Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nangkring BKKBN : Revolusi Mental Dimulai dari Membangun Keluarga Berkualitas

10 Juli 2015   21:07 Diperbarui: 10 Juli 2015   21:07 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Nangkring Kompasian BKKBN (dokumen pribadi)"][/caption]

Gagal dalam berencana berarti sedang merencanakan kegagalan, demikian kalimat paling berkesan yang saya tangkap dari penjelasan yang disampaikan oleh Bapak dr. Abidinsyah Siregar, Deputi Bidang Advokasi, Pergerakan dan Informasi (Adpin) BKKBN Pusat, saat acara Kompasiana Nangkring bersama BKKBN, yang dilaksanakan pada 8 Juli 2015, di Hotel Santika, Teras Kota, Tangerang Selatan, yang tahun ini menjadi tuan rumah diselenggarakannya Hari Keluarga Nasional (Harganas).

Hadir pula dalam acara Nangkring Kompasiana bersama BKKBN, Ibu Airin Rachmi Diany, selaku Walikota Tangerang Selatan yang menyampaikan kesiapan kota Tangerang Selatan menjadi tuan rumah peringatan Harganas 2015 yang rencananya akan dihadiri oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo. Selain memberitahukan rangkaian jadwal kegiatan acara peringatan Harganas 2015, yang akan berlangsung dari tanggal 28 Juli 2015 – 1 Agustus 2015, Ibu Airin juga menyampaikan program kerja yang sudah dilakukan oleh kota Tangerang Selatan sehubungan dengan kegiatan kependudukan dan keluarga berencana, seperti sosialisasi mengenai pentingnya perencanaan dalam upaya membentuk keluarga berkualitas, turun langsung ke lapangan melakukan penyuluhan BKB (Bina Keluarga Balita) maupun menyampaikan dampak negatif dari pernikahan dini serta rutin melakukan kegiatan Pos KB dan Posyandu di wilayah Tangerang Selatan.

Selain Ibu Airin dan Bapak Abidin, narasumber lain yang hadir adalah Bapak Suyono Hadinoto, Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN, yang mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai wujud revolusi mental.

BKKBN mengundang Kompasianer untuk menjadi mitra dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai peringatan Hari Keluarga Nasional 2015 yang merupakan momentum untuk mengingatkan pentingnya membangun keluarga berkualitas dalam upaya membangun karakter bangsa mewujudkan Indonesia sejahtera.

Daya Tampung, Daya Dukung dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penjelasannya, Bapak Abidin mengingatkan kita mengenai latar belakang dilaksanakannya program keluarga berencana pada tahun 1970 di Indonesia, yaitu dimana pemerintah saat itu melihat angka perkembangan penduduk sangat tinggi sehingga merasa perlu dilakukan upaya pengendalian jumlah penduduk, agar sesuai dengan daya tampung dan daya dukung yang dimiliki.

Daya tampung berkaitan erat dengan kenyamanan dan keleluasan masyarakat yang tinggal di suatu wilayah, bila jumlah penduduk mebihi kapasitas maka akan berdampak pada kehidupan sosial dan kondisi lingkungan masyarakat.

Selain daya tampung, daya dukung menjadi hal penting yang diperhatikan pemerintah agar masyarakat dapat tercukupi kebutuhannya, baik kebutuhan akan air, kebutuhan energi, kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.

Pengendalian jumlah penduduk juga berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Bila laju pertumbuhan penduduk melebihi laju pertumbuhan ekomomi maka akan berdampak pada besarnya tingkat kemiskinan masyarakat.

Sejak dicanangkan hingga tahun 2010, program keluarga berencana berhasil mencegah angka kelahiran hingga 100 juta, dan keberhasilan ini berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.

[caption caption="capture materi Nangkring bkkbn (dok pri)"]

[/caption]

Keluarga Berkualitas

Selain untuk pengendalian jumlah penduduk, progam keluarga berencana bertujuan untuk menghasilkan keluarga berkualitas. Keluarga berkualitas berarti keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah secara hukum, norma dan agama, bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Seperti halnya membangun sebuah rumah, untuk menciptakan sebuah keluarga berkualitas dibutuhkan perencanaan, yaitu meliputi perencanaan usia pernikahan yang sesuai, perencanaan kelahiran anak pertama, perencanaan jarak kelahiran dan perencanaan pola pengasuhan dan perawatan anak agar semua kebutuhan mendasarnya terpenuhi, baik fisik maupun non fisik.

Seperti yang dijelaskan oleh Pak Suyono, rendahnya human security sekarang ini adalah dampak dari kondisi keluarga yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Anak-anak jalanan, begal, pecandu narkoba kebanyakan berasal dari kegagalan keluarga menjalankan fungsinya dan berakibat pada rendahnya tingkat ketahanan keluarga,

Fungsi keluarga meliputi :

  • Fungsi keagamaan dimana orang tua menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam beribadah dan kehidupan sehari-hari
  • Fungsi sosial budaya, dimana orang tua menjadi contoh dalam berprilaku sosial
  • Fungsi cinta kasih, orang tua berkewajiban memberikan cinta kasih kepada anak dan anggota keluarga lain, sehingga dapat menjadi wadah utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih
  • Fungsi Perlindungan, anak-anak merasa nyaman di rumah karena orang tua menumbuhkan rasa aman, nyaman dan kehangatan di rumah.
  • Fungsi Reproduksi, orang tua sepakat untuk mengatur jumlah anak serta jarak kelahiran, dan menjaga anak-anaknya terutama remaja untuk menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas dan kehamilan di luar nikah
  • Fungsi Sosial dan Pendidikan, orang tua mampu mendorong anak-anaknya untuk bersosialisasi dengan lingkungannya serta mengenyam pendidikan untuk masa depannya
  • Fungsi Ekonomi, orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
  • Fungsi Lingkungan, orang tua mengajarkan anak untuk menjaga dan memelihara lingkungannya.

Bonus Demografi, Remaja dan Lansia

Diperkirakan pada rentang waktu 2020-2035, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana angka beban ketergantungan antara penduduk usia produktif dengan usia tidak produktif mengalami penurunan sehingga mencapai angka dibawah 50. Bonus demografi dapat menjadi keuntungan besar bagi negara kita namun juga dapat menjadi ‘bencana’ bila tidak dapat dilengkapi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena penduduk usia produktif tersebut akan jadi pengangguran dan dapat menimbulkan dampak buruk bagi dari sisi keamanan, ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Untuk menghindari terjadinya bencana, maka diperlukan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Salah satu sasaran untuk peningkatan SDM saat ini adalah remaja, karena remaja saat ini akan menjadi ujung tombak untuk menghadapi bonus demografi.

Selain itu, remaja menjadi fokus perhatian agar ke depan remaja-remaja ini dapat membangun keluarga yang berkualitas. Salah satu program untuk mereka yaitu Program generasi berencana (GenRe), yang diharapkan dapat membantu remaja melewati masa transisi dengan baik dan dapat merencanakan kehidupan berkeluarga dengan sebaik-baiknya pula.

Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbesar, dan UU No.13 tahun 1998 menyebutkan agar golongan nonproduktif ini tidak menjadi beban pembangunan maka diperlukan adanya pemberdayaan penduduk lansia tidak potensial menjadi potensial. Salah satu program yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok lansia ini adalah Bina Keluarga Lansia. Dengan memiliki lansia potensial maka diharapkan kita tetap dapat menikmati keuntungan meskipun sudah melewati masa bonus demografi.

Teknologi Informasi dan Peran Blogger

Untuk mengingatkan kembali masyarakat akan pentingnya keluarga berencana dan pembangunan keluarga berkualitas, maka di era kemajuan teknologi dan informasi ini, sangat diperlukan peran blogger untuk aktif menulis topik-topik yang berhubungan dengan keluarga berencana dan pembangunan keluarga berkualitas.

Segmen masyarakat yang dapat dijangkau tentunya masyarakat pengguna internet dan 50% pengguna internet di dunia adalah remaja, sehingga perlu kreatifitas dari blogger untuk dapat menulis artikel yang dapat diterima sesuai segmen masyarakat, karena artikel yang dapat menarik perhatian para orang tua untuk membaca, tentu berbeda dengan artikel yang dapat menarik para remaja.

Pembangunan Keluarga Berkualitas dan Revolusi Mental

Menjadi bangsa yang besar, sejahtera, berketahanan dan berkarakter tentu menjadi tujuan kita semua, dan untuk mewujudkannya perlu dilakukan revolusi mental dari segenap elemen bangsa ini. Mewujudkan revolusi mental dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan keluarga berkualitas dan berketahanan menjadi pondasi  untuk membangun bangsa yang sejahtera, berkarakter dan berketahanan.

Mari kita sukseskan peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2015 sehingga dapat menjadi momentum untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya membangun keluarga berkualitas dalam upaya membangun karakter bangsa mewujudkan Indonesia sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun