[caption caption="SAPA WARGA - Ditengah perjalanan H Okta Rijaya Michsan menyempatkan diri untuk menyapa warga Ceringin Asri yang sedang memanen padi di sawah"][/caption]
*) Menengok Potensi Wisata
Jalan bebatuan, berlubang, debu, perbukitan, lembah dan hamparan sawah menjadi menu pagi itu. Lebih kurang dua jam mata terpejam setelah Shalat Subuh berjamaah di kediaman Kiyai Jumal, Pesawaran Indah, Way Ratai. Ya, setengah malam kami lalui dan menjadi pendengar setia dari keluhan warga di desa yang asri itu.
Masih dalam rangkaian ’blusukan menjemput kemenangan’, kami didampingi beberapa tokoh dan anak muda Nahdlatul Ulama (NU) pagi itu, (10/9/2015) menelusuri setiap pelosok Bumi Andan Jejama. ”Laskar Sarungan tidak boleh minder,” kata Kiyai Jumal. Kalimat sederhana itu menjadi sepirit bagi kami anak-anak muda NU yang mengiringi langkah Calon Bupati Pesawaran, H Okta Rijaya untuk menghadapi hajat besar lima tahunan yang tinggal dua purnama lagi.
Tidak sampai seperminuman kopi, kami tiba disebuah desa yang belum pernah kami datangi sebelumnya, Ceringin Asri nama wilayah itu. Ya, mungkin ketika mendengar kata Ceringin Asri, pembaca akan langsung teringat pada potensi wisata air terjun yang sangat indah di wilayah ini. Benar saja, anugerah Tuhan yang indah itu ada disini, konon kabarnya kesegaran alami dari aliran sungai yang jernih dan gemuruh air terjun kembar di wilayah ini begitu memesona dan memanjakan setiap mata para pengunjung yang datang. Sayangnya pemerintah belum dapat memaksimalkan potensi wisata yang dimiliki ini.
”Lokasi air terjunnya lumayan tersembunyi di balik bukit Dusun Banyumas, Desa Ceringin Asri, Way Ratai. Penamaan nama kembar pada air terjun setinggi 60-70 meter itu berdasar adanya dua air terjun yang menyembul di tengah rimbunnya pepohonan yang serupa,” tutur Selamet, warga setempat yang kami temui.
Memasuki kawasan bukit mungil di Desa Ceringin Asri kita akan dibawa menuju perkampungan yang sangat sejuk dan alami. Rumah-rumah berbaris rapi mengikuti alur jalan. Tanaman kakao tampak mendominasi perkampungan yang memiliki kontur tanah berbukit-bukit. Siapa sangka di tengah rimbunnya tanaman kakao ada dua air terjun cantik yang kerap disebut Air Terjun Kembar.
”Mudah-mudahan nanti jika sudah ada pergantian kepemimpinan di Pesawaran, bupatinya akan lebih memperhatiakan potensi pariwisata yang ada,” lanjut Selamet, yang serempak kami amini.
Memasuki Desa Ceringin Asri, jalanan batu dan terjal dengan kontur tidak rata. Bagi warga hal itu lumrah, termasuk keberadaan Air Terjun Kembar yang dikenal semua warga. Dari Desa Ceringin Asri kita harus menuruni lembah mungil yang mengapit desa itu. ”Jika abang-abang mau saya siap mengantarkan kesana (Air Terjun Kembar),” ujar Selamet, menawari kami untuk melihat lukisan nyata itu. Sayangnya bukan itu tujuan kami, tapi lebih kepada menjaring aspirasi guna mengetahui apa saja yang diinginkan masyarakat setelah Pilkada 9 Desember 2015 mendatang.[caption caption="TAKDZIM- Calon Bupati Pesawaran H Okta Rijaya Michsan begitu takdzim terhadap orang tua, tokoh dan sesepuh. Tidak heran jika dalam setiap kesempatan tokoh muda NU ini selalu menyempatkan diri untuk singgah menyambangi para tokoh dan sesepuh"]
Beberapa kediaman tokoh dan kerumunan warga kami datangi. Antusiame masyarakat yang ramah menyambut kedatangan kami menjadi mengobat dahaga tersendiri bagi kami. ”Oh ini tim-nya pak H Okta ya,” ujar Solihah, seorang ibu yang sedang menggendong anaknya menyambut kedatangan kami. Ntah berapa gelas teh manis dan cemilan sederhana telah kami cicipi hari itu. Begitulah kira-kira keramahan warga Ceringin Asri menyambut kedatangan kami yang tidak bisa kami deskripsikan secara rinci. ”Terima Kasih Ceringin Asri, untuk kemulyaan hati para wargamu. Kami pasti kembali kesini”.
Setelah dari Ceringin Asri, perjalannan pun kami lanjutkan ke desa Gunung Rejo dan berakhir di desa Mulyosari. Bukan hal mudah menuju desa yang didominasi warga NU itu. Perjalanan terjal nan panjang harus dilalui, walaupun sebenarnya jarak tempuh dari Kota Bandarlampung hanya berkisar 3 jam saja. Namun lagi-lagi infrastruktur yang buruk membuat perjalanan terasa begitu melelahkan. Tapi jangan khawatir, karena sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan Teluk Lampung yang begitu aduhai dan memanjakan mata para pengendara yang melintasi kawasan maritim itu.
Belum lagi keramahan masyarakat setempat membuat kita nyaman untuk berlama-lama di menghabiskan waktu guna menenangkan diri hingar bingar kota. ”Sederhana saja untuk membuat masyarakat sejahtera. Tidak perlu konsep yang rumit, asal kita bersama-sama semua pasti dapat teratasi. Saya punya konsep satu desa satu produk (One Village One Product). Dimana satu desa menghasilkan satu produk utama yang kompetitif sebagai suatu usaha meningkatkan pendapatan dan standard kehidupan penduduk di desa tersebut. Nah, di desa Ceringin Asri, saya melihat banyak Kakao selain itu juga ada potensi wisata yang luar biasa. Ini nanti akan kita maksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat Pesawaran dan Ceringin Asri khususnya,” kata H Okta Rijaya kepada masyarakat yang ditemui. [caption caption="BERDIALOG- Tidak hanya memaparkan program, dalam setiap kesempatan H Okta Rijaya Michsan juga selalu menjadi pendengar. Beliau selalu mendengarkan dan mencatat keluhan dan kerisauan warga."]