Mohon tunggu...
Arivin Dangkar
Arivin Dangkar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Arivin Dangkar atau sering dipanggil Arivin memiliki hobi membaca dan menulis. Ia lahir di kampung Cekalikang pada tanggal 24 Oktober 2000 dari pasangan Yosef dan Yuliana. Kemudian menempuh pendidikan di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan di kampus, Arivin bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik PBSI dan pernah menjabat sebagai anggota BEM di bidang departemen Infokom.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ironi dan Kesadaran Sosial dalam Cerpen "Senyum Karyamin" Karya Ahmad Tohari

2 Juni 2024   16:48 Diperbarui: 2 Juni 2024   20:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen "Senyum Karyamin" karya Ahmad Tohari adalah potret tragis dari kehidupan masyarakat bawah yang terjebak dalam kemiskinan. (dok: gramedia)

Potret Keluarga di Perkampungan Tradisional Wilayah Sumba, NTT. (dok: Shutterstock)
Potret Keluarga di Perkampungan Tradisional Wilayah Sumba, NTT. (dok: Shutterstock)

Cerpen "Senyum Karyamin" karya Ahmad Tohari adalah potret tragis dari kehidupan masyarakat bawah yang terjebak dalam kemiskinan dan ketidakadilan. Melalui ironi, simbolisme, dan karakterisasi yang mendalam, Tohari berhasil menyampaikan kritik sosial yang tajam serta refleksi mendalam tentang martabat manusia. Cerpen ini mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial yang ada dan untuk lebih memahami penderitaan yang dialami oleh mereka yang berada di lapisan terbawah masyarakat. Melalui Karyamin, Tohari menunjukkan bahwa di tengah penderitaan yang paling dalam, manusia masih bisa menemukan kekuatan untuk tersenyum, bahkan ketika senyum itu penuh dengan ironi dan kepahitan.

Dalam cerpen "Senyum Karyamin", Ahmad Tohari tidak hanya memberikan gambaran realistis mengenai penderitaan dan perjuangan hidup masyarakat bawah, tetapi juga menggunakan elemen-elemen cerita seperti ironi, simbolisme, dan karakterisasi untuk menggambarkan kompleksitas kemanusiaan, serta mengkritik ketidakadilan struktural yang sering kali membebani mereka yang paling lemah dalam masyarakat. Ini memperlihatkan bagaimana senyum dan tawa, dalam konteks penderitaan dan kemiskinan, bisa menjadi simbol kepasrahan dan ketahanan mental, mencerminkan martabat manusia yang berusaha dipertahankan meskipun dalam keadaan yang paling sulit sekalipun.

Penulis Gabriela Apriliani atau sering dipanggil Prili memiliki hobi menulis dan bermain peran. Ia lahir di Lagar pada tanggal 30 Agustus 2004.
Penulis Gabriela Apriliani atau sering dipanggil Prili memiliki hobi menulis dan bermain peran. Ia lahir di Lagar pada tanggal 30 Agustus 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun