Ketika Nyapres tahun 2004, Bu Mega berpasangan dengan Cawapresnya, alm. KH. Hasyim Muzadi yang sebelumnya menjadi Ketua Umum PB NU, organisasi massa Islam terbesar di Tanah Air. Selain itu, berapa banyak kepala daerah di Indonesia yang diusung PDI Perjuangan adalah putra terbaik bangsa yang juga mayoritas Muslim.
Sudah sadar belum sakau 'micinnya'? Pantas saja penjelasan Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Idham samawi, terkait ideologi tertutup yang disampaikan oleh Megawati Soekarnoputri anda gagal paham.
Gini lho saya jelasin pelan-pelan penjelasan Pak Idham biar mudeng. Menurut Pak Idham, kelompok-kelompok atau aliran ataupun sekte yang menjalankan ideologi tertutup punya ciri-ciri khusus yaitu ingin menang sendiri, merasa paling benar, apa yang dikatakan orang lain itu salah semua, tidak ada diskusi dan dogmatis.
Apalagi ideologi tertutup secara harfiahnya merupakan ideologi yang bersifat mutlak. Suatu yang dianggap kebenaran dalam ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan dalam nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Ideologi tertutup memiliki sifat yang dogmatis dan apriori.
Sejarah telah membuktikan, ideologi apapun ketika bersifat tertutup dan berkaitan dengan kekuasaan maka akan membahayakan. Bukan sekadar pada satu agama saja. So, mereka yang menuduh pidato Ketum PDI Perjuangan menyerang Umat Islam ibarat sedang mencari cara untuk meng-Ahok-kan Ibu Megawati.
Polemik pidato Megawati dengan kata kunci ideologi tertutup pun seperti sedang diarahkan ke jalan serupa. Megawati sedang dalam tahap di-Ahok-an agar kemudian berhadapan langsung dengan Umat Islam.
Permainan tafsir kata yang sempat bekerja sangat efektif dalam kasus Ahok coba untuk digunakan kembali pada konteks pidato Mega. Padahal secara sepintas siapapun paham tidak ada sepatah katapun dalam pidato Mega yang menyudutkan Umat Islam, terlebih bahwa Megawati juga seorang Muslimah.
Wis ngerti ora, Son? Sana habiskan dulu micinnya, sampai tetes terakhir. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H