Mohon tunggu...
Arissa Purilawanti
Arissa Purilawanti Mohon Tunggu... Freelancer - a girl

interest in films, psychology, health, economy, business.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar: Tragedi Perjodohan

29 Agustus 2019   12:27 Diperbarui: 29 Agustus 2019   12:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/wahyyukidz2

"Rendi."

Tembok ku seketika runtuh. Tanganku mendadak keringat dingin. Kakiku gemetar. Pandangan memutar. Aku ingin pingsan.

Aku melihat Mawar, mataku sebentar lagi akan penuh dengan bendungan air.

Mawar, perempuan yang selalu mengagumi dengan diam, menghargai perasaannya, dan hanya berserah diri kepada Tuhan nya. Harus mengalami kesakitan yang mendalam ini.

Dan aku yang menyebabkannya.

Mawar... Maaf.

2 bulan sebelumnya, 10 malam terakhir bulan Ramadhan.

"Eh sumpah, mantan aku udah punya anak!! Edan aku sedih banget dong." ucap Sheila, di malam pertama i'tikaf. Kita sedang menginap bersama-sama di masjid biasa kita. Bersama dengan jamaah lainnya. Serunya i'tikaf bersama teman-teman, ketika kita sudah tilawah, kita bisa mengobrol dahulu sebelum tidur. Dan ini salah satu rumpian kita malam ini. Aku, Sheila dan Mawar.

"Hahaha, sedangkan elu masih di sini sama kita. Gini-gini aja." ledek Mawar. Di antara kita bertiga, Mawar ini yang paling menghormati anugerah dari Tuhan. Anugerah perasaan cinta. Ia yang termuda, tapi ia yang paling siap untuk mengikat komitmen untuk menjadi seorang istri. Tidak seperti Sheila, yang paling tua tapi belum juga siap, entah apa alasannya, padahal yang mendatanginya sudah ada banyak. Tidak seperti aku juga, yang masih mencari apa makna pernikahan yang sesungguhnya.

"Eh btw, gue naksir banget dong, sama dia." aku menunjukan ponselku yang ada seorang foto lelaki muda penyanyi pop-religi.

"Ya elah, ketinggian ngarepnya!" ledek Sheila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun