Sebentar kemudian kedua sahabat, personl Cyclone Band sudah berada di pusat kota. Â Hanya dengan satu moda transportasi bus Trans Jakarta dan dua kali transit mereka sudah tiba di depan Sarinah Thamrin dari Kebon Jeruk dalam tempo kurang dari 45 menit.
"Gimana kabar adik Kau?" tanya Renson saat keduanya menyusuri  parkiran Sarinah.
'Wuih, susah ketemu Son. Anton  jadi pejabat struktural," jawab Risky bangga tentang adik kandungnya yang juga personil Cyclone sebagai pemain bass.
"Kalo Andri?" tanya Renson lagi.
"Wuih, sama susahnya. Kalo kagak salah drummer Kita itu lagi ada proyek di Bali," jelas yang ditanya.
"Wuih mantap!" Â sambut sang gitaris; Keduanya terhenti sejenak, lalu tertawa terbahak berbarengan membuat para pejalan kaki lain menyingkir dan curiga pada kedua orang tua tersebut.
Selanjutnya sepanjang Jalan Sabang mereka menyusuri berdua sambil melantun tembang-tembang slow rock milik White Lion, Europe, Bon Jovi dan tentu saja aksi covered Renson atas karya idolanya Yngwie Malmsteen. Â Menjelang malam semakin banyak warung tenda yang buka dan semakin melimpah juga para pemburu kuliner memadati bahu jalan.
Penuhnya warung tenda oleh pengunjung, membawa limpahan receh bagi sepasang pengamen tua yang hanya sesekali konser jalanan. Belum sampai dua jam bertandang dari satu tenda ke tenda lain, kedua kantung celana sang vokalis sudah terisi penuh oleh recehan logam dan kertas. Entah karena iba atau apresiasi atas vokalisasi Risky Lennon yang masih solid pita vibrasinya atau lantaran petikan jemari Renson Malmsteen yang garang namun tetap melodius. Apapun alasannya recehan yan terkumpul membuat pengamen lain iri dan memandang sinis disertai lintasan pikiran jahat.
"Son, balik ah. Kita naik di halte BI oke?" ujar sang vokalis setelah menghitung dan merapikan recehan perolehan mereka malam itu.
Sang gitaris hanya manggut-manggut sambil terus memainkan gitar. Â Bagi yang memperhatikan pasti akan takjub melihat endurance alias daya tahan Renson memetik gitar seharian penuh nonstop. Â Tapi ada juga sih yang menduga dia autis positivis yang menyalurkan energi pada gerakan memainkan gitar sebagai bentuk terapi sekaligus healing. Â Sebagaimana Brian May gitaris Queen atau Bimbim Slank yang tak bisa lepas dari alat musik kesayangannya. Pastinya sih bukan begitu, sebaliknya mereka adalah profesional yang tak dapat dilepaskan dari pasangan hidup mereka yaitu gitar dan stick drum.
Namun sebelum sampai  halte bus way Bank Indonesia (BI), keduanya melepas lelah di sebuah bangku trotoar depan Hotel Sari Pan Pasific.  Udara malam di tengah kota  tak sedingin di tepi pantai apalagi puncak. Bangunan pencakar langit serta banyaknya masyarakat yang pelesiran,  membuat suasana hangat juga berkeringat. Â