Berbeda dengan gerakan mahasiswa di kota-kota lain, mahasiswa Aceh membangun jaringan komunikasi yang disebut Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA). Jaringan ini menyebarkan informasi tentang referendum dan menjadi media efektif untuk menghubungkan mahasiswa Aceh di berbagai tempat. Aktivis-aktivis ini berada di banyak kota besar, seperti Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Bogor, dan Bandung.
Yang patut dipertimbangkan sekarang adalah prospek gerakan ini di masa depan. Jika Megawati atau presiden lainnya memimpin Indonesia, apakah gerakan mahasiswa Aceh akan tetap moderat seperti KARMA dan KAMMI? Atau, apakah gerakan yang diorganisir oleh SMUR akan sesuai dengan situasi Aceh yang semakin memanas, dengan pergeseran fokus dari referendum ke kekacauan sosial?
Dengan semakin banyak korban berjatuhan, gerakan mahasiswa mungkin akan tenggelam jika mereka tetap berpegang pada strategi lama. Semoga mereka dapat meneladani gerakan mahasiswa di Venezuela, di mana universitas menjadi basis dukungan bagi perjuangan gerilya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H