Kami hidup dalam janji-janji yang indah nan nyata
Namun, di balik kata-kata bijak yang berwibawa
Tersembunyi bayang-bayang keadilan yang hampa
Ketuhanan Yang Maha Esa, semboyan suci
Tapi mengapa masih ada yang dicaci maki?
Di mana hak para ateis dan agnostik berdiri
Jika Tuhan menjadi syarat untuk diakui?
Kemanusiaan yang adil dan beradab terucap
Namun mengapa pelanggaran HAM masih meruap?
Rakyat kecil teriak menuntut hak yang dilanggar
Tapi jawabannya hanya janji yang kian pudar
Persatuan Indonesia, semboyan kebanggaan
Namun minoritas seringkali terpinggirkan
Di bawah persatuan, di mana keragaman dihormati?
Ataukah kita hanya memupuk seragam tanpa hati?
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Tapi kenapa suara rakyat tak lagi didengung?
Di balik tirai kuasa, korupsi menggulung
Apakah hikmat kebijaksanaan hanya bayang semu yang murung?
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tapi mengapa kemiskinan masih merajalela dengan cepat?
Janji kesejahteraan hanya angin berlalu
Di mana keadilan yang sejati, yang dijanjikan padaku?
Pancasila, cermin dari cita-cita luhur,
Namun mengapa realita penuh dengan duri yang menyusur?
Wahai pemimpin, dengarlah jeritan kami,
Jadikan Pancasila nyata, bukan sekadar ilusi!
Bumi, 1 Juni 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H