Mohon tunggu...
Arivin Dangkar
Arivin Dangkar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Arivin Dangkar atau sering dipanggil Arivin memiliki hobi membaca dan menulis. Ia lahir di kampung Cekalikang pada tanggal 24 Oktober 2000 dari pasangan Yosef dan Yuliana. Kemudian menempuh pendidikan di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan di kampus, Arivin bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik PBSI dan pernah menjabat sebagai anggota BEM di bidang departemen Infokom.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Krisis Penyakit ASF pada Babi dan Penyakit yang Menyerang Pohon Pisang: Ancaman Serius bagi Pertanian Indonesia

19 Mei 2024   17:58 Diperbarui: 21 Mei 2024   21:10 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Babi yang mati karena terserang penyakit di Ruteng Manggarai. (Sumber: ANTARANEW.COM)

Cekalikang, 19 Mei 2024 – Penyakit menular pada hewan ternak dan tanaman pangan kembali menjadi perhatian serius di Indonesia. African Swine Fever (ASF) menyerang populasi babi domestik dan hutan, sementara berbagai penyakit membahayakan pohon pisang di tanah air. Kedua jenis penyakit ini tidak hanya mengancam kesehatan ternak dan tanaman, tetapi juga berdampak besar pada ekonomi peternakan dan pertanian.

Penyakit ASF Menghantui Peternakan Babi

Kejadian dan Dampak

African Swine Fever (ASF) adalah penyakit menular yang sangat mematikan bagi babi domestik dan babi hutan. ASF disebabkan oleh virus ASF (ASFV) dari famili Asfarviridae dan pertama kali terdeteksi di Kenya, Afrika Timur, pada tahun 1909. Penyakit ini tidak hanya mengakibatkan kematian massal pada babi tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, ASF menimbulkan pendarahan pada organ internal babi dan sangat resisten terhadap perubahan lingkungan. Virus ini dapat bertahan hidup dalam darah, daging dingin, dan daging beku untuk waktu yang lama, membuatnya sulit dikendalikan.

Gejala dan Penularan ASF

Babi yang terinfeksi ASF menunjukkan gejala demam tinggi, kehilangan nafsu makan, depresi, muntah, diare, keguguran, radang sendi, pendarahan pada kulit dan organ dalam, serta perubahan warna kulit menjadi ungu. Dalam beberapa kasus, kematian bisa terjadi sebelum gejala-gejala ini muncul.

Penyebaran ASF dapat terjadi melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi atau melalui konsumsi sampah makanan yang terkontaminasi, urin, lendir, feses, darah dari luka pertarungan, gigitan caplak lunak, dan benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian dan alat peternakan. Penyebaran virus ini juga dapat terjadi melalui babi hutan yang menjadi reservoir utama virus ASF.

Potret Babi yang mati karena terserang penyakit di Ruteng Manggarai. (Sumber: ANTARANEW.COM)
Potret Babi yang mati karena terserang penyakit di Ruteng Manggarai. (Sumber: ANTARANEW.COM)

Upaya Pengendalian ASF dan Titik Rawan Penularan di Indonesia

Untuk mengendalikan ASF, langkah-langkah biosecurity yang ketat harus diterapkan di peternakan. Ini termasuk isolasi babi yang sakit, karantina babi impor, menjaga sanitasi kandang, memusnahkan babi yang mati akibat ASF, membatasi akses orang ke peternakan, dan melakukan vaksinasi rutin. Selain itu, pembatasan pergerakan babi hutan dan vektor alami ASF juga sangat penting, meskipun sulit dilakukan.

Pada Februari 2019, wilayah Asia Tenggara pertama kali mengalami konfirmasi wabah African Swine Fever (ASF) di Vietnam. Dari sana, infeksi ASF menyebar ke negara-negara tetangga seperti Kamboja, Laos, Filipina, Myanmar, dan Timor Leste. Desember 2019 menjadi momen penting ketika tujuh negara di Asia Tenggara telah mengkonfirmasi adanya kasus ASF, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, kasus ASF secara resmi diumumkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 820/KPTS/PK.320/M/12/2019. Wabah ini menyebabkan jumlah kematian babi mencapai 47.559 ekor dari total 1.277.741 ekor babi di Sumatera Utara, yang setara dengan 3,7% dari populasi babi di provinsi tersebut. Lebih dari itu, virus ASF juga dikonfirmasi telah menyebar ke 21 dari 33 kabupaten di Sumatera Utara, mencakup 64% wilayah provinsi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun