Tantangan inilah yang 3 tahun terakhir sampai sekarang terus saya alami di sekolah. Sejak awal, sekolah sangat terbuka untuk memasukkan teknologi dalam basis kurikulumnya.Â
Terasa sekali waktu itu ketika tahun 2010, administrasi sekolah dan pelaporan hasil belajar siswa/i setelah kita buat dengan program Ms. Excel kemudian kita laporkan ke kepala sekolah untuk mendapat persetujuan lalu kita cetak (itu jika laporannya 100% benar maka bisa langsung cetak).Â
Saya dan guru-guru lainnya kemudian terbantu dengan sistem akademik sekolah berbasis online yang tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menguasai program tersebut. Yang mau saya sampaikan adalah ketika label digital imigran tadi melekat di diri saya, itu membuat saya termotivasi untuk belajar,Â
Iya, belajar mengenai teknologi yang khususnya akan bersentuhan di lingkungan sekolah dan tentunya murid-murid. Namun, pertanyaannya, apakah proses pendidikan terjadi begitu saja di depan layar komputer atau ipad?
Apakah murid-murid akan mendapatkan pengalaman yang sama seperti di ruang kelas ketika mereka sedang mengakses gawai mereka? Lalu bagaimana dengan orang tua yang notabene memberikan pengaruh besar kepada murid ketika mengakses teknologi di rumah?Â
Hubungan-hubungan inilah yang juga menjadi tantangan besar saya sebagai pengajar di abad 21 ini.Â
Saya masih ingat ketika tahun 2015 ketika itu kami guru-guru mendapat pelatihan singkat, iya sangat singkat.Â
Pelatihan Google Suite karena email sekolah sudah terafiliasi dengan Google yang beberapa banyak fiturnya bisa digunakan oleh guru dikelas seperti Google doc, Google Sheets, Google Slide, Google Classroom dan sebagainya.Â
Satu kata "WOW" luar biasa, pada praktiknya ketika saya mengajar di kelas 5 kala itu. Memang kelas 5 di sekolah saya diwajibkan untuk membawa laptop karena itu tadi murid-murid akan banyak menulis laporan tugas sekolah dengan menggunakan Google Doc serta membuat presentasi dengan menggunakan Google Slide.Â
Momen-momen ini yang membuat ilmu belajar mandiri saya tentang teknologi menemui manfaatnya. Namun ternyata ada juga murid-murid yang belum 100% digital native alias perlu bantuan sang guru untuk penguasaan program, ya macam tutorial yang sering kali saya lakukan di depan kelas guna memastikan mereka betul-betul paham.Â
Ada lagi cerita tentang orang tua pagi-pagi sengaja datang membuat janji temu dengan saya sebelum mereka pergi ke kantor untuk belajar portal yang disebut dengan Google classroom dikarenakan mereka absen datang ketika sekolah mengundang workshop.Â