cofiring PLTU batubara dengan biomass adalah untuk menekan biaya bahan bakar, atau mengurangi emisi atau meningkatkan efisiensi pembakaran. Ide untuk melakukan Co-firing umumnya muncul ketika pemilik pembangkit menyadari bahwa terdapat bahan bakar lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas dari bahan bakar desain awal. Selain itu, co-firing juga biasa diterapkan pada boiler yang sudah tua dengan tujuan untuk retrofit atau repowering sehingga dapat dihasilkan kondisi baru yang mampu beroperasi 5 sd 10 tahun lagi.
Tujuan dilakukanTujuan penerapan co-firing beraneka ragam, diantaranya adalah:
- Memperbaiki kualitas emisi gas buang Boiler batubara lignite, yang menghasilkan sisa pembakaran abu yang besar dan emisi sulphur tinggi, pada proses pembakarannya dicampur dengan biomass woodchip. Abu yang tersisa akan menjadi lebih kecil mengingat kandungan abu pada woodchip sendiri hanya berkisar 6%, dibandingkan dengan lignite yang dapat mencapai 30%. Selain itu, dampak negatif emisi H2SO4 dari proses pembakaran dapat dikurangi.
- Meningkatkan efisiensi pembakaran Biogas dapat meningkatkan efisiensi pembakaran pada boiler yang menggunakan bahan bakar alkali tinggi seperti misanya tandan kosong. Kecenderungan tandan kosong memiliki residence time yang lebih lama dibandingkan limbah sawit lainnya seperti cangkang.
- Mengurangi biaya bahan bakar
Apa yang harus diperhatikan dalam penyimpanan biomass?
Untuk biomass dengan kadar air di atas 30%, ada kemungkinan terjadi proses degradasi biologi dan kimia. Pada gambar 12 dibawah terlihat bahwa dengan berjalannya waktu dan meningkatnya suhu penyimpanan, dapat mengakibatkan terjadinya penyalaan pada biomass. Proses degradasi biologi dapat mengakibatkan berkurangnya material organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada menurunnya output energi panas biomass. Tiap biomass memiliki karakter degrasi biologi dan kimia yang berbeda-beda.
Potensi dampak apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan cofiring?
Beberapa potensi dampak co-firing pada komponen pembangkit terutama sistem pembakaran pada boiler Seperti Risiko terjadinya kebakaran dan ledakan pada pulverizer, perubahan karakteristik pembakaran pada burner, slagging & fouling pada Boiler dsb.
Â
Pengaruh kadar air didalam bahan bakar yang akan digunakan di boiler?
Semakin tinggi kandungan air maka akan diperlukan energi yang cukup banyak dalam proses pembakaran batubara atau biomass. Air yang terkandung dalam batubara/biomass yaitu air bebas dan air lembab. Air bebas yaitu air yang terikat secara mekanik pada permukaan dan mempunyai tekanan uap normal (kadarnya dipengaruhi oleh cuaca). Air lembab yaitu air yang terikat secara fisik pada bagian dalam batubara dan mempunyai tekanan uap di bawah normal. Semakin rendah kandungan air maka nilai kalori akan semakin tinggi. Kandungan air yang terdapat dalam batubara mempengaruhi sifat batubara ketika terjadi proses pembakaran dikarenakan kadar air batubara mengurangi energi (kalori) akibat adanya panas yang terbuang dalam penguapan air, mempengaruhi efisiensi pembakaran dan menghambat penyalaan. Selain berpengaruh pada proses pembakaran, kadar air akan mempengaruhi pembiayaan disebabkan kandungan kadar air yang tinggi akan menambah berat batubara pada saat sampling dilakukan sehingga menambah biaya transportasi. Kapasitas penggerusan juga akan berkurang dengan semakin tingginya kadar air dalam batubara.
Bagaimana emisi PLTU batubara dapat diperbaiki dengan melakukan cofiring biomass?
Pembakaran PLTU batubara dengan biomass dapat menurunkan emisi NOx dan SOx seperti pada dengan korelasi ditunjukkan pada Gambar berikut:
Sifat kandungan kimia dasar yang dimiliki oleh Biomass memiliki nilai Nitrogen dan Sulfur yang lebih rendah dibandingkan dengan Batubara. Hal itu yang menyebabkan hasil emisi pada pembakaran co-firing biomass memiliki nilai NOx dan SOx yang lebih rendah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H