Mohon tunggu...
Khaerani Arista Dewi
Khaerani Arista Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - human

meratap dunia merindu akhirat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memberi Inspirasi Meski Tak Berbakat

8 Agustus 2017   03:26 Diperbarui: 16 Agustus 2017   19:22 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukanlah ibu rumah tangga yang ahli dalam mengasuh anak. Saya juga bukan seorang guru atau pakar dalam mendidik anak. Tidak semua anak kecil menyukai saya dan tidak semua anak - anak dapat saya kendalikan. Walau begitu, tidak berarti saya tak menyukai anak-anak.

Saya hanya seorang mahasiswi. Dari memberi pelajaran tambahan / les privat, saya mengenal dunia anak. Dunia abstrak yang dulu pernah saya lewati begitu saja. Sebutlah murid saya ini Sherly, kecintaan-nya pada menggambar sebanyak ia mencintai komik "Miiko" di meja belajar-nya. Sherly, pertama kali saya mengenalnya adalah anak kelas 4 SD yang acap-kali merengek meminta dibantu mengerjakan PR. 

Sejak dari awal perkenalan terlihat jelas ia menyukai menggambar. Saat sudah bosan les, ia akan mulai mencoret-coret. Lalu ia membuka buku gambarnya dan mengatakan ada PR menggambar. Saya menghela napas, "Yaudah, gambar dulu boleh, 1o menit lagi lanjut belajarnya, ya!" Awalnya, saya tak diijinkan melihat gambarnya karena malu. Lalu dengan mengakali sedikit, akhirnya saya berhasil mencuri gambarnya. Melihat hasil gambar pertamanya, aku hanya bisa bilang, "Wow! Bagus sekali! Kelas 4 SD aku ga bisa menggambar sebagus ini,lho!"

Dari pujian itu, ia mulai menunjukkan hasil-hasil gambarnya pada saya. Saya tak mengerti seni, namun setiap seni harus dihargai. Dari pujian itu, ia semakin semangat menggambar dan juga semakin "patuh" pada saya. Kadang, gambarnya sering saya uploadpada instagramsaya. "Lihat Sher, ada yang love gambarmu!" 

Setiap ia menggambar, saya unggah di media sosial hasil karyanya. Setiap pujian yang ia dapat, ia menjadi semakin semangat. Gambarnya pun meski hitam putih semakin membaik setiap harinya. Bahkan dengan bakat kecilnya itu, ia menghadiahi sebuah tulisan selamat ulang tahun kepada saya. Sweet! 

Kini, ia pun mulai memiliki akun media sosial sendiri dan mengunggah hasil karyanya sendiri. Saya cukup sering memberi love atau komentar. 

Sudah lama saya tak memberi les privat lagi. Agaknya intensitas mengunggah gambarnya pun berkurang. Atau mungkin karena saya jarang membuka akun media sosial saya dikarenakan susah sinyal ketika saya harus bertugas ke luar kota. Dan saat kembali ke Jogja, saya sangat terkejut. Gambar yang ia unggah tak lagi hitam putih. Gambarnya sudah diberi warna-warna yang bahkan saya tak tahu bagaimana ia bisa menggores dengan pensil warna seindah itu. Perpaduan warna yang indah. Gambarnya ibarat gambar hidup! "Loooooooveeeee it!!!" Langsung komentar pertama saya unggah.

Bagi saya, menggambar dan mewarnai bukanlah bidang saya. Saya tidak pernah mengajari Sherly menggambar dan mewarnai harus seperti apa, bagus menurut orang bagaimana, dan sebagainya. Sejak awal menggambar, ia telah menemukan "gambarnya". Gambar yang menurut ia bagus dan nyaman menggambar dengan caranya. Pujian yang didapatnyalah yang membuatnya terus melanjutkan keinginan menggambar-nya, semakin baik hasil karyanya, hingga orang lain pun mengakui hasil karyanya. 

Sherly hanya sekelumit cerita seorang anak yang membutuhkan "inspirasi". Inspirasi untuk terus menggambar, memperbaiki hasil karyanya sendiri. Kita tidak perlu mencemooh hasil yang tidak begitu indah bagi kita. Barangkali itu adalah suatu proses yang tidak kita sangka-sangka hasilnya suatu saat. Tak hanya Sherly, menurut saya banyak anak di dunia ini yang kekurangan "inspirasi" karena minimnya pujian akan hasil karyanya. 

Bayangkan ketika kita ingin memulai sesuatu orang lain sudah berkomentar dulu, "Bukan begitu.. ", "Ihhh jelek, bagusan punyanya si Anu", "Ga usah sok ahli deh..", dan lain-lain. Tentunya kita sendiri pun enggan dan tidak percaya diri, lalu akhirnya akan menghentikan  suatu hal yang kita sukai. Oleh karena itu, Seburuk apapun hasil, hargailah hasil karya siapapun. Kita tidak pernah tahu hasil akhirnya seperti apa. Mulai sekarang, jadilah sumber inspirasi dengan memuji dan menghargai mereka! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun