Kejadian mengagetkan itu tidak menghalangi langkahnya, sebaliknya mengingatkan dia untuk menyalakan  cahaya penerang dari smartphone miliknya.Â
Sebentar lagi dia segera melewati jembatan yang di bawahnya mengalir deras air sungai  sumber irigasi pertanian warga desa.
Lelaki tua itu meningkatkan kewaspadaannya saat melintas sedang mulutnya komat-kamit berzikir meminta pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa. Setelah tadi melalui jalan menurun, menyebrangi jembatan, Â kini lelaki tua itu berjalan mendaki. Â
Maka ransel di punggungnya pun terasa kian berat sebagai dampak gravitasi bumi yang coba ditentangnya. Tubuhnya yang sudah tampak membungkuk karena usia, kini benar-benar bungkuk karena keberatan beban.
"Kok bisa zaman modern begini aspalnya rusak, lampu jalan tak ada mana seperti di hutan lagi," keluhnya dalam hati.
Semakin menanjak, semakin berat  kakinya melangkah. Turunan tajam dan tanjakkan curam yang dilalui membuat keringat mengalir deras membasahi tubuhnya, namun kegelapan malam dan ancaman serangan serangga membuatnya tetap bertahan mengenakan jaket tebalnya.
Beberapa saat kemudian ia sampai di ujung tanjakan.  Ditariknya nafas dalam-dalam ketika berhenti sebentar di  jalan yang melandai.  Tampak olehnya beberapa rumah penduduk yang gelap gulita tanpa penerangan. Sepengetahuannya, Desa Cibolang sudah dialiri listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), apalagi terdapat beberapa pondok pesantren dan sekolah. Â
Maka mengherankan baginya  jika ada daerah di kawasan wisata dan pemukiman yang gelap dan temaram seperti ini.
Pertanyaan  soal  penerangan di kampung itu memang selalu muncul setiap  kali mudik jelang Iedul Fitri. tiga tahun yang lalu  situasinya serupa dengan sekarang, gelap, sunyi dan mencekam.  Malah pepohonan dan belukar yang ditemuinya sekarang lebih lebat dari tahun tahun sebelumnya.
"Oh bisa jadi karena ada penangkaran ular dekat jembatan tadi ya?" tanya lelaki tua itu dalam hati.
Setelah beberapa tarikan nafas, dia hendak melanjutkan perjalanan. Â Namun di ujung jalan yang akan dilaluinya tampak dua berkas cahaya mengarah pada tubuhnya. Â Kedua cahaya yang menerpa ternyata berasal dari dua remaja usia belasan berjaket tebal dan berkopiah hitam.