ANALISIS FEMINISME CERPEN PENGUBURAN KEMBALI SITARESMI KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO
Aris Setiawan
Abstrak: Penelitian ini memiliki tujuan untuk  menganalisis feminisme dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo. Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu segala bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh utama dan segala upaya perjuangan tokoh utama untuk melawan segala bentuk penindasan yang dialaminya dan teman-temannya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan feminisme karya sastra.Â
Dari analisis data yang dilakukan terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh yaitu:  1) bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh  tokoh utama  yang berupa subordinasi atau anggapan bahwa perempuan itu lebih rendah dari laki-laki sehingga mereka dimanfaatkan oleh laki-laki dan mendapat perlakuan yang semena-mena oleh laki-laki;  stereotype yaitu pelabelan negative terhadap kaum wanita yang ada dalam cerpen tersebut; dan kekerasan yang dialami oleh tokoh utama dan teman-temannya yang merupakan seorang wanita dalam cerpen tersebut. 2) Bentuk-bentuk perjuangan dari tokoh utama untuk melawan penindasan yang dialami dirinya dan teman-temannya yang digambarkan oleh pengarang dalam cerpen Penguburang Kembali Sitaresmi tersebut.
Kata Kunci: Feminisme, cerpen.
Karya sastra merupakan ekspresi, pikiran, Â atau perasaaan yang timbul dari dalam diri seseorang yang dituangkan melalui bahasa yang indah baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Menurut Sumarjo dan Saini K.M.(1988:3) karya sastra merupakan ungkapan manusia yang bisa berupa pemikiran, perasaan, keyakinan, semangat, ide, dan pengalaman dalam bentuk suatu gambaran yang konkret yang dapat membangkitkan pesona dengan melalui sebuah bahasa yang indah. Dalam pembelajaran karya sastra tentunya terdapat banyak pendekatan-pendekatan atau teori untuk menganalisis sebuah karya sastra. Salah satu diantara pendekatan yang berkembang adalah pendekatan feminism dalam karya sastra.
Pendekatan feminisme dalam karya sastra mulai berkembang semenjak banyak pengarang-pengarang karya sastra yang banyak mengarang sebuah karya sastra dengan menonjolkan aspek feminisme di dalam karya-karya mereka. Paham feminisme muncul karena banyak kesadaran atas ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan yang bisa berupa penindasan dan kekerasan yang dialami kaum hawa dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat.Â
Kajian mengenai feminisme dalam karya sastra dilakukan dengan memandang sebuah karya sastra dengan kesadaran khusus yaitu kesadaran bahwa terdapat juga jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya dan sastra serta berhubungan langsung dengan kehidupan kita yang dapat mempengaruhi pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra. Feminisme awalnya memang muncul akibat banyaknya kaum laki-laki yang menganggap perempuan hanya sebagai sebuah objek semata dan menganggap semua perempuan itu lemah dan bahkan melabeli perempuan dengan hal-hal yang negative.
      Peneliti menganalisis cerpen karya Triyanto Triwikromo yang berjudul Penguburan Kembali Sitaresmi dengan menggunakan pendekatan feminisme dengan alasan yang pertama yaitu terdapat suatu ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh utama dan teman-temannya yang merupakan seorang wanita. Terdapat kekerasan-kekerasan yang dialami oleh tokoh utama dan teman-temannya yang digambarkan jelas oleh pengarang dalam cerpen tersebut. Alasan yang kedua yaitu penggambaran tokoh utama yang digambarkan sebagai seorang wanita yang kuat dan terus melakukan berbagai perjuangan dalam menghadapi segala bentuk kekerasan yang dialami dirinya dan teman-temannya yang digambarkan secara jelas dalam cerpen tersebut.
      Penelitian ini berfokus pada feminisme tokoh perempuan yang merupakan tokoh utama dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo. Penelitian ini akan lebih tertuju pada tokoh utama yang merupakan seorang wanita karena menyesuaikan penelitian dengan konsep dasar feminisme. Dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi banyak menggambarkan penindasan yang dialami oleh tokoh utama yang seorang wanita dan menggambarkan perjuangan tokoh utama tersebut dalam melawan segala bentuk penindasan yang berupa kekerasan bahkan pembunuhan dengan melakukan pemberontakan dan melawan orang-orang yang menindas tokoh utama tersebut.
      Penelitian ini juga merujuk pada penelitian lain yang relevan yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Eka Fitria, Christianto Syam, Agus Wartiningsih dengan judul Kajian Feminisme Dalam Antologi Cerpen Kami Tak Butuh Kartini Indonesia Karya Novela Nian dkk. Penelitian tersebut menampilkan beberapa masalah terkait feminisme antara lain, 1) Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi; 2) bentuk ketidakadilan berupa subordinas;i 3) ketidakadilan gender yang berbentuk stereotipe; 4) kekerasan yang dialami tokoh wanita; 5) bentuk ketidakadilan gender dalam bentuk double burden. Kesimpulan dari penelitian tersebut menampilkan kelima bentuk ketidakadilan gender tersebut digambarkan dengan jelas dalam antologi cerpen tersebut.
      Ada juga penelitian lain yang relevan dengan penelitian feminisme yaitu penelitian yang dilakukan oleh Iit Kurnia, Totok Priyadi, Agus Wartiningsih dengan judul penelitian Kajian Feminisme Dalam Novel Secuil Hati Wanita Diteluk Eden Karya Vanny Chrisma W. yang membahas mengenai bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh perempuan dan memaparkan segala bentuk perjuangan tokoh perempuan dalam menghadapi penindasan dalam novel Secuil Hati Wanita Di Teluk Eden karya Vanny Charisma W. tersebut. Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tokoh utama dalam novel Secuil Hati Wanita Di Teluk Eden karya Vanny Charisma W. mengalami penindasan yang disebabkan oleh adanya ketidakadilan gender. Bentuk ketidakadilan gender tersebut berupa pelabelan negative terhadap tokoh wanita dalam novel tersebut yaitu tuduhan berbohong yang sering dialami tokoh wanita dalam novel tersebut selain itu ada juga berbagai kekerasan dalam rumah tangga  yang dialami oleh tokoh wanita dalam novel tersebut. Dalam penelitian tersebut juga diperoleh kesimpulan  tentang berbagai perjuangan yang dilakukan oleh tokoh wanita dalam novel tersebut dalam menghadapi segala bentuk kekerasan dan penindasan yang dialaminya.
      Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini memiliki tujuan yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan kajian feminism yang terdapat dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo. Selain itu penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu untuk mendeskripsikan beberapa hal yang berkaitan dengan kajian feminisme. Yang pertama yaitu penulis akan mendeskripsikan segala bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh utama wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo. Dan yang kedua yaitu peneliti akan mendeskripsikan tentang segala bentuk perjuangan yang dilakukan oleh tokoh utama wanita dalam menghadapi segala bentuk penindasan dan kekerasan yang dialami oleh tokoh utama dan teman-temannya dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo.
TINJAUAN PUSTAKA
      Karya sastra terkadang memiliki hubungan dengan apa yang terjadi pada kehidupan manusia di dunia. Banyak sekarang karya sastra yang pengarangnya menampilkan sebuah kisah ataupun cerita tentang suatu peristiwa yang pernah terjadi ataupun tentang pengalaman hidup dari seorang penulis itu sendiri. Hal tersebut terkadang menambah kesan menarik pada karya sastra mereka dan meningkatkan minat pembaca. Pembaca sekarang mungkin lebih tertarik dengan cerita atau kisah yang lebih nyata dan menceritakan sebuah kisah yang mungkin pernah dialami oleh orang lain ataupun pembaca. Jadi, pembaca akan ikut merasakan konflik yang ada dalam cerita yang ditampilkan oleh pengarang dalam karya sastranya. Salah satu kajian karya sastra yang timbul karena pengalaman manusia didalam menjalani kehidupan mereka yaitu kajian feminisme karya sastra.
      Kajian atau pendekatan sastra feminisme dapat diartikan sebagai sebuah kajian karya sastra yang memancing kesadaran bahwa terdapat perbedaan jenis kelamin yang menimbulkan berbagai masalah pada kehidupan manusia di dunia. Menurut salah satu pendapat seorang ahli yaitu Ratna (2004:184), feminisme merupakan kata yang terbentuk dari kata "femme" yang berarti perempuan. Kata "femme" juga diartikan sebagai perempuan yang merupakan subjek tunggal yang berjuang dalam memperjuangkan hak-hak asasi bagi kaum wanita dalam arti jamak. Feminisme sendiri memiliki tujuan untuk menciptakan suatu keseimbangan gender antara laki-laki dan perempuan agar tidak menimbulkan konflik yang terus terjadi dan merugikan kaum perempuan. Feminisme awalnya merupakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh wanita-wanita di dunia untuk menolak dan menghilangkan segala bentuk marginalisasi atau anggapan bahwa wanita tidak bisa menjadi seorang pemimpin, subordinasi yaitu anggapan bahwa wanita merupakan seseorang yang lemah dan tidak bisa memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, kedudukan politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
      Pemahaman feminisme awalnya berasal dari eropa yaitu Negara Perancis. Hal tersebut berawal saat terjadi Revolusi Perancis dan terjadinya masa pencerahan di daerah Eropa Barat. Peristiwa tersebut kemudian memunculkan berbagai argument-argumen dalam konteks politik ataupun moral. Hal tersebut juga berdampak pada ikatan-ikatan serta norma-norma tradisional yang ada pada masyarakat Perancis dan Negara-negara Eropa barat lainnya. Meskipun pemikiran dan gerakan feminisme berasal dari negara yang memiliki ikon menara Eiffel tersebut, namun pemikiran ini mulai berkembang ke seluruh penjuru dunia. Bahkan gerakan-gerakan feminisme malah semakin gencar dilakukan di negara penguasa dunia yaitu Amerika.
      Menurut salah satu pendapat seseorang yaitu Fakih (2010:78), dia berpendapat bahwa secara umum orang-orang memiliki prasangka bahwa feminisme merupakan sebuah gerakan pemberontakan yang dilakukan kaum perempuan terhadap dominasi kaum laki-laki. Munculnya gerakan feminisme berasal dari  adanya sebuah dorongan atau keinginan perempuan-perempuan di dunia untuk menyeterakan hak asasi mereka dengan para laki-laki di dunia. Mereka kaum perempuan sudah mulai muak diperlakukan tidak adil di dunia ini. Karena selama ini mereka menganggap  diri mereka seolah tidak pernah dihargai oleh laki-laki dalam hal pengambilan sebuah keputusan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, atau bahkan pemerintahan. Kaum wanita juga merasa terkekang oleh suatu superioritas sebuah kekuatan besar yang menganggap diri mereka sebagai seorang laki-laki. Laki-laki hanya menganggap perempuan sebagai alat pemuas kebahagiaan ataupun nafsu saja bagi mereka.
      Hal-hal yang dituju atau menjadi fokus dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan atau kajian feminisme adalah pandangan pengkaji soal kesadaran bahwa terdapat jenis kelamin yang memiliki banyak hubungan dengan budaya, sastra, serta kehidupan  manusia di dunia. Hal tersebut kemudian membuat suatu perbedaan pada diri setiap pengarang, setiap pembaca, perwatakan, serta faktor dari luar  yang berpengaruh terhadap situasi pengarangan sebuah karya sastra. Selain itu, dengan mengkaji karya sastra feminisme, kita juga dapat mengetahui ideologi dari pencipta suatu karya sastra. Ada berbagai karya satstra yang dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan atau kajian feminisme seperti cerpen, novel, ataupun karya prosa lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji sebuah cerpen yang berjudul Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo dengan menggunakan kajian atau pendekatan feminisme.
      Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang berisikan sebuah cerita fiktif yang menampilkan tokoh, latar, dan konflik-konflik yang dapat menarik minat pembaca. Cerpen merupakan sebuah karya sastra yang pada umumnya ceritanya tidak lebih panjang daripada novel.  Menurut salah satu pendapat dari Nurhayati (2019: 116),cerpen  bisa disebut sebagai sebuah karangan fiktif yang biasanya hanya berisikan sebagian kisah dari seorang tokoh. Tetapi, cerpen biasanya juga berisikan seluruh kisah atau cerita kehidupan yang diceritakan dengan singkat dan hanya berfokus pada seorang tokoh yang dipilih. Cerpen juga merupakan karya sastra dalam bentuk prosa yang memiliki unsur-unsur didalamnya seperti, tokoh, alur, tema, amanat, sudut pandang, latar, serta gaya bahasa yang dipakai dalam penciptaan sebuah karya sastra.
      Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kajian tentang feminisme didalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo. Pengkajian atau pendekatan feminisme dipilih karena dalam cerpen tersebut terdapat kisah tentang perjuangan seorang tokoh utama dan teman-temannya yang merupakan seorang wanita dalam menghadapi segala penindasan dan kekerasan yang mereka alami akibat ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender yang terjadi didalam cerpen tersebut antara lain yaitu: subordinasi atau anggapan bahwa perempuan bukanlah seseorang yang harus diutamakan dan menganggap bahwa laki-laki memiliki derajat yang lebih tinggi diatas perempuan dan dapat bertindak semena-mena, stereotipe yaitu pelabelan negatif terhadap kaum perempuan, segala tindak kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan dalam cerpen tersebut.
      Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut pendapat Syamsudin (2006:7), "penelitian dengan menggunakan metode kualitatif adalah sebuah proses penelitian yang menentukan hasil dalam bentuk data yang berupa kata-kata tulisan atau lisan dan juga orang-orang ataupun perilaku yang ingin diamati". Dari definisi yang dipaparkan tersebut ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara mengumpulkan data-data penelitian dengan menggunakan teknik membaca dan menulis. Kemudian data yang sudah terkumpul dianalisis dan diinterpretasikan untuk selanjutnya mengambil kesimpulan dari berbagai data tersebut. Data yang digunakan peneliti disini yaitu cerpen dengan judul Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo dari kumpulan cerpen kompas. Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian-penilitian lain yang lebih dahulu pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini.  Penelitian tersebut antara lain yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriawati, Christiyanto Syam, Agus Wartiningsih yang berjudul Kajian Feminisme Dalam Antologi Cerpen Kami Tak Butuh Kartini Indonesia, dan penelitian yang dilakukan oleh Iit Kurnia, A. Totok Priyadi, Agus Wartiningsih dengan judul penelitian yaitu Kajian Feminisme Dalam Novel Secuil Hati Wanita Di Teluk Eden Karya Vanny Charisma W. yang tentunya relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti kali ini.
PEMBAHASAN
      Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan kajian tentang feminism didalam cerpen yang berjudul Penguburan Kembali Sitaresmi Karya Triyanto Triwikromo. Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo, menceritakan sebuah kisah tentang pembantaian 24 wanita yang dianggap tentara gerwani. Pembantaian tersebut dilakukan oleh tentara-tentara bersenjata pemerintahan presiden Soeharto. Kisah tersebut diceritakan oleh tokoh Aku dalam cerpen tersebut kepada seseorang yang sulit mempercayai kisah tersebut. Tokoh Aku merupakan saksi mata dari kejadian pembantaian 24 wanita yang tangguh tersebut. Dalam cerita dikisahkan bahwa wanita-wanita itu dibawa ke hutan oleh tentara-tentara bersenjata menggunakan mobil Jeep. Ditengah hutan wanita-wanita itu kemudian dibantai dengan dipukuli dan ditembaki menggunakan senjata para tentara tersebut. Namun wanita-wanita tersebut ada yang mencoba melawan segala penindasan dan kekerasan yang mereka alami, namun mereka terlalu lemah dan tak berdaya dihadapan senjata-senjata para tentara. Namun terdapat satu sosok wanita yang diceritakan sebagai sosok yang tangguh yang terus melawan tentara-tentara tersebut. Tokoh itulah yang diperkenalkan sebagai Sitaresmi yang merupakan seorang dalang dan pemimpin diantara 23 wanita lainnya. Sitaresmi digambarkan sebagai sosok wanita yang kuat dan tangguh. Banyak tentara-tentara yang menyerangnya dengan memukul,menusuk, dan bahkan menembakinya. Namun hal itu sia-sia saja karena dalam cerpen ini diceritakan bahwa Sitaresmi tidak tergores sedikitpun dan tidak ada senjata yang mempen terhadap dirinya. Bahkan peluru-peluru tentara tidak dapat melukainya. Dengan berbagai usaha yang dilakukan para tentara untuk melukai Sitaresmi yang selalu gagal, akhirnya para tentara mengencingi senjata mereka dan kembali Sitaresmi. Hal tersebut mungkin saja berhasil membunuh Sitaresmi, namun tokoh Aku tidak menjelaskan secara detail tentang kematian Sitaresmi. Diakhir cerpen diceritakan bahwa akhirnya kuburan dari 24 wanita tangguh tersebut dibongkar oleh relawan-relawan dan akan dikuburkan kembali dengan perlakuan yang layak.
      Dalam penelitian cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo tersebut, peneliti menemukan aspek-aspek tentang kajian feminisme yang ada pada cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi tersebut.Aspek-aspek yang ditemukan oleh peneliti yaitu persoalan tentang ketidakadilan gender yang terdapat pada cerpen tersebut. Ketidakadilan gender yang ditemukan yaitu subordinasi, stereotipe, dan kekerasan-kekerasan yang dialami tokoh wanita dalam cerpen tersebut. Selain itu, ditemukan juga perjuangan tokoh wanita dalam menghadapi penindasan yang mereka alami.
Ketidakadilan gender
      Dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo, banyak ditemukan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang digambarkan jelas oleh pengarang. Ketidak adilan gender tersebut muncul karena adanya superioritas dari tokoh-tokoh lelaki dalam cerpen tersebut yang bertindak semena-mena terhadap para tokoh wanita. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang ditemukan antara lain yaitu subordinasi, stereotipe, dan kekerasan-kekerasan yang dialami oleh tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi.
- Subordinasi bisa disebut juga dengan penomorduaan, merupakan sebuah anggapan maupun penilaian yang mendeskripsikan bahwa perempuan-perempuan di dunia memiliki kedudukan yanhg lebih rendah daripada laki-laki. Perempuan selama ini hanya dianggap sebagai pelayan laki-laki dalam hal pekerjaan rumah tangga ataupun pemuas nafsu bagi lelaki-lelaki di dunia. Â Bentuk-bentuk subordinasi dapat kita temukan pada kutipan berikut ini.
- "Para penembak memanggil tiga sinden dan memberi mereka belati. Tiga sinden tegang. Mungkin mereka gamang melukai perempuan kencana yang mereka kasihi."
- Â "Lakukan sekarang!" Teriak komandan regu tembak.
- Dalam kutipan cerita tersebut diceritakan bahwa ketiga sinden dipanggil oleh tentara-tentara penembak dan diberikan belati. Mereka dipaksa membunuh Sitaresmi oleh para tentara-tentara tersebut. Dalam kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya subordinasi yaitu penanggapan wanita-wanita dalam cerpen tersebut dianggap sebagai pelayan bagi kaum laki-laki dan dianggap memiliki derajat yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki. Mereka bahkan dipaksa oleh tentara-tentara untuk membunuh Sitaresmi yang merupakan seseorang yang mereka kasihi.
- Stereotipe, stereotipe bisa diartikan sebagai pelabelan atau pendeskripsian yang negatif terhadap wanita.stereotipe selalu menganggap bahwa wanita adalah sumber dari segala kesalahan atau masalah yang terjadi. Bentuk ketidakadilan gender stereotipe yang terdapat pada cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo dapat kita temukan pada kutipan berikut ini.
- "Aku sekedar ingin mengatakan, hanya karena Sitaresmi dan 23 perempuan penabuh gamelan dan sinden selalu memainkan lakon Dewa Sampun Pejah, mereka dikejar-kejar serdadu. Mereka dianggap antek Gerwani. Mereka dianggap menghina Gusti Allah."
- Dalam kutipan diatas, terjadi bentuk ketidakadilan gender yaitu stereotipe atau pemberian label negatif pada Sitaresmi dan 23 perempuan penabuh gendang dan sinden. Mereka dianggap sebagai antek-antek Gerwani yang merupakan istilah yang berkembang pada masa itu. Gerwani adalah salah satu kelompok penganut ideologi komunis yang melakukan pemberontakan dimasa itu. Pelabelan negatif wanita-wanita tersebut tidak memiliki dasar apapun dan mereka dianggap memberontak dan memusuhi negara sehingga sampai diburu untuk kemudian dibunuh. Selain itu, mereka juga dianggap telah menghina Gusti Allah. Tuduhan ini juga dituduhkan oleh serdadu-serdadu tersebut kepada Sitaresmi dan 23 wanita lainnya tanpa dasar yang jelas.Mereka dianggap telah menghina Tuhan mereka yang mungkin saja tidak pernah dilakukan oleh mereka.
- "Jika salah satu dari kita tidak bisa membunuh Sitaresmi, bukan tidak mungkin para sinden, yang mungkin tahu rahasia sang majikan, justru bisa dengan mudah menghabisi dalang sialan itu."
- Kutipan tersebut juga menunjukkan adanya stereotipe atau pelabelan yang negatif yang dialami oleh tokoh Sitaresmi. Sitaresmi dianggap sebagai dalang yang sialan. Kata sialan merupakan label yang negatif karena kata sialan biasanya dipakai untuk mendeskripsikan seseorang yang memiliki perilaku yang tak terpuji atau buruk. Tentunya pendeskripsian sialan kepada tokoh Sitaresmi juga merupakan hal yang salah dan tidak memiliki dasar apapun.
- Kekerasan yang dialami oleh tokoh-tokoh wanita yang ada dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi. Banyak bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh tokoh-tokoh wanita dalam cerpen tersebut. Kekerasan-kekerasan tersebut awalnya disebabkan karena ketidakadilan gender yang membuat wanita-wanita terkekang dan teraniaya oleh sebuah dominasi dari kaum laki-laki. Kekerasan yang dialami tokoh-tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi dapat kita temukan pada kutipan-kutipan berikut ini.
- "Kepala-kepala mereka, sebagaiman kepala kita, sanggup sangat ringkih. Taka da yang tidak pecah saat dihajar popor tentara. Tak ada yang utuh dan berceceran kecuali kepala Sitaresmi saat dihantam beberapa peluru senapan."
- "Para penembak pun menusukkan bayonet ketubuh Sitaresmi. Tetapi hanya terdengar semacam benturan besi dengan besi."
- "Para penembak menusukkan bayonet ke mata, tetapi hanya terlihat semacam perisai cahaya yang menghalangi siapapun menatap Sitaresmi menyanyikan tembang Maskumambang."
- "Para penembak lebih cepat melesatkan peluru ke tubuh para sinden."
- Dalam beberapa kutipan tersebut, dijelaskan bahwa terdapat bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh tentara-tentara bersenjata kepada Sitaresmi dan 23 wanita lainnya. Para tentara menyiksa mereka semua dengan memukuli mereka dengan popor senjata sampai kepala-kepala mereka pecah. Mereka juga menembaki para wanita sampai daging-daging dan darah mereka berceceran. Mereka juga mencoba menyiksa Sitaresmi dengan melakukan berbagai upaya dari mulai memukul, menusuk tubuh Sitaresmi, dan sampai menembak Sitaresmi. Akhirnya tentara-tentara tersebut berhasil membunuh Sitaresmi dan 23 wanita lainnya dan menguburkannya secara paksa. Segala bentuk kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh para tentara tersebut terjadi akibat ketidakadilan gender dan anggapan bahwa wanita-wanita tersebut merupakan pemberontak dan sumber masalah.
- Bentuk-bentuk perjuangan wanita untuk melawan penindasan
- Aspek-aspek feminisme yang ditemukan peneliti dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo lainnya yaitu bentuk-bentuk perjuangan dari tokoh wanita dalam cerpen tersebut dalam upaya mereka melawan segala bentuk kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pria dalam cerpen tersebut. Bentuk-bentuk perjuangan wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi dapat kita temukan pada kutipan-kutipan berikut.
- "Para penembak menusukkan bayonet ke tubuh Sitaresmi, tetapi hanya terdengar semacam benturan besi dengan besi."
- "Para tentara menusukkan bayonet ke mata, tetapi hanya terlihat semacam perisai cahaya yang menghalangi siapapun memandang Sitaresmi yang menyanyikan tembang Maskumambang."
- Dalam  kedua kutipan tersebut, diceritakan tentang perjuangan tokoh Sitaresmi melawan segala bentuk penindasan dan kekerasan yang dilakukan oleh para tentara. Sitaresmi terus berdiri meskipun ditusuk tubuhnya, ditusuk matanya dengan bayonet dan ditembaki oleh para tentara tersebut. Namun, hal tersebut sia-sia saja karena dalam cerpen ini dikisahkan bahwa tokoh Sitaresmi adalah perempuan yang kuat dan tangguh yang tidak mempan ditusuk dengan menggunakan bayonet. Hal tersebut dapat kita lihat juga dalam kutipan berikut ini.
- "Segalanya bisa begitu gampang terjadi gara-gara tak satupun peluru serdadu bisa menembus tubuh Sitaresmi."
- Kutipan cerpen tersebut menjelaskan bahwa tokoh Sitaresmi digambarkan sebagai sosok perempuan yang tangguh dalam cerpen tersebut. Tokoh Sitaresmi bahkan tidak mempan ditembaki oleh peluru-peluru para tentara tersebut. Pengarang ingin menunjukkan kepada kita bahwa tidak semua wanita di dunia itu lemah dan tidak berdaya di hadapan laki-laki. Seperti tokoh Sitaresmi yang sangat kuat dan tegar.
- Bentuk-bentuk perjuangan lainnya yang dilakukan para wanita dalam cerpen tersebut juga dapat kita temukan pada kutipan cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi  berikut ini.
- "Diluar dugaan, tiga sinden itu justru berbalik kearah penembak dan berupaya menusukkan belati ke dada para penembak"
- Dalam kutipan tersebut, dijelaskan tentang upaya yang dilakukan oleh ketiga sinden untuk melawan para tentara. Hal tersebut dilakukan oleh ketiga sinden karena mereka sudah tidak tahan dengan perlakuan dan paksaan dari tentara-tentara tersebut. Perjuangan ketiga sinden itu akhirnya gagal dan mereka harus ditembak mati oleh tentara-tentara tersebut. Kutipan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa terdapat perjuangan dari tokoh-tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi dalam menghadapi segala bentuk penindasan dan kekerasan yang mereka alami dalam kisah tersebut.
SIMPULAN
      Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi karya Triyanto Triwikromo dengan menggunakan kajian atau pendekatan feminism, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Feminisme adalah paham yang mulai muncul karena kesadaran akibat ketidakadilan gender yang selalu menimpa perempuan-perempuan di dunia baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, atau negara, dan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, serta politik. Feminisme muncul dengan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak asasi wanita di dunia agar bisa memiliki kesejajaran derajat dengan laki-laki di dunia. Aspek-aspek feminisme yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian tersebut antara lain yaitu. 1) Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh wanita dalam cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi tersebut. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam cerpen tersebut antara lain. Subordinasi atau anggapan bahwa perempuan memiliki derajat yang lebih rendah daripada laki-laki. Dalam cerpen tersebut terdapat contoh subordinasi yaitu pemaksaan yang dilakukan oleh tokoh laki-laki kepada perempuan dalam cerpen tersebut. Bentuk ketidakadilan gender lainnya dalam cerpen tersebut yaitu stereotipe yaitu penganggapan wanita memiliki hal yang negatif. Dalam cerpen tersebut tokoh-tokoh wanita dilabeli negatif dengan dianggap sebagai antek-antek Gerwani dan menjadi musuh bagi negara. Selain itu, juga terdapat bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan dan penindasan yang terjadi dalam cerpen tersebut. Dalam cerpen tersebut terdapat banyak tindakan kekerasan mulai dari penyiksaan hingga pembunuhan dilakukan oleh tentara-tentara dalam cerpen terhadap Sitaresmi dan 23 wanita lainnya. 2) Bentuk-bentuk perjuangan tokoh wanita dalam menghadapi penindasan. Dalam cerpen tersebut juga banyak dikisahkan perjuangan dari Sitaresmi dan 23 wanita lainnya dalam menghadapi penindasan dan kekerasan yang dialami oleh mereka. Mereka melakukan berbagai upaya untuk melawan penindasan yang mereka alami meskipun akhirnya sia-sia dan mereka semua terbunuh dan dikubur secara paksa. Itulah beberapa kesimpulan yang ada dalam penelitian ini, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan menjadi pembelajaran bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
AR, Syamsudin. 2006. Metode Penelitiam Bahasa. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fitriawati, Eka, Christiyanto Syam, Agus Wartiningsih.2014. Kajian Feminisme Dalam Antologi Cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia Karya Novela Nian, Dkk.. Jurnal Pendidikan Dan pembelajaran Khatulistiwa. 3 (2).
Kurnia, Iit, dkk.. 2013. Kajian Feminisme Dalam Novel Secuil Hati Wanita Di Teluk Eden Karya Vanny Charisma. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa. 2(7).
Nurhayati, Enung. 2019. Cipta Kreatif Karya Sastra. Bandung: Yrama Widya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarjo, Jacob dan Saini K.M.. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Triwikromo, Riyanto. 2015. Penguburan Kembali Sitaresmi. Cerpen Kompas.
Sinopsis Cerpen
Cerpen ini awalnya menceritakan tentang rencana pembongkaran kuburan tempat dikuburkannya 24 wanita yang dianggap antek-antek Gerwani dan dibantai pada masa orde baru. Kemudian hal itu membuat tokoh Aku yang merupakan saksi kejadian tersebut teringat akan cerita pembantaian tersebut dan ingin menceritakannya kepada seseorang.Â
Kemudian tokoh Aku mulai menceritakan tentang kisah kelam pembantaian 24 wanita tersebut. Awalnya ke-24 wanita tersebut dikejar-kejar oleh serdadu-serdadu pemerintah dengan tujuan untuk membunuh mereka.Â
Wanita-wanita tersebut dibawa ketengah hutan dengan menggunakan mobil Jeep milik serdadu-serdadu pemerintah. Mereka kemudian mulai disiksa satu persatu oleh serdadu bersenjata api tersebut. Taka da kepala wanita-wanita tersebut yang tidak pecah akibat dipukulu dengan popor senjata oleh tentara-tentara.Â
Daging dan darah wanita-wanita itu mulai berceceran di tanah. Namun ada seseorang wanita yang tidak mempan oleh peluru serdadu tersebut. Perempuan itu adalah Sitaresmi yang merupakan seorang dalang dan pemimpin dari 23 wanita lainnya. Tentara-tentara itu mulai mengikat Sitaresmi di pohon dan menusuknya dengan bayonet namun tak mempan. Lalu tentara-tentara tersebut mncoba menusuk mata Sitaresmi dengan bayonet namun, tetap saja seperti ada perisai penghalang yang melindungi Sitaresmi. Tentara pun akhirnya menyuruh sinden yang merupakan anak buah Sitaresmi membunuh Sitaresmi dengan belati. Namun ketiga sinden itu justru malah berbalik kearah serdadu untuk menyerang serdadu itu. Namun ketiga sinden itu malah mati karena peluru para serdadu lebih cepat menghujami tubuh mereka.Â
Sitaresmi akhirnya memanggil para serdadu untuk mendekat. Entah kata-kata apa yang diucapkan Sitaresmi kepada serdadu itu sehingga serdadu-serdadu tersebut mulai mengencingi peluru dan senjata mereka dan kemudian menyerang Sitaresmi kembali. Sitaresmi dan 23 wanita lainnya akhirnya berhasil dibunuh oleh serdadu-serdadu pemerintah dan dikuburkan bersama-sama dengan cara yang tidak layak. Cerita pun kembali ke masa sekarang yaitu tokoh Aku yang mencoba meyakinkan seseorang dengan cerita tentang Sitaresmi yang ia ceritakan. Akhirnya kuburan 24 wanita-wanita tersebut pun dibongkar oleh relawan untuk kemudian dimakamkan lagi dengan prosedur yang lebih layak dan diiringi dengan doa-doa.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H