Mohon tunggu...
Arivin Dangkar
Arivin Dangkar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Arivin Dangkar atau sering dipanggil Arivin memiliki hobi membaca dan menulis. Ia lahir di kampung Cekalikang pada tanggal 24 Oktober 2000 dari pasangan Yosef dan Yuliana. Kemudian menempuh pendidikan di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan di kampus, Arivin bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik PBSI dan pernah menjabat sebagai anggota BEM di bidang departemen Infokom.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Praktik Dodo di Kampung Cekalikang: Memelihara Tradisi Gotong Royong

23 Mei 2024   19:55 Diperbarui: 25 Mei 2024   21:11 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum ako woja dilaksanakan, diadakan sebuah ritus yang disebut "teing hang".

Di pedalaman Manggarai Timur, Pulau Flores, terhampar sebuah kampung yang tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga karena kekayaan budaya yang terpelihara dengan kokoh. 

Kampung Cekalikang, nama yang mungkin terdengar asing bagi sebagian besar, merupakan perwujudan dari kesetiaan masyarakat Manggarai Timur terhadap tradisi dan nilai-nilai mereka. 

Di balik hamparan sawah dan pegunungan yang menghijau, terdapat kisah tentang kehidupan agraris yang didukung oleh semangat gotong royong yang kuat dan praktik tradisional yang disebut "dodo".

Fondasi Kehidupan Sosial dan Agraris

Praktik dodo atau kerja bergotong-royong, telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari di Manggarai. Khususnya dalam aktivitas pengerjaan kebun dan lahan, yang dalam bahasa setempat dikenal sebagai "uma duat".

Dalam keseharian masyarakat Manggarai, dodo bukan sekadar cara untuk menyelesaikan tugas, tetapi juga simbol dari solidaritas dan semangat kebersamaan yang menjadi ciri khas dari kehidupan mereka.

Di Kampung Cekalikang, seperti halnya di tempat lain di Manggarai, praktik dodo telah meresap ke dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, dodo bukan hanya cara untuk menyelesaikan tugas-tugas agraris, tetapi juga menjadi kunci untuk memastikan kesejahteraan bersama. 

Setiap anggota masyarakat, dari yang tua hingga yang muda, dari yang kaya hingga yang miskin, turun tangan dalam proses pengerjaan kebun dan lahan, saling membantu satu sama lain dengan semangat yang sama untuk mencapai tujuan bersama: memastikan kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.


Sebelum ako woja dilaksanakan, diadakan sebuah ritus yang disebut
Sebelum ako woja dilaksanakan, diadakan sebuah ritus yang disebut "teing hang".

Ritual Teing Hang: Ungkapan Syukur dan Hubungan dengan Nenek Moyang

Salah satu kegiatan gotong royong yang paling menonjol dan dinanti-nantikan di Kampung Cekalikang adalah saat ako woja (panen padi) tiba. Namun, sebelum ako woja dilaksanakan, diadakan sebuah ritus yang disebut "teing hang". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun