Mohon tunggu...
M. Aris Yusuf
M. Aris Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Aris Yusuf

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tumpas

18 Oktober 2018   04:40 Diperbarui: 18 Oktober 2018   05:09 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berada di seberang ilusi 
Mata melihat pemandangan hitam putihku 
Pikiran tak mampu memahamiku 
Kaki tak kuasa menahan tegakku
Tangan menjelujur kaku
Jantung berdebar keras lesu
Kau, Dia itu yang bisa melihat kawan sebayaku
Ganda karena kebingunganmu
Menatap kertas kosong itu
Kutuliskan sebuah kisahku
Yang selalu begitu
Mengapa kau bukan untukku?
Mengapa kau itu ambigu?
Kembali kutuliskan sebuah kisahku
Mengapa demikian catatan sejarah singkat punah?
Mengapa demikian enggan membaca?
Mengapa demikian kau biarkan kelunturan ada?
Kapan lagi kau akan merawatnya?
Kapan lagi kau akan menemuinya?
Masa bukanlah asa
Yang kerap datang tiba-tiba
Rawatlah! sebelum tiada
Perpusda

Batang, 16 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun