"Fa, sini kamu aku kasih tahu aja. Aku keceplosan ke Citra soalnya."
"Eh nggak usah Lal, nggak usah." aku berusaha menghindari, aku belum siap untuk mengetahui kalau firasatku ini benar.
"Nggak papa udah."
Lala menarikku sehingga kupingku berada di dekat bibirnya.
Lalu dengan cepat, Lala mengucapkan: "Rendi."
* * *
"Maw..."
"Nggak papa, Fa, nggak papa. Berarti emang bukan jodoh, berarti Allah ngelindungin dari yang mungkin bisa mencelakai gue. Alhamdulillah untuk Lala."
"Iya nan, gue tau lo cukup dewasa untuk menerima ini. Gue nggak tega kalo lo bakal taunya nanti ketika undangan disebar. Jadi gue kasih tau lo sekarang. Walaupun mungkin nggak boleh, tapi bodo amat. Perasaan lo lebih gue pikirin dibanding peraturan."
"Iya, makasih ya Fa, udah ngasih tau."
"Dia milih Lala karena istikhoroh kok Maw...."
"Iye ah. Ngerti kok gue. Udah ya gue balik dulu. Wassalamualaikum."
"Fii amanillah. Waalaikumsalam..."
Mawar yang kuat itu, Mawar yang bisa lembek ketika jatuh cinta, juga bisa hancur ketika patah hati. Memang itu lah, fitrahnya manusia.
Aku harus bisa merasakan keduanya, kebahagiaan dan kesedihan. Menjadi tim sukses acara pernikahan Lala, dan juga tetap menjadi telinga untuk mendengar kesedihan Mawar.
Membolak-balik perasaan seperti ini... rasanya aku bisa menggila.
Tapi di saat yang bersamaan, rasanya juga menakjubkan untuk bisa mengalami langsung berbagai macam perasaan-perasaan yang bisa dirasakan oleh satu orang manusia ini. Betapa indahnya menjadi manusia, betapa indahnya ciptaan Tuhan. Betapa lucunya, skenario Tuhan.
Lala dan Rendi telah melangsungkan pernikahannya kemarin, pada tanggal 25 Agustus 2019. Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Rendi tidak berhenti tersenyum dan Lala terlihat sangat cantik seperti tuan putri. Saat ijab qobul Lala mengenggam tanganku, dan aku sama sekali tidak bisa menahan deraian air mataku.
Tapi sayang, sahabatku yang satu lagi tidak menghadirinya.
"Gue belum siap, Fa."