Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PKL Kompak Membentuk 'Pasar Malam'

25 September 2014   19:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:32 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mungkin hanya PKL yang bisa menyulap jalan menjadi pasar, yang menyebabkan penghuni komplek perumahan harus mengalah untuk menggunakan jalan lain agar bisa masuk ke dalam komplek.

Tahun 2012 lalu, keberadaan para PKL ini hanya di hari minggu, namun belakangan menjadi setiap hari dan menyulap jalan menjadi ‘pasar malam’

1411622802409198070
1411622802409198070

Berbeda dengan yang berjualan di hari minggu, para PKL ‘pasar malam’ ini lebih banyak menjual makanan, dari ikan basah, sayuran, maupun makanan jadi seperti gorengan, cilok, bakso, mie ayam, batagor, es dawet dan masih banyak lagi. Meskipun ada juga yang menjual mainan anak-anak, pakaian, bahkan sewaan odong-odong., tetapi tidak sebanyak di hari minggu.

141162287026802723
141162287026802723

Sebelum mereka membentuk ‘pasar malam’, di lokasi ini memang sudah ada beberapa warung jajan makanan kaki lima yang khas menjual makanan di malam hari seperti nasi goreng, soto, pecel lele, sego kucing,dan sejenisnya, namun tidak seberapa jumlahnya.

14116229091933633149
14116229091933633149

Para pedagang ini mulai menggelar dagangannya jam 5 sore, dan pembelinya bukan hanya penghuni komplek perumahan saya, tetapi juga pekerja pabrik yang baru pulang kerja atau penduduk tinggal dekat sana.

Keberadaan mereka yang menjual sayuran dan lauk di sore hingga malam hari sebenarnya cukup membantu para ibu atau para pekerja yang ingin memasak, namun tidak sempat ke pasar di pagi hari.

Sayuran dan ikan yang dijual juga termasuk segar dan baru, sehingga itulah yang membuat para pembeli berdatangan dan mereka bertahan berjualan di sana.

Sebenarnya, di belakang tempat mereka berjualan itu adalah pasar modern yang baru selesai dibangun, namun kenyataannya pasar tersebut malah sepi dan tidak digunakan, karena untuk memiliki kios disana tentu harus mengeluarkan uang sewa atau membeli kios dengan harga yang sangat mahal.

Awal pembukaan pasar modern, para PKL (yang berjualan di hari minggu), sempat dipindahkan ke pelataran pasar tersebut, namun tidak berapa lama kemudian mereka kembali memenuhi jalan raya.

Untuk dapat berjualan di sana biasa mereka ijin dengan penjual yang sudah ada sebelumnya, apakah mereka masih bisa dapat tempat disana atau tidak. Biasanya akan ditanya dulu, mau jualan apa?. Bila masih cukup, maka mereka akan mengijinkan (info hasil mendengarkan percakapan yang kebetulan sedang minta ijin).

Saya pernah bertanya kepada salah satu penjual disana, apakah untuk dapat berjualan mereka membayar sewa?Mereka menyebutnya bukan uang sewa, tetapi uang salar yang dibayar harian.

Inilah gambaran kehidupan PKL, di satu sisi mereka mengganggu, namun disisi lain mereka juga membantu para ibu yang tidak bisa berbelanja di pagi hari karena bekerja. Dan inilah cara mereka mencari rejeki halal, untuk menyambung kehidupan, karena berjualan dengan cara ini adalah yang paling mudah untuk mendapatkan penghasilan karena tidak memerlukan modal besar, tidak memerlukan ijazah dan dapat dikerjakan setelah kegiatan di rumah selesai (kebanyakan penjual terdiri dari ibu-ibu rumah tangga).

Semoga ada solusi yang diberikan agar mereka tetap dapat berjualan tetapi tidak menganggu akses keluar masuk kendaraan.

Keterangan gambar :

gambar 1. 'pasar malam'

gambar 2. 'pasar minggu'

gambar 3. penjual ikan di 'pasar malam'

gambar 4. pedagang mainan dan makanan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun