Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pulau Tidung, Potensi Wisata Penuh Sampah dan Infrastruktur Seadanya

1 Agustus 2014   04:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:44 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_317373" align="aligncenter" width="300" caption="Jembatan cinta Pulau Tidung dan pinggir pantai yang dipenuhi sampah (dok Pri)"][/caption]

Pernah ke Pulau Tidung ? penasaran ingin ke sana?

Libur lebaran tahun ini, untuk menghindari kemacetan, kami hanya merencanakan berlibur di Jakarta dengan menginap di salah satu hotel kawasan Ancol dan berencana pada hari kedua lebaran akan menuju Marina tempat dimana dermaga kapal yang membawa kami ke kepulauan seribu berlabuh.

Ada beberapa pulau tujuan wisata di sana dan dengan tarif yang berbeda-beda, tergantung jauhnya pulau yang dituju.

Sebelum memutuskan hendak ke pulau mana, kami sempat bertanya pulau mana yang bagus untuk dituju selain pulau Untung Jawa dan pulau Bidadari karena kami pernah kesana. Ada dua pulau pilihan yaitu Pulau Ayer dan Pulau Tidung, namun pilihan jatuh ke pulau Tidung karena nama Pulau ini lebih terkenal dan menurut penjaga Dermaga pulau ini bagus dan bersih.

Melihat gambar pantai Pulau Tidung ini di internet, yang terbayang saat itu bahwa pulau ini bagus seperti pantai di Bali dengan sarana prasarana yang bagus pula. Dengan menempuh perjalanan selama 90 menit dengan speedboat, kami pun tiba di Pulau Tidung.

Setibanya di Dermaga Pulau Tidung, saya sempat terdiam karena yang saya lihat sama sekali jauh dengan apa yang saya banyangkan. Turun dari kapal yang kami jumpai adalah pemukiman penduduk dengan jalan yang lebarnya kurang lebih 2 meter saja. Untuk menuju ke lokasi pantai, tranportasi yang ada hanya sepeda dengan ongkos sewa Rp. 20.000 atau dengan Bentor (becak yang dimodifikasi dengan motor). Dengan sempitnya jalan bisa dibayangkan betapa semearawutnya jalan karena pada hari itu banyak sekali wisatawan yang berlibur ke sana.

[caption id="attachment_317374" align="aligncenter" width="300" caption="hanya Sepeda dan Bentor transportasi yang ada di pulau Tidung (dok pri)"]

1406815763986768237
1406815763986768237
[/caption]


Tiba di lokasi pantai, lagi-lagi saya kecewa karena apa yang saya lihat tidak seperti apa yang saya bayangkan.Pulau yang tersohor dengan keindahan lautnya dan kebersihan airnya hampir semua daerahnya di kotori sampah. Hanya sedikit tempat sampah yang tersedia di pulau ini, bahkan di area tempat makan pun sangat sedikit tempat sampah yang tersedia, sehingga banyak sampau berserakan di area penjualan makanan disana.

Di daerah pantai pun demikan, pinggir pantai di kotori oleh sampah yang mungkin dibawa oleh air laut ditambah dengan sampah dari pengunjung disana, juga dikotori oleh banyak daun-daun kering. HahHanyahaa

Hanya ada satu petugas kebersihan yang tampak disana, dan penasaran saya hampiri untuk bertanya. Menurut bapak petugas kebersihan, Ia adalah satu-satunya petugas yang berkerja untuk membersihkan seluruh area pantai, alasannya semua petugas yang lain berhenti karena gajinya yang kecil. Saat saya tanya apakah bapak itu termasuk pegawai kebersihan DKI, ternyata tidak, uang gajinya hanya berasal dari pemilik-pemilik usaha wisata air dan penginapan yang ada disana.

[caption id="attachment_317375" align="aligncenter" width="300" caption="sampah yang bertebaran di sekitar pantai (dokpri)"]

14068159731192511420
14068159731192511420
[/caption]

Untuk penginapan, jangan bayangkan penginapan disana seperti hotel atau vila di Anyer atau carita, di pulau ini, rumah penduduklah yang disulap menjadi penginapan. Dengan jarak tempuh yang cukup lama, dan jadwal kapal yang terbatas apalagi saat hendak kembali ke Ancol, ombak yang pasang cukup membuat perjalanan berisiko, sehingga sebaiknya tidak membawa balita ke sini.

Mengingat banyaknya wisatawan bahkan ada yang dari luar, alangkah baiknya bila Pulau ini segera menjadi perhatian pemerintah DKI Jakarta, terutama untuk pengelolaan sampah, perbaikan infrastruktur dan transportasi yang aman, karena sepeda yang disewakan ini pun tidak semuanya terawat, ada yang remnya blong hingga ada yang jatuh menabrak bentor kami. Selain itu, perlu juga membenahi dermaga yang menjadi tempat kedatangan kapal, karena kursi yang ada disana sudah tidak layak digunakan, rumput yang tidak terawatt dan lagi-lagi sampah berserakan dimana-mana.

[caption id="attachment_317377" align="aligncenter" width="300" caption="kondisi tempat duduk untuk menunggu kapal (dokpri)"]

1406816177510915309
1406816177510915309
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun