Mohon tunggu...
Aristyanto (Ais) Muslim
Aristyanto (Ais) Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Saya memiliki hobi membaca dan mencari baik ilmu dan pengalaman di buku dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Budaya Bangsa, Membangun Ekonomi Sahabat

23 September 2024   14:45 Diperbarui: 23 September 2024   14:53 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini kembali ditulis dan merangkum situasi ekonomi kapitalisme di Indonesia saat ini dan prospeknya ke depan. Artikel ini juga membahas dampak perjuangan kelas pekerja dan mengusulkan respons programatis sosialis terhadap krisis sistem ini. Kami percaya respons ini muncul pada saat yang tepat ketika pemerintahan GusDur-Megawati menerapkan kebijakan IMF, sementara pekerja, petani miskin, dan mahasiswa melakukan mobilisasi menentang kenaikan harga, yang pada dasarnya merupakan bentuk subsidi dari orang miskin untuk orang kaya.

Diceritakan bahwa tulisan ini adalah hasil pengantar untuk buku "Di atas Mata Pisau," yang membahas analisis ekonomi global dan Asia pasca-krisis tahun 1997. Penerbitan dalam bentuk buku dimaksudkan agar lebih mudah diakses oleh kelas pekerja yang tidak memiliki akses internet. Buku ini adalah bagian dari Proyek Pendidikan Sosialis Indonesia, kerjasama aktivis Indonesia dan Eropa, yang bertujuan memberikan pendidikan politik bagi aktivis Indonesia dan memperkenalkan gagasan Marxisme kepada generasi baru.

Sebagai bagian dari proses ini, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik. Indonesia, yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu negara dengan kinerja terbaik di Asia Tenggara pada 1980-an dan 1990-an, kini dianggap sebagai mata rantai terlemah dalam sistem kapitalisme regional. Kehancuran ekonomi yang dialami negara ini telah menyebabkan dampak sosial yang signifikan, termasuk risiko munculnya generasi yang terbelakang secara gizi dan pendidikan.

Siklus ekonomi dalam kapitalisme mirip dengan sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Kondisi denyut nadi, bersama gejala lain, membantu dokter menilai apakah organisme itu sehat atau tidak. Ini merupakan kesimpulan teoritis dari Leon Trotsky, seorang pemikir Marxis dan sekutu Lenin. Fluktuasi ekonomi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, diperkirakan akan menjadi lebih tidak stabil, lebih sering, dan semakin tidak dapat diprediksi. Periode ekspansi ekonomi tidak akan menyerap tenaga kerja secara signifikan, hanya mengurangi pengangguran secara minimal, dan kesenjangan sosial akan terus meningkat. Stabilitas politik dan sosial tidak akan menjadi prioritas, dan kejutan-kejutan besar akan terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk hubungan agama, etnis, serta hubungan antara kelas sosial, negara, dan militer.

Indonesia lebih rentan terhadap konflik politik, sosial, agama, dan etnis dibanding negara lain di kawasan ini. Walaupun saat ini instabilitas yang didorong oleh faktor agama dan etnis tampak dominan, situasi dapat berubah di masa depan.

Pemulihan ekonomi kecil dan pengurangan pengangguran dapat memicu babak baru perjuangan buruh yang lebih ofensif, menuntut peningkatan upah dan kondisi kerja yang lebih baik. Aksi-aksi buruh mulai terlihat meningkat, meski masih terpecah-pecah. Ada kecenderungan kuat untuk berserikat, terlihat dari munculnya banyak federasi serikat buruh nasional. Para pengusaha mempersiapkan diri menghadapi ini, dengan mencari mekanisme baru untuk mengatasi perselisihan antara buruh dan pemilik pabrik.

Meskipun saat ini kelas pekerja Indonesia tidak memainkan peran utama karena dampak krisis ekonomi, tanda-tanda kebangkitan gerakan buruh mulai terlihat, terutama dengan peningkatan pemogokan di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan adanya potensi perjuangan yang lebih besar di masa depan.

Serikat pekerja dan aktivis kiri memegang peran penting dalam membimbing kesadaran kelas pekerja menuju sosialisme. Pengalaman langsung dalam perjuangan akan menjadi pendidikan politik yang penting bagi buruh, dan serikat pekerja bisa menjadi saluran utama untuk membentuk kesadaran ini. Pada akhirnya, buruh yang semakin aktif akan terlibat dalam proses pembebasan diri dari kapitalisme.

Untuk mendukung perjuangan ini, diperlukan sebuah program sosialisme yang mencakup tuntutan pembatalan kenaikan harga, kontrol harga oleh komite buruh dan petani, kenaikan upah minimum sesuai standar hidup yang layak, pengurangan jam kerja tanpa pemotongan upah, dan hak untuk berorganisasi secara bebas. Juga, nasionalisasi kekayaan Suharto dan kroninya, penghentian privatisasi, dan pengakhiran peran militer dalam politik dan konflik sosial.

Program ini hanya dapat dilaksanakan oleh pemerintahan buruh dan petani yang didasarkan pada dewan buruh, petani, dan masyarakat miskin. Federasi Sosialis Indonesia dapat menjadi teladan bagi negara-negara lain di Asia Tenggara, menuju federasi sosialis yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun