Ada satu tahapan interaksi mukmin dengan al-Qur'an yang harus dilaksanakan pula, yaitu tadabbur. Walaupun hukum tadabbur ini belum ditemukan ini secara eksplisit tentang wajib atau sunnah muakkadnya, namun jika kita merenungi ayat di atas maka hukumnya bisa sampai pada level wajib.
Salah satu pembahasan penting dalam buku Kayfa Nata'ammal Ma'al Qur'an (Bagaimana Berinteraksi dengan al-Qur'an) yang ditulis Syeikh Yusuf Al-Qordowi adalah ahammiyatu tadabbur al-Qur'an.
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Artinya: "Kitab (al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran" (Q.S. As-Sad: 29)
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
Artinya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (Q.S. Muhammad: 24)
Apakah mereka mentadabburi al-Qur'an? Atau hati mereka terkunci? Orang-orang yang hanya sekadar membaca, menghafal, menulis al-Qur'an tetapi tidak mentadabburi maka sesungguhnya hati mereka telah terkunci. Selain itu, kita juga harus berusaha membaguskan bacaan al-Qur'an. Banyak dari kita yang belum masuk pada apa yang Allah kehendaki, kita hanya berinteraksi di permukaannya saja. Satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah kita harus senantiasa berjihad dengan al-Qur'an, sebagaimana Allah telah mengatakan pada Rasulullah "Wahai Muhammad, berjihadlah kamu dengan jihad yang besar." Allah menyeru untuk menjadi penolongnya. Semoga di tahap ini kita memiliki himmah atau keinginan untuk dapat sampai pada level Anshorullah.
قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ
Bagaimana berinteraksi dengan al-Qur'an?
Ada tiga terminologi yang dikutip oleh Syeikh Yusuf Al-Qordowi dari Al Imam Al Ghazali dalam kitabnya, Ihya 'Ulumuddin tentang bagaimana seorang mukmin berinteraksi dengan al-Qur'an, di antaranya:
1. Takhsis atau pengkhususan