Mohon tunggu...
ariwibowo
ariwibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S2 Teknologi Pendidikan Unesa

Saya Ari Prasetyo, mahasiswa Program Magister (S2) Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Saat ini saya berfokus pada pengembangan metode pembelajaran inovatif yang memadukan teknologi digital dengan pendekatan pedagogis modern. Berbekal pengalaman studi dan praktik dalam bidang pendidikan, saya tertarik mendalami penerapan teknologi terkini demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar-mengajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Revolusi AI dalam Pendidikan: Antara Kecemasan dan Peluang Kolaborasi dengan Guru

31 Desember 2024   13:59 Diperbarui: 31 Desember 2024   13:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustras AI dan Guru (Sumber: DALL E))

Kecanggihan Artificial Intelligence (AI) kian terasa di berbagai lini kehidupan, tak terkecuali di ranah pendidikan. Munculnya ChatGPT, Google Bard, serta platform AI pembelajaran lainnya memunculkan tanda tanya besar: Apakah AI akan mengambil alih peran guru di masa depan? Pertanyaan ini tidak hanya berangkat dari kekhawatiran sesaat, namun juga memunculkan diskursus mendalam tentang masa depan pendidikan sekaligus menyingkap bagaimana peran manusia seharusnya diposisikan di tengah kemajuan teknologi.

Di saat teknologi AI semakin diandalkan, muncul diskusi hangat di antara pendidik, ahli teknologi, serta para pembuat kebijakan pendidikan. Hasil survei dari Asosiasi Pendidik Indonesia (2024) mengungkapkan bahwa 67% guru merasa khawatir posisinya akan tergeser oleh AI dalam kurun waktu sepuluh tahun. Apakah ketakutan ini beralasan? Bagaimana cara memastikan bahwa penerapan AI di sekolah tetap mengusung etika dan menjunjung tinggi kemanusiaan?

Perkembangan AI dalam Proses Pembelajaran

Kemajuan AI di bidang pendidikan telah berlangsung cukup pesat. Sistem adaptif yang semula sederhana kini berkembang menjadi teknologi yang mampu memberi pengalaman belajar bersifat personal dan interaktif. Misalnya, platform seperti Carnegie Learning mencatat peningkatan prestasi akademik siswa hingga 83% setelah menerapkan sistem AI adaptif dalam pelajaran matematika.

Kemampuan AI untuk memantau dan menganalisis proses belajar siswa secara real-time membuka jalan menuju pendidikan yang lebih terpersonalisasi. AI dapat mendeteksi area kesulitan yang dialami siswa, menyesuaikan materi sesuai kebutuhan, serta menyediakan umpan balik seketika. Data dari Kementerian Pendidikan juga menunjukkan adanya kenaikan nilai siswa hingga 27% pada sekolah-sekolah yang memanfaatkan AI dalam proses belajarnya selama satu tahun terakhir.

Kendati demikian, sejumlah tantangan turut mengemuka. Permasalahan seputar privasi data siswa, akurasi penilaian berbasis AI, dan dampak psikologis dari penggunaan teknologi ini masih menjadi topik perdebatan. Menurut Pusat Penelitian Pendidikan Digital (2024), 45% peserta didik menyatakan ketidaknyamanannya saat proses penilaian sepenuhnya dilakukan oleh sistem AI.

Pentingnya Peran Guru di Era AI

Walaupun AI menawarkan kapabilitas hebat dalam pengolahan data dan penyesuaian materi, ada dimensi tertentu yang tidak dapat diambil alih oleh mesin. Guru memainkan peran unik dalam membina hubungan emosional, memberikan motivasi, serta menanamkan nilai moral yang sulit ditiru oleh teknologi.

Riset membuktikan bahwa keterlibatan guru berdampak signifikan pada motivasi belajar siswa, bahkan ketika teknologi AI mulai disertakan. Studi Chiu et al. (2023) terhadap 123 siswa kelas 10 mengindikasikan bahwa motivasi intrinsik untuk belajar melalui chatbot AI meningkat cukup signifikan ketika guru secara aktif mendampingi, dibandingkan saat teknologi tersebut digunakan tanpa pendampingan.

Dalam penelitian lainnya, Alasgarova dan Rzayev (2024) menjelaskan bahwa kendati AI mampu meningkatkan interaksi siswa hingga 68%, penerapannya yang kurang etis dapat mengikis otonomi siswa dan menurunkan kualitas pembelajaran. Penelitian Ramakrishnan et al. (2024) menegaskan bahwa guru bukan hanya bertindak sebagai fasilitator saat memanfaatkan AI, tetapi juga berperan sebagai pengawas yang bertanggung jawab menjaga penggunaan AI agar senantiasa sesuai dengan etika pendidikan. Dengan demikian, kolaborasi antara guru dan AI akan memungkinkan proses belajar lebih efektif, bukan sekadar menggantikan peran manusia.

Agar AI dapat memperkuat tugas pendidik, maka fokus penerapannya seharusnya tertuju pada pengurangan beban administratif dan penilaian rutin. Langkah ini memberi ruang bagi guru untuk menggarap aspek-aspek pengajaran yang lebih esensial, mulai dari pembinaan karakter hingga pengembangan kemampuan berpikir kritis.

Penerapan AI yang Etis dalam Pembelajaran

Dalam mengintegrasikan AI ke dunia pendidikan, diperlukan panduan etika yang tegas. Transparansi algoritma, akses yang adil, serta perlindungan privasi menjadi pilar utama yang tidak bisa ditawar. Sejumlah sekolah di Indonesia kini tengah berupaya mengadopsi kerangka kerja etis untuk pemanfaatan AI.

Beberapa negara telah menginisiasi "Ethical AI Guidelines for Education" yang dapat menjadi rujukan bagi lembaga pendidikan. Rangkaian panduan tersebut mencakup tata cara perlindungan data siswa, standar transparansi penggunaan AI, serta mekanisme evaluasi dampak AI pada kesejahteraan peserta didik.

Secara nasional, Kementerian Pendidikan juga sedang menyusun regulasi komprehensif terkait penggunaan AI di ranah pendidikan. Aturan ini akan memayungi keamanan data, menertibkan penggunaan AI dalam penilaian, dan memberikan panduan etis untuk pengembangan konten pembelajaran berbasis AI.

Kendala dan Jalan Keluar

Ketersediaan infrastruktur, mulai dari akses internet, perangkat keras, hingga sumber energi yang stabil, merupakan kendala utama dalam adopsi AI di sekolah-sekolah, terutama di wilayah dengan kesenjangan digital (Mafara & Abdullahi, 2024). Kondisi ini, ditambah dengan kemampuan guru yang terbatas dalam memanfaatkan AI, menjadi tantangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata (Syarifudin, 2024).

Sejumlah program pelatihan untuk pendidik telah digulirkan dengan memanfaatkan pendekatan berbasis AI. Flogie dan Krabonja (2023) meneliti tiga model dukungan bagi guru, antara lain pelatihan menilai keefektifan aktivitas berbasis AI dan penggunaan teknologi digital dalam proses pengajaran. Di samping itu, kolaborasi antara pemerintah dan swasta juga dibutuhkan agar solusi digital dapat diakses secara merata.

Arah Perkembangan di Masa Mendatang

Masa depan pendidikan akan sangat ditentukan oleh kemampuan kita menyeimbangkan teknologi dengan nilai kemanusiaan. Beberapa inisiatif strategis untuk mewujudkannya adalah mendirikan Pusat Riset AI untuk Pendidikan, merumuskan standar etika penggunaan AI di sekolah, serta membentuk program sertifikasi keahlian AI bagi pendidik. Kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan praktisi pendidikan menjadi kunci sukses untuk mengimplementasikan gagasan-gagasan tersebut.

Alih-alih dianggap sebagai ancaman bagi profesi pendidik, AI sepatutnya dilihat sebagai instrumen pendukung pembelajaran. Keberhasilan proses ini bergantung pada penerapan AI yang berlandaskan etika dan berfokus pada pengembangan manusia. Dengan demikian, guru tetap menjadi komponen utama dalam pendidikan, sementara AI berfungsi sebagai "enabler" atau katalis yang memperkaya pengalaman belajar.

Untuk menggapai visi ini, dibutuhkan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan guna menjamin penggunaan AI yang bertanggung jawab dan adil. Dengan pendekatan yang seimbang serta mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, AI akan menjadi faktor pendorong positif bagi transformasi pendidikan, bukannya menggantikan hal-hal fundamental yang selama ini dijunjung tinggi dalam proses pembelajaran.

Oleh: Ari Prasetyo Wibowo
Mahasiswa Program Studi Magister Teknologi Pendidikan,
Universitas Negeri Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun