saat pulang sekolah, saya pun bertanya kepada sulung saya, bagaimana MOSnya, ada yang salah bawa bekal gak?
Dari yang diceritakan sulung saya, tidak ada kegiatan yang membuat mereka dipermalukan, kesal atau marah, bahkan ketika ada yang salah membawa bekal pun, tidak ada hukuman yang diberikan, karena poin terpentingnya anak-anak membawa bekal makanan dan minuman.
Kegiatan MOS lebih banyak kepada memberi pengenalan siswa terutama siswa baru yang masuk di sekolah tersebut, mengenai Yayasan, mengenai sekolah, OSIS, Guru, kegiatan ekstrakulikuler dan lain sebagainya.
Selain itu, pihak sekolah mendatangkan alumni serta beberapa orang yang berasal dari perguruan tinggi untuk membagikan kisah inspiratif atau berbagi pengalaman mengenai dunia kuliah, kerja bahkan cara mendapatkan beasiswa, dengan tujuan mulai menggali minat anak-anak untuk ke depan.
Pengawasan Sekolah.
Kegiatan MOS untuk SMU ini memang berbeda saat masuk SMP dulu. Kegiatan MOS SMU melibatkan OSIS sebagai panitia yang membantu mengawasi dan mengkoordinir adik-adik kelas barunya, namun sekolah mengawasi dan memastikan tidak ada tindak kekerasan selama kegiatan berlansung.
Melihat kegiatan yang dilakukan di sekolah sulung saya ini, maka saya melihat tidak perlu ada kekhawatiran ataupun pandangan negatif terhadap kegiatan MOS.
Karena MOS saat ini bukan menjadi ajang balas dendam kakak kelas mengerjai adik kelasnya, bukan menjadi ajang perpeloncoan ataupun momen melakukan kekerasan dan menerapkan hukuman.
Sebagai orang tua, bila dulu pernah mengalami perpeloncoan atau masa-mas buruk saat Ospek, sebaiknya tidak perlu menceritakan maupun menakut-nakuti anak-anak kita.
Karena saat ini MOS tidak lagi seperti masa-masa yang lalu. Sebaiknya berikan dukungan apa saja yang mereka butuhkan dan mendengar kisah mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H