Sudah sejak April silam, kiriman video dan artikel dari Om Semut sampai ke rumah saya. Artinya sudah 5 bulan "ilmu" budidaya semut ini saya dapatkan. Tapi sayangnya, kurangnya semangat membuat saya menunda untuk mewujudkan bisnis agro yang satu ini. [caption id="attachment_136642" align="alignnone" width="240" caption="semut merah"][/caption] Semut merah atau dalam bahasa Jawa disebut ngangrang adalah penghasil pakan burung yang paling banyak dicari. Telur dari si semut, yang disebut kroto, merupakan dagangan paling laris di pasar-psar burung. Selama ini, kroto didapat dengan cari mencari di alam. Harga jualnya bisa mencapai 80 ribu sampai 100 ribu rupiah di tingkat eceran. Itu pun, stoknya belum tetu tersedia, karena sangat tergantung pada para musim. Pengembangan budidaya semut, punya banyak manfaat. Selain untuk memastikan stok kroto selalu ada di pasaran, juga dapat menghindari kerusakan pada semut-semut yang di alam liar. Sampai saat ini, pelaku budidaya semut masih sangat terbatas pada komunitas-komunitas tertentu. Kendala paling susah adalah mencari bibit. Yang kedua adalah kerajinan untuk merawat semut-semut tadi. Semoga si semangat tadi segera menghampiri saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H