Ketika sudah keluar dari lapangan, cinta dan kepedulian yang kita bawa bukan lagi untuk sebuah tim, namun untuk seluruh manusia yang ada di bumi ini. Ingatlah bahwa sesungguhnya rasa kemanusiaan adalah ciri khas dari manusia sebagai makhluk sosial.
Selain rasa kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi oleh supporter, tentu hari ini suporter  dituntut harus lebih jeli dan kritis terhadap kondisi sepakbola. Saat ini sepakbola sudah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan, itu ditandai dengan banyaknya para pemilik saham dalam sebuah klub yang notabene manusia-manusia terkaya dijagad ini yang rela berinvestasi terhadap sebuah klub. Hal ini tentu bagai dua sisi mata pisau yang tajam.Â
Disatu sisi dijadikannya sepakbola menjadi lahan bisnis itu akan berdampak pada peningkatan keselamatan pada pemain dan penonton, peningkatan sarana dan prasarana dalam sepakbola, dan juga peningkatan roda perekonomian bagi masyarakat.Â
Namun dilain sisi sepakbola menjadi bisnis itu mulai meleburkan rasa kemanusiaan yang terdapat dalam olahraga tersebut, dimana setiap elemen dalam suatu klub menjadi sasaran keinginan si pemilik saham untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan cara memenangi setiap pertandingan tersebut. Tak jarang perasaan cinta dan peduli terhadap suatu klub menjadi sasaran komersil untuk bos dari klub tersebut.
Sisi komersil klub dapat dilihat dari data pendapatan suatu klub dalam satu musim, sebagai contoh adalah Barcelona yang menempati posisi teratas dalam hal penghasilan tertinggi dalam kurun waktu 2019, yang sebagian besarnya dipengaruhi oleh keberadaan supporter. Data yang dilansir oleh Deloitte, perusahaan profesional multinasional yang berbasis di London, dalam kumparan[3] mengatakan bahwa Barcelona berhasil meraup penghasilan 840,8 juta Euro.Â
Penghasilan tersebut memecahkan rekor dalam hal penghasilan tertinggi yang pernah diraih sebuah klub. Sisi komersial Barcelona berhasil menyumbang sebesar 383,5 juta Euro (45,6%) yang terdiri dari lisensi klub dan penjualan merchandise, fakta tersebut belum termasuk tentang hak siar yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh supporter sepakbola yang tidak dapat memberikan langsung di stadion.Â
Artinya peranan supporter terhadap sebuah klub sepakbola tentu tidak dapat dilepaskan, baik sebagai dukungan moril maupun materil, dan kita dituntut untuk lebih jeli memandang sebuah bentuk dukungan terhadap sebuah klub.Â
[1] Arifin Yusuf. 2017. Dongen dari Negeri Bola. Indie Book Corner. Yogyakarta
[2] ibid
[3] Kumparan.com diakses 11 Juni 2020 pukul 19.52 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H