Pandangan orang mengenai transportasi publik lebih mengarah kepada banyaknya permasalahan yang ditimbulkan karena kurang baiknya layanan yang diberikan oleh penyedia transportasi. Pendapat ini saya berikan mengingat banyak kota di Indonesia, termasuk di kota tempat saya tinggal belum memberikan arah menuju sustainable atau keberlanjutan terhadap lingkungan dan seakan mengorbankan generasi selanjutnya mengenai lingkungan akibat yang ditimbulkan dari kendaraan saat ini.
Transportasi publik tidak menjadi pilihan utama untuk bermobilitas karena tidak semua kota di Indonesia mempunyai transportasi publik yang memberikan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang ditimbulkan akibat kendaraan bermotor. Banyak orang termasuk saya kurang menyukai naik transportasi publik karena faktor yang ada seakan membuat orang terpaksa memakai kendaraan pribadi. Lamanya waktu tunggu, kondisi kendaraan yang sudah berumur, supir ugal-ugalan, dan kurang amannya transportasi publik bagi pengguna khususnya wanita menjadi alasan transportasi publik tidak dilirik oleh banyak pengguna.
Orang-orang termasuk saya lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor atau bahkan membawa mobil pribadi ke tempat yang ingin dituju. Ketika duduk di bangku SMA, setiap hari saya menggunakan sepeda motor atau nebeng bersama teman untuk berangkat dan pulang dari sekolah. Alasannya karena transportasi publik tidak memberikan kenyamanan bagi pengguna, seperti waktu tunggu atau ngetem yang lama, berdesakan antarpengguna transportasi karena supir harus menargetkan pendapatan perhari, harga yang sering diutak-atik karena belum ada standarisasi mengenai jarak, dan kendaraan yang sudah tidak menjamin keamanan.
Pernyataan ini dikuatkan dengan data dari Litbang Kompas pada tahun 2023 yang menyatakan bahwa sebanyak 31,9% responden tidak pernah mencoba menggunakan transportasi publik dan sebagian besar responden atau sebanyak 40,9% mengaku jarang menggunakan transportasi publik, hanya sekitar 27% responden yang mengakui sering menggunakan transportasi publik dan itu pun hanya sekitar 13% responden yang menjawab rutin menggunakan moda transportasi publik setiap hari.
Data Litbang Kompas juga memberikan faktor apa saja yang diinginkan pengguna dalam menggunakan transportasi publik, yakni sebanyak 20,3% responden menginginkan ketepatan waktu, 27,4 responden menginginkan adanya biaya yang terjangkau, 14,4% responden menginginkan kelayakan saran dan prasarana. Selain itu, tidak berdesakan dengan pengguna lainnya, kemudahan mengakses layanan, dan kelengkapan fasilitas adalah faktor lainnya yang diinginkan responden mengenai moda transportasi publik di Indonesia.
Namun, belum tercapainya moda transportasi publik yang memperhatikan kenyamanan bagi masyarakat dalam bermobilitas menjadi sebab banyaknya kendaraan bermotor di jalanan. Penggunaan energi tidak terbarukan dalam jumlah yang besar, seperti penggunaan bahan bakar minyak bagi kendaraan bermotor adalah salah satu faktor rusaknya lingkungan karena pelepasan emisi CO2 ke udara. Â Dikutip dari Kata Data, transportasi menjadi salah satu menyumbang emisi CO2 setelah industri sebanyak 27% berdasarkan pada data Climate Transparency Report tahun 2020 mengenai upaya pengurangan emisi di negara-negara anggota G20.
Jika moda transportasi publik tidak dilakukan perubahan sejalan dengan banyaknya kendaraan bermotor yang semakin tumbuh penggunaannya, maka target Indonesia untuk benar-benar mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 akan sulit terlaksana jika sektor transportasi tidak berbenah mengedepankan sustainable atau keberlanjutan yang tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia dan lingkungan ke depannya. Di samping itu, pemanfaatan energi yang bijak tentu akan mendorong gaya hidup baru masyarakat Indonesia dalam memandang isu lingkungan dengan lebih kritis.
Memanfaatkan Transportasi Publik dalam Bermobilitas
Berawal dari keterpaksaan dalam menggunakan transportasi publik di Kota Yogyakarta. Sebagai seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di kota ini, saya harus menggunakan berbagai jenis moda transportasi karena kendaraan pribadi yang belum didatangkan dari rumah  di Jawa Barat. Awalnya saya menggunakan transportasi berbasis daring, tetapi karena biaya yang besar disesuaikan dengan jarak, maka perlahan saya mengurangi penggunaan ojek daring dan beralih ke moda transportasi publik, yaitu Trans Jogja.
Dari sanalah pemikiran mengenai sustainable atau keberlanjutan mengenai lingkungan dan masa depan bumi bermula. Bagaimana sektor transportasi terutama jenis kendaraan pribadi ternyata menyumbang emisi karbon terbesar selain dari sektor industri. Salah satu faktor mengapa hal ini bisa terjadi karena transportasi publik tidak serta merta menjawab permasalahan yang ada, seperti ketepatan waktu tempuh, fasilitas yang kurang, dan inklusivitas yang masih perlu dipertanyakan.
Namun, beberapa moda transportasi publik di kota besar sudah menyediakan pelayanan prima bagi penggunanya dan saya termasuk orang yang sering menggunakan moda transportasi publik ketika pindah untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Pengurangan gas emisi CO2 yang dilepas ke udara dapat ditekan dengan hadirnya transportasi publik dan menjadi solusi yang paling efektif menekan angka pertumbuhan kendaraan bermotor di kota-kota besar termasuk di Yogyakarta.
Langkah awal inilah yang menjembatani saya untuk terus menggunakan transportasi publik di samping menggunakan kendaraan pribadi. Meskipun demikian, penggunaan transportasi publik tidak lebih dari sebatas ruang lingkup Kota Yogyakarta karena tidak semua tempat yang ingin saya tuju dapat menggunakan transportasi publik. Namun demikian, yang ingin saya biasakan lewat penggunaan transportasi ini, saya mampu dan saya turut berkontribusi memberikan perhatian mengenai lingkungan yang berkelanjutan.
Selain itu, terintegrasinya antarmoda transportasi publik menciptakan langkah baru memudahkan pengguna transportasi publik untuk berpindah antarmoda transportasi. Hal inilah yang menciptakan keberlanjutan dan gaya baru penggunaan transportasi publik. Saya merasakan kemudahan ketika Trans Jogja dan Commuter Line bisa menerapkan integrasi antarmoda transportasi di mana saya bisa langsung turun tepat di depan pintu stasiun khusus Commuter Line dan melanjutkan perjalanan menggunakan Commuter Line.
Terintegrasinya antarmoda transportasi publik bukan salah satu alasan mengapa saya menyukai menggunakan transportasi publik di Yogyakarta, tetapi kemudahan dalam berpindah antarbus atau transit di halte dan tidak perlu membayar kembali adalah salah satu contoh penerapan bagus bagaimana sektor transportasi publik dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para pengguna. Dengan demikian, akan banyak yang berpindah menggunakan transportasi publik daripada menggunakan kendaraan pribadi dan inilah yang menciptakan sustainable mengenai masa depan bumi untuk lebih memperhatikan lingkungan.
Jika semakin banyak orang beralih menggunakan transportasi publik dalam bermobilitas, maka penggunaan energi tidak terbarukan tidak akan menjadi ancaman bagi lingkungan dan tentunya mengurangi polusi serta emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Pikiran saya mengenai bagaimana transportasi publik dapat menjadi solusi adalah langkah awal dari keterpaksaan saya dalam bermobilitas dan sekarang menjadi kebiasaan untuk menerapkan gaya hidup dengan memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satunya, lewat penggunaan transportasi publik yang nyaman dan aman.
Menciptakan Kolaborasi Adalah Kunci Menciptakan Sustainable
Untuk menciptakan perubahan dan membangun manusia yang peduli akan masa depannya, kolaborasi adalah kunci untuk mewujudkannya. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kolaborasi diartikan sebagai sebuah kata yang mengandung arti perbuatan kerja sama. Dari sanalah membangun perubahan tidak bisa dilakukan secara sepihak, tetapi berkolaborasi untuk menciptakan perubahan dan mewujudkan secara nyata.
Termasuk pada pelestarian lingkungan yang mendukung keberlanjutan sehingga terciptanya perubahan. Maka, untuk menciptakan kolaborasi ini, semua elemen bangsa termasuk di dalamnya pemerintah dan masyarakat harus menciptakan satu arah pandangan yang sama mengenai pentingnya lingkungan dengan menggunakan transportasi publik. Pemerintah sebagai regulator dan yang menyelenggarakan pembangunan serta masyarakat sebagai konsumen dan yang menikmati pembangunan harus sama-sama berkolaborasi menciptakan keberlanjutan akan lingkungan.
Masyarakat termasuk saya harus memiliki arah pandangan untuk menciptakan gaya hidup berkelanjutan walaupun secara terpaksa karena bila tidak dipaksa, rasanya sulit untuk menciptakan perubahan apalagi kelestarian lingkungan menjadi salah satu hal yang kompleks yang mana menyangkut hajat hidup banyak orang. Di lain sisi, kita menginginkan adanya kemajuan dengan revolusi industrinya yang berkembang pesat, tetapi di lain sisi kita berhadapan dengan perubahan iklim dan rusak lingkungan yang ditimbulkan dari adanya pembangunan.
Maka, di sinilah kunci kolaborasi antara pemerintah dan kita termasuk saya di dalamnya untuk menciptakan perubahan salah satunya dengan menggunakan transportasi publik. Â Pemerintah membangun berbagai sarana prasarana dan regulasi agar transportasi publik dilirik sebagai sebuah kemajuan peradaban dan akhirnya terjadi perubahan pola penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik.
Meskipun demikian, perubahan pola penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik tidak segampang membalikkan telapak tangan. Pemerintah harus juga membangun sistem di mana transportasi publik dapat memudahkan pengguna karena kebanyakan orang enggan menggunakan transportasi publik. Menurut data Litbang Kompas adalah karena faktor ketepatan waktu, biaya, kelayakan akan sarana dan prasarana. Jika hal demikian benar-benar diubah, maka akan banyak orang beralih ke moda transportasi publik.
Kolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keberlanjutan bisa dimulai dengan aksi menggunakan transportasi publik. Saya rasa jika sistem transportasi publik mampu memberikan kenyamanan kepada pengguna kendaraan pribadi seperti halnya yang saya rasakan setelah memanfaatkan moda transportasi publik ini selama dua tahun, maka sustainable atau keberlanjutan akan lingkungan sekitar bisa diwujudkan.
Pemanfaatan Energi Berkelanjutan dari sekarang akan menjadi salah satu penentu bagaimana generasi selanjutnya di kemudian hari. Untuk itu, aksi menggunakan transportasi publik dan lebih peduli dengan lingkungan adalah cara kita untuk menjaga bumi dan alam kita tetap lestari. Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi korban yang dilepas ke udara pada tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 akan dapat terealisasikan lewat penggunaan transportasi publik yang sustainable dari sekarang, bahkan dari detik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H