"Iya, Lita pasti bisa. Kakk tunggu juga coklatnya." aku meemperagakan tanganku menjadi seperti burung yang terbang hendak mengejar tangan Lita.
"Hahahaha...iya."Lita dengan gesit merubah tangannya menjadi burung-burungan terbang seperti yang kulakukan dan dengan gesit menghindar dari kejaran tanganku.
Kami tetawa-tawa bersama. Tak ada kesedihan sedikitpun yang terpancar dari wajah innosen serta lugunya Lita kecil. Walau aku tahu pasti dia sedih jika dia ingat bahwa besok aku harus pergi meninggalkan dia.
"Kakak, kakak! Ada iklan garudapud di tipi. Ada kolatos! Hore, ada kolatos!" teriak Lita kegirangan melihat iklan garudafood di tivi yang ada di depannya. Aku memng sengaja meletakkannya di ruangan VIP yang ada tivinya dengan biaya aku yang menanggungnya sebagai tanda sayangku padanya dan agar Lita segera sembuh dari trauma dan sakitnya.
"Mana, mana?? Iya, pasti besok Lita bisa jadi garuda itu, mencengkeram kacang dengan cakarnya yang kuat dan yang pasti Lita bisa punya pabrik coklat. Apa namanya??"
"Kolaaatooosss..!! Aku suka kolatoss!! Aku cinta garudaapudd!!hahaha" teriaknya semangat sekali sambil mengajak tos tanganku yang langsung ku balas dengan tos-an pula.
***
Setelah merapikan semua pakaianku ke dalam koper dan sudah siap dengan barang bawaanku semua, aku beranjak menemui Lita di ruang inapnya untuk terakhir kalinya. Ya, hari ini aku harus balik ke rumahku di Jakarta untuk selanjutnya terbang ke California.
Jujur aku sedih banget harus berpisah dengan Lita yang sudah kuanggap sebagai adik kandungku sendiri. Semalam, Lita menangis merengek memintaku jangan pergi. Dia ribut mengancam tidak akan minum obat jikalau aku pergi. Aku benar-benar tak kuasa menahan tangisku. Aku memberinya sekotak chocolatos dan beberapa makanan garudafood, makanan kecil yang sangat disukainya untuk menenangkannya.
"Ini untuk Lita, tapi jangan dimakan terus tiap hari kolatosnya, nanti gigi Lita bolong. Lita ndak mau kan giginya bolong??"
Lita menggeleng cepat-cepat dan menerima pemberianku dengan hati bungah. Secepat itu juga ia berhenti dari tangisannya. Aku turut senang Lita sudah tidak nangis lagi. Hanya dengan sebatang chocolatos saja ia bisa diam dari tangisnya. Makanya setiap aku mau nyuntik dia, kuberikan dulu ia sebatang chocolatos untuk penenang.