oleh ; Aris WH
Mendapatkan pendidikan yang layak adalah hak setiap warganegara karena konstitusi telah mengamantkan kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini pemerintahpun berupaya mengalokasikan 20% APBN guna mendanai proses pendidikan di Indonesia. dengan kebijakan tersebut setidaknya pendidikan untuk tingkat dasar dan menengah sudah bisa untuk digratiskan. sehingga angka keterserapan pendidikan untuk tingkat dasar dan menengah pertama sudah mampu ditingkatkan jumlahnya.
Untuk kasus pendidikan menengah atas dan sekolah kejuruan pemerintah juga mengupayakan program Pendidikan Menengah Universal untuk meningkatkan keterserapan angka peserta didik. Hanya saja untuk tingkat ini pemerintah menyadari bahwa tidak mungkin menggratiskan biaya pendidikannya. Oleh karena itu yang perlu disadari oleh semua pihak adalah pada hakekatnya pendidikan menengah atas dan kejuruan merupakan kewajiban bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat.
Apabila mencermati hal di atas, maka peran civil society dalam hal ini swasta maupun organisasi masyarakat dalam mengemban amanat konstitusi untuk memeratakan pendidikan semakin menemukan momentumnya. dengan latar belakang konteks sosial semacam inilah MWC NU BAWANG melalui SMK Ma'arif NU Bawang memprakarsai pola pendidikan yang aksesibel dalam artian bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang tingkat ekonomi.
pada tahun ajaran 2014/2015 ini di SMK Ma'arif NU Bawang diterapkan managemen pembiayaan pendidikan dengan selogan ''MEMBIAYAI PENDIDIKAN DENGAN SISA UANG JAJAN''. Pada tahun ini sudah tidak ada lagi biaya SPP ataupun Uang Gedung. Anak hanya dipungut biaya praktik per minggunya sebesar Rp.15.000,-. Dengan biaya yang cukup ringan ini jika diasumsikan kisaran uang saku anak sekolah antara Rp.5.000,- sampai Rp. 10.000,- per hari dan anak didorong oleh wali kelas masing-masing untuk menyisihkan dari uang jajannya Rp.2000,- per hari, maka seorang anak sudah bisa membiayai pendidikannya secara mandiri di SMK Ma'arif NU Bawang.
Harapan dari pihak sekolah dengan model pembiayaan semacam ini adalah anak menjadi terlatih sedari dini untuk hidup mandiri, bertanggung jawab, dan ketika mereka sudah bisa merasakan membiayai sekolahnya sendiri maka anak akan semakin menghargai setiap ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang ia peroleh di sekolah.
Pola semacam ini secara tidak langsung juga mengkondisikan anak untuk mendapatkan shoft skill berupa kemandirian dan rasa tanggungjawab. sebagaimana telah diketahui oleh banyak pihak, bahwa sebenarnya shoft skill inilah yang sangat berperan mengantarkan seorang anak ke gerbang kesuksesan. shoft skill dapat diidentikkan dengan EQ atau kecersan emosinal yang menurut Daniel Golement terbukti memberikan sumbangsih 80% pada kesuksesan seseorang.
Pada ahirnya kita semua perlu menyadari bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan investasi jangka panjang yang tidak akan pernah merugikan seseorang. sudah selayaknya kita memberikan perhatian khusus untuk bidang yang satu ini, dan SMK Ma'arif NU Bawang membuka pintu lebar kepada segenap pihak yang mau bekerjasama dalam meningkatkan kualitas pendidikan demi kemaslahatan bersama. selamat datang di SMK MA'ARIF NU BAWANG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H