[caption id="attachment_325764" align="aligncenter" width="300" caption="screen shoot twitter"][/caption]
Hari ini hastag #ShameOnYouSBY menjadi trending topic nomorsatu di twitter, hal ini merupakan wujud kekecewaan masyarakat terutama pengguna twitter terhadap aksi walk out (WO) anggota Fraksi Partai Demokrat dalam sidang paripurna semalam.
Kenapa kekecewaan dilampiaskan kepada SBY? Jawabannya tentu karena SBY saat ini menjabat sebagai ketua umum partai Demokrat, selain sebagai Presiden.
Bila sejak awal partai Demokrat tetap tidak mengubah keputusan dari setuju dengan Pilkada melalui DPRD, menjadi setuju pilkada langsung dengan 10 syarat, mungkin pagi dini hari rakyat yang mendukung pilkada langsung tidak akan melampiaskan kekecewaannya kepada orang nomor satu negeri ini.
Inti utama kekecewaan rakyat pendukung Pilkada langsung dikarenakan merasa dipermainkan atau istilah anak muda sekarang diberi harapan palsu.
Seperti saya, mungkin para pendukung pilkada langsung memiliki harapan baru saat SBY menyampaikan mendukung pilkada langsung dengan berbagai syarat perbaikan dan kemudian diwujudkan dalam wacana menjadi pilihan ke-3, dan ketiga partai pendukung pilkada langsung pun sudah ikut mendukung 10 syarat perbaikan yang diajukan partai Demokrat. Namun di akhir keputusan mereka melakukan aksi WO alias cuci tangan dan seolah-olah ingin menunjukkan, “Ini loh kami, sudah mau dukung pilkada langsung yang benar, tapi tidak ada yang mau menerima, jadi jangan salahin kami ya.”
Tadi pagi saya membaca judul berita di media online bahwa Pak SBY meminta agar mengusut siapa dalang WO dari partainya. Artinya ada kemungkinan aksi yang dilakukan anggota Fraksi partai Demokrat tanpa persetujuan dan tanpa sepengetahuan Pak SBY yang saat ini sedang melakukan tugas Negara di luar negeri.
Sungguh disayangkan 10 tahun perjuangannya untuk membawa perbaikan bangsa, dengan pelbagai polemik politik yang dihadapi, harus tercoreng hanya karena keputusan dan tindakan anggota partainya dan hal ini sekaligus gagal membawanya menjadi Bapak Demokrasi Indonesia.
Selama ini, saya menilai Pak SBY termasuk tokoh yang mendengar suara rakyat dan memiliki hati kepada rakyat, prestasi 10 tahun memimpin pun sudah banyak tercatat, dan kebijakan yang dibuat pun banyak yang pro kepada rakyat. Namun posisinya sebagai tokoh partailah yang selalu menjatuhkannya dan menutup segala prestasinya.
Mungkin ini dapat menjadi pembelajaran politik bagi pemerintahan ke depan, agar tidak ‘nyemplung’ kepada urusan politik yang banyak ‘ranjau’-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H