[caption id="attachment_361587" align="aligncenter" width="624" caption="sumber : kompas.com"][/caption]
Dua tahun lalu, saya pernah membahas di Kompasiana mengenaimucikari berstatus ibu rumah tangga yang menjual remaja /abg (anak baru gede) melalui facebook.Mucikari ini berusia 19 tahun dan korbannya anak-anak SMP dan SLTA. Cara bertransaksi dengan memasang foto-foto abg ini dan mengenakan tarif 850 ribu – 1.5 juta rupiah.
Saat ini, munculnya berita mengenai peristiwa terbunuhnyaDeudeuh Aflisahrin alias Tataa Chubby, membuka kembali ingatan saya pada tulisan mengenai penjualan abg melalui media sosial diatas. Kasusnya memang sedikit berbeda, karena yang terdahulu abg ini dijual oleh perantara namun pada kasus ini yang bersangkutan mempromosikan dirinya sendiri.
Menelurusi twitter milik korban memberikan sedikit pengetahuan kepada kita mengenai dunia bisyar (bisa dibayar) atau bispak (bisa dipakai). Umumnya mereka menggunakan akun alter (akun samaran) dan memasang foto-foto dengan pose menarik bagi peminatnya.
Seperti tulisan saya terdahulu, dunia bisyar bukan hanya terdiri dari para gadis penjaja cinta tetapi juga laki-laki yang dibayar untuk memenuhi nafsu para kaum gay. Tujuan mereka tentu sama yaitu mendapatkan uang dengan cara yang mudah.
Saya sempat membaca isi salah satu akun bisyar yang menyebut bahwa seharusnya masyarakat mengerti bahwa mereka menjadi bisyar untuk memenuhi kebutuhan dan kebutuhan orang-orang yang mereka sayangi.
Mencukupi kebutuhan mungkin menjadi tujuan awal mereka terjun ke dunia seperti itu, namun setelah itu mereka terjebak pada satu gaya hidup mewah yang tentunya membutuhkan uang yang banyak untuk memenuhinya. Bisa kita lihat pada gadget yang dimiliki korban, semua bermerk mahal, bukan hanya satu tetapi cukup banyak. Belum lagi untuk menjaga gensi bila mereka berteman dengan kalangan atas. Sekali sudah terjun kedunia yang mudah untuk mendapatkan uang, tentu akan sulit melepaskan diri, sehingga mereka akan berupaya untuk mencari pelanggan atau pengguna jasa sebanyak-banyaknya guna mendapatkan hasil yang banyak pula.
Media sosial memang sarana yang ampuh untuk mempromosikan barang atau jasa, karena saat ini internet sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Banyak yang berhasil menjual barang atau jasa melalui media sosial, bahkan untuk kampanye pun para calon anggota legeslatif menggunakan media sosial.Karena belum ada larangan atau batasan penggunaannya sehingga tidak dapat dihindari bila media sosial ini juga pada akhirnya dijadikan media promosi untuk kegiatan prostitusi online.
Sesuai hukum pasar, barang tersedia dipasar karena adanya permintaan, semakin banyak permintaan maka semakin banyak barang tersedia. Banyaknya kita temukan akun-akun media sosial yang berkaitan dengan dunia prostitusi tentu karena mereka menganggap media sosial banyak digunakan pengguna jasa pekerja seks komersial mencari sesuai keiinginannya.
Melihat banyaknya akun-akun bisyar yang juga banyak memasang foto-foto vulgar tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua bahwa anaknya akan mengakses akun-akun tersebut, namun untuk membatasi munculnya akun-akun alter seperti ini pun tentu tidaklah mudah, memblokir satu akun tentu akan muncul pula akun yang lain, karena saat ini untuk membuat sebuah akun media sosial sangatlah mudah.
Lalu, apa yang harus dilakukan ?
- Untuk membentengi anak agar tidak terjun ke dunia seperti ini tentu harus berawal dari keluarga, membiasakan gaya hidup sederhana meskipun secara materi orang tua mampu untuk memenuhi gaya hidup mewah.
- Membiasakan untuk tidak selalu menuruti keinginan, mengajarkan untuk mampu membedakan kebutuhan dan keinginan . Mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki.
- Menerangkan prilaku mana yang baik dan tidak baik serta menjelaskan apa saja akibatnya
- Mengawasi pergaulan bukan hanya sekedar melarang, karena larangan kerap kali membuat anak penasaran untuk mencobanya.
- Bantu anak untuk dapat membentengi diri sendiri dari pengaruh luar karena kemampuan menolak dari dalam diri sendiri menjadi point penting melindungi anak dari hal-hal yang tidak baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H