Mohon tunggu...
ari wibowo
ari wibowo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Sepanjang Hayat yang sekarang berkarir di Yayasan Guru Belajar

Ari Wibowo,S.s seorang pendidik yang suka melakukan cara cara baru dalam menyampaikan pembelajaran yang bermakna. Bukan berlatar belakang ahli teknologi namun sangat giat mengkampanyekan program Cerdas Digital di lingkungan Sekolah (Cerdig). 10 tahun sejak tahun 2010 mengemban misi sebagai Guru Sekolah Cikal, Jakarta Selatan dan sekarang aktif sebagai Guru dan aktivis pendidikan di lembaga pelatihan dan pengembangan Guru Kampus Guru Cikal yang giat mengampanyekan Merdeka Belajar. Mendengarkan musik rock dan Menyukai film-film fiksi ilmiah sebagai cara untuk mencari inspirasi sumber sumber belajar. Dalam keseharian, Ari juga sebagai teman belajar dari 150 Grup Komunitas Guru Belajar Nusantara di Indonesia. Sebagai tempat belajar dan berbagi praktik baik untuk anggota komunitas Guru Belajar Nusantara yang kemudian menjadikan praktik praktik baik tersebut menjadi sebuah konten baik di sosial media Yayasan Guru Belajar, Cerita Guru Belajar dan Surat Kabar Guru Belajar. Ari Wibowo,S.s ari.wibowo@cikal.co.id IG: @shinodaari @gurubelajarorg FB: ari wibowo shinoda Twitter: ari_shinoda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asesmen Diagnosis: Pahami Murid, Pahami Literasi

11 Juni 2021   10:26 Diperbarui: 11 Juni 2021   10:50 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa rasanya menggantikan guru lain yang tiba tiba mengajukan cuti panjang?

Inspirasi praktik merdeka belajar ini saya tulis ketika saya mengajar murid kelas 2SD. Pertanyaan pertama yang ingin saya tanyakan kepada anda rekan pembaca.

Sebagai Guru apa yang akan anda lakukan jika akan mengajar di semester baru? Atau mengajar di kelas baru? Atau bahkan menggantikan rekan anda yang tiba tiba mengajukan cuti panjang? Silahkan dijawab di dalam hati.

Lalu pertanyaan berikutnya, dari jawaban anda tadi bagaimana anda sebagai Guru dapat mengetahui kesulitan dan pencapaian siswa?

Silahkan dijawab didalam hati lagi ya dan nanti bisa kita refleksikan bersama setelah anda selesai membaca tulisan ini. Tahun 2019 adalah tahun dimana saya menyandang status sebagai Floating Teacher atau bahasa sederhananya adalah Guru Pengganti.

Apakah di Sekolah anda ada jabatan yang serupa? Siapa yang saya gantikan? Mulai dari Guru yang sakit mendadak, Guru cuti liburan, Guru cuti melahirkan maka di kelas merekalah saya akan hadir. Lalu apa masalahnya?

Di awal awal saya menjalani status ini lalu saya memikirkan hal hal seperti "Wah seminggu di kelas TK, minggu berikutnya di kelas besar" "Wah belum pernah ngajar TK nih, susah nggak yah"

Memilih Tantangan

Benar-benar peran yang menantang kan rekan pembaca? Apa langkah selanjutnya ketika saya telah memilih tantangan ini? Ibarat tentara yang akan terjun ke medan perang maka perlu memahami strategi sehingga bisa memenangkan perang, yah minimal selamat lah. Sama layaknya seorang Guru, yang utama adalah memahami kelas dan memahami murid.

Setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, keadaan keluarga yang beragam, dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Kadang ada yang sudah diajari berkali-kali masih belum memahami materi, sedangkan ada siswa yang sekali diajari sudah langsung bisa.

Bagaimana Guru dapat mengelola kelas dengan keadaan seperti ini? Apakah anda pernah atau bahkan sering mengalaminya?

Di semester genap tahun 2019, saya mengajar di kelas 2SD dan seperti kebiasaan saya yang saya lakukan di beberapa kelas berbeda yang saya ampu sebagai Guru pengganti, biasanya saya meluangkan waktu untuk mampir ke kelas tersebut satu atau dua hari sebelumnya.

Apa yang saya lakukan?

Iya benar, saya mengajak ngobrol Guru kelas tersebut yang akan menjadi partner sementara nantinya. Banyak hal yang saya cari tahu seperti jumlah murid, karakter murid, karakter orangtua dan pastinya keadaan kognitif akademis murid murid kelas tersebut. Mengapa mengetahui hasil asesmen kognitif kelas tersebut penting saya ketahui? Benar sekali rekan pembaca dengan mengetahui dan mengidentifikasi capaian kompetensi siswa di kelas tersebut maka nantinya saya bisa menyesuaikan pembelajaran di kelas sesuai dengan kompetensi rata rata siswa.

Apa contohnya?

Area literasi misalnya, setiap akhir jenjang ajar Guru dan murid akan diminta melengkapi data pencapaian membaca dan menulis (Reading and Writing Continuum), pada tabel tersebut Guru akan melakukan refleksi bersama murid murid dan meminta murid untuk melakukan penilaian diri (self evaluation) atas kompetensi membaca dan menulis yang telah mereka capai. (lihat gambar)

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Apa yang anda pahami dari data ini rekan pembaca? Dari data ini saya menyimpulkan bahwa populasi murid-murid kelas 2SD yang saya ajar memiliki sebaran kompetensi literasi dasar dan literasi dini yang merata. 

dokpri
dokpri
Seperti yang saya sampaikan bahwa data-data diatas akan berguna sekali untuk saya dalam menyampaikan materi language & literature kala itu sehingga saya menerapkan beberapa strategi pembelajaran antara lain: metode klasikal, literature circle, small group, read a loud bahkan membuat alat bantu atau media ajar. 

"Pak Ari aku ngga ngerti ceritanya"

"Itu siapa? (sambil menunjuk karakter di buku)"

"Aku belum tahu kata itu, Pak Ari"

Itulah reaksi murid murid ketika saya menyampaikan materi tentang tanda baca, selama dua sesi saya memulai dengan membacakan buku cerita. Dari ragam buku buku cerita yang saya tawarkan memang kerap kali terjadi voting buku mana yang mereka pilih dan akan saya bacakan. Dari sini saya mengobservasi dan mengaitkan dengan hasil capaian rangkaian membaca dan menulis kelas tersebut memang benar terbukti dan saya pun harus menerapkan strategi pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan kompetensi murid yang capaian literasinya berada di level dasar dan dini. 

KEGIATAN SETELAH MEMBACA

Esensi dari aktivitas membaca adalah bukan hanya sebatas murid bisa membaca saja tapi cakupannya lebih luas lagi membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial. Beberapa cara yang saya lakukan diantaranya adalah menyediakan beragam aktivitas setelah membaca seperti menyediakan beragam jenis format isian reading response activity. Saya menyediakan tiga model isian berbeda sesuai dengan capaian kompetensi literasi mereka. Pada praktiknya saya jelaskan tiap-tiap model dan tahapan pengisiannya. Setelahnya, murid-murid akan maju kedepan kelas dan memilih sendiri model isian tersebut. Apa manfaatnya untuk saya? Dengan memberikan model isian yang berbeda-beda tadi saya mengibaratkan murid-murid berangkat ke tujuan yang sama dengan mengendarai kendaraan yang berbeda-beda, Iya kecepatanya berbeda-beda juga tapi toh akan mencapai tujuan yang sama pula. 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Tanpa adanya bantuan alat bantu atau teknologi yang memaparkan data-data capaian kompetensi literasi murid-murid tadi mungkin sebagai Guru saya akan menemui kesulitan ditengah jalan dan bahkan mungkin akan  memperlambat murid untuk mencapai tujuan belajarnya namun alih alih mengejar tujuan pembelajaran sesegera mungkin justru membuat saya berhenti  sejenak untuk berpikir bersama sama, membaca kebutuhan murid, melakukan inovasi dan kemudian melaju kembali.

dokpri
dokpri
Baca juga #ceritagurubelajar lainnya dari seluruh Guru Guru #merdekabelajar se Nusantara di https://linktr.ee/suratkabargurubelajar/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun