Mohon tunggu...
ARI SUDRAJAT
ARI SUDRAJAT Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jadilah bagian dari perubahan untuk bangsa yang besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi di Balik Nama Kronjo yang Belum Diketahui oleh Masyarakat

21 Agustus 2022   09:17 Diperbarui: 21 Agustus 2022   09:19 2629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Cangkir (Dokpri)

Setiap nama wilayah memilki makna atau sejarah yang terikat dengan bagaimana dan apa yang pernah terjadi di daerah itu. Namun ada juga faktor lain seperti potensi alam dan kegiatan sehari-hari masyarakat yang menjadi awal mula nama itu diciptakan.

Konon katanya menurut cerita warga asal usul nama Kronjo sendiri punya sejarah yang tidak kalah menarik untuk diungkap. Karena Kronjo merupakan sebuah wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah.

Selain itu Kronjo punya tempat yang bersejarah, seperti Makam Syekh Waliyudin atau dikenal dengan Pangeran Jaga Lautan yang berada di Pulau Cangkir. Tempat ini dikenal sebagai tempat wisata ziarah karena terdapat makam Putra pertama Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Pulau Cangkir (Dokpri)
Pulau Cangkir (Dokpri)
Kemudian juga ada salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh umat muslim seluruh Indoneisa yang lokasinya tidak jauh dari Kronjo yakni Tempat Penziarahan Syekh Nawawi Al-Bantani di Tanara yang masuk wilayah Kabupaten Serang.

Mengutip dari beberapa cerita warga, konon katanya sejarah desa Kronjo berawal dari sebuah peristiwa seorang musyafir yang dirampok oleh begal lalu di mutilasi dan dimasukan kedalam wadah yang disebut Kroso (keranjang anyaman bambu). Kemudian digantung di pohon Kidondong. 

Setelah seminggu kemudian ada warga yang menemukanya yang hendak mengambil kayu bakar. Lalu warga tersebut melihat Kroso yang menggantung di atas pohon lantaran penasaran dengan isi Kroso tersebut warga akhirnya mencoba untuk melihat dengan menurunkan Kroso yang menggantung di pohon.

Ilustrasi Kroso (Dokpri)
Ilustrasi Kroso (Dokpri)
Nah setelah diturunkan warga pun terkejut ternyata isinya adalah potongan tubuh manusia, namun ada kejadian aneh potongan manusia tersebut tidak bau aroma busuk dan tidak dikerumunin lalat seperti pada potongan manusia umunya. Bahkan malah sebaliknya baunya harum seperti parfum.

Lalu dikubur lah potongan tubuh manusia tersebut dan sampai sekarang makam tersebut selalu di ziarahi oleh masyarakat dengan sebutan makam Ki Buyut Kronjo. Dari cerita tersebut terciptalah asal nama Kronjo yang berasal dari nama (Kroso) yang dipakai untuk nama Desa dan Kecamatan di Tangerang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun