Aku berada di seberang ilusiÂ
Mata melihat pemandangan hitam putihkuÂ
Pikiran tak mampu memahamikuÂ
Kaki tak kuasa menahan tegakku
Tangan menjelujur kaku
Jantung berdebar keras lesu
Kau, Dia itu yang bisa melihat kawan sebayaku
Ganda karena kebingunganmu
Menatap kertas kosong itu
Kutuliskan sebuah kisahku
Yang selalu begitu
Mengapa kau bukan untukku?
Mengapa kau itu ambigu?
Kembali kutuliskan sebuah kisahku
Mengapa demikian catatan sejarah singkat punah?
Mengapa demikian enggan membaca?
Mengapa demikian kau biarkan kelunturan ada?
Kapan lagi kau akan merawatnya?
Kapan lagi kau akan menemuinya?
Masa bukanlah asa
Yang kerap datang tiba-tiba
Rawatlah! sebelum tiada
Perpusda
Batang, 16 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H