Mohon tunggu...
Arissa Purilawanti
Arissa Purilawanti Mohon Tunggu... Freelancer - a girl

interest in films, psychology, health, economy, business.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Kebangkrutan" NET TV Berdasarkan Analisis Tom MC Ifle

21 Agustus 2019   09:39 Diperbarui: 21 Agustus 2019   13:37 2058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kanal YouTube CEO Top Coach Indonesia, Tom MC Ifle menjelaskan analisisnya mengenai peristiwa yang lagi heboh dalam pertelevisian Indonesia, yaitu kebangkrutan NET TV, Televisi Masa Kini, salah satu channel TV Indonesia yang cukup berkualitas dengan acara-acaranya, seperti Ini Talk Show, Tonight Show, Sarah Sechan sampai sitcom Tetangga Masa Gitu. 

NET TV menjadi satu-satunya harapan masyarakat Indonesia tentang nasib karir pertelevisian Indonesia yang idealis, yang sepertinya bisa menyamai dengan kualitas televisi luar negri.

 Tapi kabar mengenai kebangkrutan mereka mulai terpicu sejak berakhirnya salah satu acaranya, The Comment, yang dipandu oleh duo Danang dan Darto, mantan penyiar radio beken di Jakarta.

Alasan untuk segala kebangkrutan tidak akan jauh-jauh dari berkurangnya permintaan dari konsumen (demand), tapi apa mungkin saluran TV yang kita selalu bangga-banggakan, yang tiap tahunnya selalu mengundang artis kancah internasional untuk merayakan ulang tahunnya, tidak memiliki standar permintaan yang seharusnya? 

Mengejutkan mendengarnya, namun realitanya memang seganas itu. Dan tahu siapa musuh mereka sebenarnya? Tidak lain dan tidak bukan, "YouTube YouTube YouTube lebih dari TV", disebut sebanyak 3 kali, seperti ketika mengucapkan "Ibu Ibu Ibu, baru  Ayah"

Ya, YouTube lambat laun menyekik saluran TV milik Wishnu Utama itu. Bagaimana bisa? Kalau dari analisa Tom MC Ifle, beliau menuturkan kalau saingan mereka bukan lah sesama saluran TV, tapi platform pada dunia cyber itu lah. 

Karena ternyata, menurut analitik, engagement paling tinggi ada pada jumlah penonton acara TV di YouTube, dibanding di TV itu sendiri. "Tapi kan penontonnya masih ada, cuma beda platform aja, emang masalah?" 

Itu juga yang pertama kali muncul dalam benak saya yang memang bukan ahli dalam dunia broadcasting ini, namun Tom menjawabnya langsung, ini akan berpengaruh kepada sang pengiklan yang seharusnya menjadi pensuplai utama untuk mengupah mereka. 

NET TV memang mengupload ulang cuplikan-cuplikan dari acaranya ke kanal YouTube mereka, dan penontonnya pun sampai jutaan, masing-masing acaranya pun memiliki kanal YouTubenya sendiri. Berbeda dengan dalam saluran TV, dalam YouTube tidak ada commercial break namun adanya Ad sense, yang tentunya tidak akan sebanding jumlahnya.

"Masa NET TV mau hidup dari  Ad Sense, kayak YouTuber?" ujar Tom. 

Sangat terkesan dagelan memang kalau NET TV, sang TV idealis, kalah dengan YouTube. Tapi mau bagaimanapun, ada pekerja yang harus diupah. Andai saja, idealisme bisa dimakan.

Untuk lebih lengkapnya, bisa dilihat dalam videonya langsung https://youtu.be/FpqjQJwGSaM

Rabu, 21 Agustus 2019

ARSP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun