Mohon tunggu...
Aris Risnandar
Aris Risnandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berintegrasi, melampaui keterbatasan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Terbiasa Karena Terpaksa: Langkah Awal Menjadi Pemerhati Lingkungan Lewat Transportasi Publik

30 Januari 2024   15:36 Diperbarui: 30 Januari 2024   15:39 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi: Langit biru di UGM tidak ada polusi udara

Pandangan orang mengenai transportasi publik lebih mengarah kepada banyaknya permasalahan yang ditimbulkan karena kurang baiknya layanan yang diberikan oleh penyedia transportasi. Pendapat ini saya berikan mengingat banyak kota di Indonesia, termasuk di kota tempat saya tinggal belum memberikan arah menuju sustainable atau keberlanjutan terhadap lingkungan dan seakan mengorbankan generasi selanjutnya mengenai lingkungan akibat yang ditimbulkan dari kendaraan saat ini.

Transportasi publik tidak menjadi pilihan utama untuk bermobilitas karena tidak semua kota di Indonesia mempunyai transportasi publik yang memberikan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang ditimbulkan akibat kendaraan bermotor. Banyak orang termasuk saya kurang menyukai naik transportasi publik karena faktor yang ada seakan membuat orang terpaksa memakai kendaraan pribadi. Lamanya waktu tunggu, kondisi kendaraan yang sudah berumur, supir ugal-ugalan, dan kurang amannya transportasi publik bagi pengguna khususnya wanita menjadi alasan transportasi publik tidak dilirik oleh banyak pengguna.

Orang-orang termasuk saya lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor atau bahkan membawa mobil pribadi ke tempat yang ingin dituju. Ketika duduk di bangku SMA, setiap hari saya menggunakan sepeda motor atau nebeng bersama teman untuk berangkat dan pulang dari sekolah. Alasannya karena transportasi publik tidak memberikan kenyamanan bagi pengguna, seperti waktu tunggu atau ngetem yang lama, berdesakan antarpengguna transportasi karena supir harus menargetkan pendapatan perhari, harga yang sering diutak-atik karena belum ada standarisasi mengenai jarak, dan kendaraan yang sudah tidak menjamin keamanan.

Pernyataan ini dikuatkan dengan data dari Litbang Kompas pada tahun 2023 yang menyatakan bahwa sebanyak 31,9% responden tidak pernah mencoba menggunakan transportasi publik dan sebagian besar responden atau sebanyak 40,9% mengaku jarang menggunakan transportasi publik, hanya sekitar 27% responden yang mengakui sering menggunakan transportasi publik dan itu pun hanya sekitar 13% responden yang menjawab rutin menggunakan moda transportasi publik setiap hari.

Data Litbang Kompas juga memberikan faktor apa saja yang diinginkan pengguna dalam menggunakan transportasi publik, yakni sebanyak 20,3% responden menginginkan ketepatan waktu, 27,4 responden menginginkan adanya biaya yang terjangkau, 14,4% responden menginginkan kelayakan saran dan prasarana. Selain itu, tidak berdesakan dengan pengguna lainnya, kemudahan mengakses layanan, dan kelengkapan fasilitas adalah faktor lainnya yang diinginkan responden mengenai moda transportasi publik di Indonesia.

Namun, belum tercapainya moda transportasi publik yang memperhatikan kenyamanan bagi masyarakat dalam bermobilitas menjadi sebab banyaknya kendaraan bermotor di jalanan. Penggunaan energi tidak terbarukan dalam jumlah yang besar, seperti penggunaan bahan bakar minyak bagi kendaraan bermotor adalah salah satu faktor rusaknya lingkungan karena pelepasan emisi CO2 ke udara.  Dikutip dari Kata Data, transportasi menjadi salah satu menyumbang emisi CO2 setelah industri sebanyak 27% berdasarkan pada data Climate Transparency Report tahun 2020 mengenai upaya pengurangan emisi di negara-negara anggota G20.

Jika moda transportasi publik tidak dilakukan perubahan sejalan dengan banyaknya kendaraan bermotor yang semakin tumbuh penggunaannya, maka target Indonesia untuk benar-benar mencapai Net Zero Emission  pada tahun 2060 akan sulit terlaksana jika sektor transportasi tidak berbenah mengedepankan sustainable atau keberlanjutan yang tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia dan lingkungan ke depannya. Di samping itu, pemanfaatan energi yang bijak tentu akan mendorong gaya hidup baru masyarakat Indonesia dalam memandang isu lingkungan dengan lebih kritis.

Memanfaatkan Transportasi Publik dalam Bermobilitas

Berawal dari keterpaksaan dalam menggunakan transportasi publik di Kota Yogyakarta. Sebagai seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di kota ini, saya harus menggunakan berbagai jenis moda transportasi karena kendaraan pribadi yang belum didatangkan dari rumah  di Jawa Barat. Awalnya saya menggunakan transportasi berbasis daring, tetapi karena biaya yang besar disesuaikan dengan jarak, maka perlahan saya mengurangi penggunaan ojek daring dan beralih ke moda transportasi publik, yaitu Trans Jogja.

Dari sanalah pemikiran mengenai sustainable atau keberlanjutan mengenai lingkungan dan masa depan bumi bermula. Bagaimana sektor transportasi terutama jenis kendaraan pribadi ternyata menyumbang emisi karbon terbesar selain dari sektor industri. Salah satu faktor mengapa hal ini bisa terjadi karena transportasi publik tidak serta merta menjawab permasalahan yang ada, seperti ketepatan waktu tempuh, fasilitas yang kurang, dan inklusivitas yang masih perlu dipertanyakan.

Namun, beberapa moda transportasi publik di kota besar sudah menyediakan pelayanan prima bagi penggunanya dan saya termasuk orang yang sering menggunakan moda transportasi publik ketika pindah untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Pengurangan gas emisi CO2 yang dilepas ke udara dapat ditekan dengan hadirnya transportasi publik dan menjadi solusi yang paling efektif menekan angka pertumbuhan kendaraan bermotor di kota-kota besar termasuk di Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun