Di balik hiruk-pikuk Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, ada satu visi besar yang pernah direncanakan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yaitu pemindahan ibu kota ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada era 1950-an, Soekarno memandang bahwa Jakarta terlalu rentan terhadap serangan dari laut dan ingin menciptakan ibu kota yang lebih strategis dan aman di tengah-tengah kepulauan Indonesia. Rencana ambisius ini, meskipun akhirnya tidak terwujud, menunjukkan visi besar Soekarno mengenai pertahanan dan pembangunan nasional.
Pada tahun 1950-an, Presiden Soekarno memiliki rencana besar yang jarang diketahui banyak orang: memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya di Kalimantan Tengah. Pemindahan ini direncanakan dengan tujuan untuk menciptakan ibu kota baru yang lebih strategis dan aman dari ancaman eksternal. Rencana ini muncul karena kekhawatiran Soekarno terhadap posisi Jakarta yang dianggap terlalu rentan terhadap serangan dari laut dan berpotensi menghambat pertumbuhan negara yang baru merdeka. Meskipun rencana ini tidak pernah terwujud, gagasan Soekarno tersebut tetap relevan hingga hari ini dan menjadi bukti visi jangka panjangnya untuk Indonesia.
1. Alasan di Balik Pemindahan Ibu Kota
Soekarno melihat Jakarta sebagai ibu kota yang memiliki banyak kelemahan strategis. Kota ini berada di pesisir dan dikelilingi oleh laut, membuatnya mudah diserang dari arah manapun. Dalam konteks era 1950-an, di mana ancaman militer masih sangat nyata dan stabilitas politik Indonesia belum sepenuhnya kokoh, Soekarno berpikir bahwa ibu kota yang lebih aman dan lebih sulit dijangkau oleh serangan musuh akan lebih ideal.
Contoh Praktis: Soekarno menginginkan ibu kota yang berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia, sehingga lebih terlindung dari serangan luar dan lebih representatif dari seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Pilihan jatuh pada Palangkaraya di Kalimantan Tengah karena letaknya yang strategis dan potensi untuk berkembang menjadi pusat pemerintahan dan pertahanan yang kuat.
Langkah Konkret yang Direncanakan: Pada tahun 1957, Soekarno bahkan telah meresmikan Palangkaraya sebagai ibu kota Kalimantan Tengah dan memulai beberapa pembangunan infrastruktur dasar di kota tersebut. Ia juga menyatakan visinya bahwa Palangkaraya akan menjadi "Wajah Indonesia" yang baru---simbol dari persatuan dan kesatuan nusantara.
2. Palangkaraya sebagai Pusat Pertahanan dan Pemerintahan
Selain alasan keamanan, Soekarno juga ingin menjadikan Palangkaraya sebagai pusat pemerintahan yang mencerminkan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan memindahkan ibu kota ke Kalimantan, Soekarno ingin mengurangi dominasi Jawa dalam politik dan pemerintahan, serta mendorong pembangunan yang lebih merata di luar Pulau Jawa.
Contoh Praktis: Palangkaraya dirancang untuk menjadi kota modern dengan tata letak yang memudahkan mobilitas militer dan administratif. Soekarno membayangkan kota ini akan dikelilingi oleh sungai-sungai besar yang bisa digunakan sebagai jalur transportasi alami sekaligus sebagai pertahanan alami.
Langkah Konkret yang Direncanakan: Desain awal Palangkaraya mencakup jalan-jalan yang luas, gedung-gedung pemerintahan, dan fasilitas umum yang modern. Soekarno bahkan melibatkan arsitek terkenal Friedrich Silaban dan Soesilo untuk merancang tata kota Palangkaraya dengan visi futuristik yang mencerminkan semangat pembangunan nasional.
3. Kendala dan Tantangan yang Dihadapi
Meskipun visi Soekarno untuk memindahkan ibu kota sangat ambisius, ada banyak kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah masalah logistik dan biaya. Membangun ibu kota baru dari nol di tengah hutan Kalimantan memerlukan sumber daya yang sangat besar, baik dari segi keuangan, tenaga kerja, maupun teknologi.
Contoh Praktis: Indonesia pada waktu itu baru saja merdeka dan masih berjuang untuk membangun ekonominya. Banyak proyek pembangunan di seluruh negeri yang juga membutuhkan perhatian dan sumber daya. Selain itu, kondisi geografis Kalimantan yang penuh hutan dan rawa-rawa menambah tantangan dalam membangun infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan gedung-gedung pemerintahan.
Langkah Konkret yang Terhambat: Meskipun beberapa infrastruktur dasar mulai dibangun, proyek pemindahan ibu kota akhirnya terhenti karena kekurangan dana dan perubahan prioritas politik. Terlebih lagi, setelah Soekarno digantikan oleh Soeharto, fokus pembangunan lebih diarahkan pada pengembangan ekonomi di Pulau Jawa.
4. Relevansi Rencana Pemindahan Ibu Kota Hari Ini
Meskipun rencana Soekarno untuk memindahkan ibu kota ke Palangkaraya tidak terwujud, ide ini tetap relevan hingga hari ini. Pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan rencana untuk memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Keputusan ini diambil untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi Jakarta saat ini, termasuk kemacetan, polusi udara, dan risiko banjir.
Contoh Praktis: Rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur mengingatkan kita pada visi Soekarno untuk menciptakan ibu kota yang lebih strategis dan berkelanjutan. Kalimantan Timur dipilih karena lokasinya yang lebih aman dari ancaman bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, serta potensinya untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Pulau Jawa.
Langkah Konkret yang Dilakukan Saat Ini: Pemerintah telah memulai pembangunan infrastruktur dasar di ibu kota baru, yang diberi nama Nusantara, dengan harapan akan selesai dalam beberapa tahun ke depan. Ini mencakup pembangunan jalan, fasilitas umum, dan gedung-gedung pemerintahan yang ramah lingkungan dan modern.
Rencana Soekarno untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Palangkaraya adalah salah satu dari banyak visi besar yang dimilikinya untuk membangun bangsa ini. Meskipun rencana tersebut tidak pernah terwujud, gagasan tersebut menunjukkan bagaimana Soekarno berpikir jauh ke depan mengenai pertahanan, pemerataan pembangunan, dan representasi seluruh wilayah Indonesia. Hingga hari ini, relevansi dari gagasan ini masih terasa, terutama dengan adanya rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur yang diusulkan oleh pemerintahan saat ini. Ini menunjukkan bahwa meskipun sejarah mungkin tidak berjalan sesuai dengan rencana, ide-ide besar seperti milik Soekarno tetap hidup dan terus mempengaruhi arah pembangunan bangsa.
Daftar Pustaka :
Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Gramedia, 2007.
Wawan Tunggul Alam, Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik 1961-1965, Gramedia, 2010.
Colin Brown, Soekarno: Founding Father of Indonesia, Marshall Cavendish, 2014.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), "Dokumen dan Pidato Presiden Soekarno", dapat diakses melalui ANRI.go.id.
Jurnal Indonesia, Cornell University, edisi 1957-1965.
"Rencana Pemindahan Ibu Kota pada Era Soekarno", Majalah Tempo, Edisi Khusus Sejarah, 2015.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, "Sejarah dan Kebijakan Soekarno", tersedia di Kemendikbudristek.go.id.
"Misteri Pemindahan Ibu Kota ke Palangkaraya", Sejarah RI, diakses melalui SejarahRI.com.
Google Scholar, "Penelitian Akademik tentang Kebijakan Soekarno", dapat diakses melalui scholar.google.com.
Dokumenter "Visi dan Misi Soekarno dalam Membangun Indonesia", ditayangkan di TVRI pada 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H