Mohon tunggu...
Arita Muhlisa
Arita Muhlisa Mohon Tunggu... Volunteer -

i am Volunteer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gadis dalam Pasungan

13 November 2016   01:15 Diperbarui: 13 November 2016   01:37 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kasar, beliau mengusir kami dari rumah, "cepat keluar dari sini, tidak usah urus kami, urus saja keluarga kalian sendiri" marah si bapak. Karena emosi mama berkata;  "bapak, Wa Ine bukan hanya anak bapak dan ibu tapi kita semua punya tanggung jawab untuk melindungi dia. Bapak mau saya laporkan ke Polisi karena telah dengan sengaja menelantarkan dan melakukan kekerasan berupa Pemasungan kepada anak bapak sendiri. Ada Undang-undang yang menjamin perlindungan kepada mereka lho Pak", jawab ibu Nini dengan lantang.

Akhirnya si Bapak mengalah, kami pun saling bersalaman. Besok kami akan mengantar Wa Ine ke rumah sakit jiwa, didampingi oleh perwakilan dari Dinas Sosial Kota Ambon.

"Ine, hari ini kita jalan-jalan dulu yaa?", tanya mama ke Ine. "Iya, Mama Dapur", jawab Ine dengan penuh rona kebahagian. Setelah kurang lebih 3 tahun dalam pasungan, baru sekarang dia dibebaskan dari rantai yang selalu melekat di kakinya sepanjang hari, dan rupanya selama seminggu ini Ine sudah menyiapkan nama panggilan untuk masing-masing kami. "Ine, kenapa panggil mama itu dengan sebutan Mama Dapur?", tanya saya. Lalu Ine tertawa kecil sambil menjawab, "Soalnya tiap datang kesini, Mama Dapur selalu bawa makanan untuk Ine". Hahaha, sontak kami semua tertawa. Memang mama sering sekali membawa makanan, kue atau bahkan cemilan ringan untuk Ine. 

"Kakak, Ini dimana?", tanya Ine pada saya ketika kami semua tiba di Rumah Sakit Jiwa. "Ini adalah Ine punya tempat tinggal baru, Ine akan dirawat di sini hingga ketika pulang nanti Ine sudah tidak diikat lagi, Ine mau sekolah lagi kan?", kata saya. Lalu Ine hanya mengangguk pelan.
 Menjelang perpisahan kami dengab Ine di Rumah sakit jiwa, dia kelihatan murung, mungkin sedih. Mama membujuknya pelan sambil memotong bersih kukunya.

Setiap Jum'at kami selalu mengupayakan agar bisa datang menjenguk Ine. Dan setiap melihat kedatangan kami, dia selalu menyambut dengan girang sambil berseloroh "kue Ine, mana?"
 Kesehatan Ine semakin mengalami kemajuan, kesadaran dirinya mulai meningkat, dan dia tidak nampak takut lagi ketika bertemu dengan orang lain, berbeda dengan awal mula kami bertemi dengan dia. 

Hari ini saat difoto, Ine sudah mau menatap kamera ponsel, bahkan dia sempat berkata "Mama Dapur, Ine cantik juga yaa?", tanya dia sambil melihat foto-fotonya di kamera handphone milik mama.

Sebelum pulang, Ine berpesan kalau nanti datang lagi jangan lupa bawa buah jambu dan minyak Kayu Putih. 

"Panasnya siang ini", gerutu mama. "Ma, koq komplain melulu sih, kemarin-kemarin katanya hujan terus, sekarang pas dikasih panas, ngomel lagi, ntar Allah marah lho, kalau marah malah nurunin hujan air panas ntar, mau?" kelakar saya bikin mama senyum tipis-tipis ala Elvi Sukaesih.
 Hari ini, walau panas tetap semangat memacu si ijo motor matik kesayangan menuju Rumah Sakit Jiwa menjumpai gadis cantik kami.
 Sebelum tiba di sana, saya dan mama sempat singgah di minimarket membeli roti coklat kesukaan Ine dan Minyak Kayu Putih kesayangan Ine.

"Makasih Mama Dapur & kakak Dapur sudah bawa Ine roti & ini", kata ini sambil menunjukan minyak Kayu Putih Cap Lang Aromatherapy. "Kakak, kemarin Ine kedinginan karena minyak kayu putih Ine habis, untungnya kakak bawa yang baru hari ini, sudah begitu yang ini lebih harum kakak. Ine suka pakai Cap Lang tiap selesai mandi, badan jadi hangat dan harum, kakak", cerita Ine panjang lebar.
 Kemajuan Ine sangat luar biasa. Tadi saat masuk di ruang kunjungan, mama sempat dipanggil oleh salah seorang perawat disitu menuju kantor Rumah Sakit. Rupanya Pagi tadi setelah pemeriksaan rutin oleh Dokter, Ine sudah dikatakan sembuh total dan boleh pulang.
 "Ine, besok sudah bisa pulang ke rumah, Ine senang tidak?" Tanya saya. "Iya, Ine senang", jawabnya. Lalu kalau sudah pulang nanti Ine mau bikin apa sayang?", tanya saya lagi. "Ine mau belajar, Ine mau sekolah kakak", jawabnya. Tak bosan kami menyimak dia bercerita, sambil sesekali tertawa, ceritanya sangat banyak, bahkan dia sempat bilang pada saya sambil berbisik; "kakak, Ine mau cepat pulang soalnya Ine punya teman-teman disini jahat, suka ganggu Ine saat tidur, terus ada lagi yang suka nyanyi padahal suara jelek, ini rahasia kakak, jangan bilang sama ibu suster ya?", cerita Ine dengan mimik yang serius.

Ambon, 04 November 2016
 Penuh cinta untuk Wa Ine, untuk seluruh anak-anak Indonesia, untuk Perempuan-perempuan yang mau BERGERAK.
 Kelompok Konstituen Walang Hatukau Desa Batumerah - Kota Ambon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun