Tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik
Hampir semua orang bisa mendengar, tapi banyak orang yang belum bisa menjadi pendengar yang baik. Seseorang yang bercerita soal masalah hidupnya, ingin perasaannya divalidasi dan dimengerti, bukan dihakimi. Karena rasa marah, sedih, kesal, kecewa, dan lain sebagainya itu manusiawi.
Sebagai pendengar, kita tak dituntut untuk memberikan solusi atau ikut memecahkan masalah hidup seseorang. Kita hanya perlu mendengarkan ceritanya dengan seksama dan memberi pendapat jika memang diminta. Jangan memotong ceritanya atau membandingkan masalahnya dengan orang lain.
Menyela ceritanya justru membuatnya tak nyaman dan membandingkan masalah hidupnya dengan orang lain, belum tentu membuat kondisi mentalnya jadi lebih baik. Harus dipahami bahwa ketahanan mental setiap orang itu berbeda-beda. Jadi kita tak bisa menjadikan kuatnya mental kita atau orang lain sebagai tolok ukur untuk mental seseorang yang curhat kepada kita.
Belum lagi soal kepercayaan yang harus dijaga. Jangan sampai cerita masalah hidup seseorang yang seharusnya dirahasiakan, malah menyebar dan dijadikan bahan obrolan.
Perilaku seperti itu yang membuat seseorang jadi enggan curhat kepada orang lain, dan lebih memilih memendam atau membayar seseorang untuk mendengarkan curhatan mereka karena menganggap orang tersebut lebih bisa memosisikan diri sebagai pendengar yang baik.
Jadi, sudah cerita apa saja hari ini? Jangan dipendam terlalu lama, ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H