Mahasiswa dari Universitas Mercu Buana Program Studi Marketing Komunikasi dan Periklanan, Â memberikan pendampingan dan pelatihan terhadap mitra terkait pemanfaatan dan cara menggunakan media sosial Instagram.
Instgram dijadikan sebagai media untuk memasarkan produk dan melakukan promosi terutama dalam perihal content planning.
Pendampingan ini peneliti beserta tim melakukan pendampingan langsung kepada The Koffee Bar.
Pelaksaam dilakukan dalam jangka waktu Januari 2021 sampai Juni 2021 setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Pendampingan akan diberikan oleh David Johanes Calvin, Bella Tamiya & Dave Cedric.
Peneliti sebagai strategic planner melakukan pendampingan dalam melalukan penjadwalan content kepada pemilik The Koffee Bar selaku mitra untuk memberikan insight mengenai kondisi mereka saat ini untuk menciptakan brief yang nantinya digunakan untuk tahapan selanjutnya.
Pendampingan yang dilakukan memberikan pemahaman secara mendasar kepada mitra seperti fitur-fitur pemanfaatan kamera handphone yang bisa di maksimalkan dalam membuat sebuah konten di instagram.
"Tujuan dari kegiatan ini agar mitra paham mengenai cara menggunakan media sosial sebagai alat untuk menjangkau konsumen dan mempromosikan produknya. Selain itu tujuan lainnya adalah agar mitra dapat mandiri memasarkan produknya di media sosial," kata David Johanes Calvin .
Sebelum melakukan pendampingan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Peduli Negri (TAPN) ini,peneliti membentuk tim dengan tiga orang rekan yang tugasnya terbagi menjadi strategic planner, creative dan media planner.
Tim peneliti lalu melakukan survey ke UMKM yang memungkinkan untuk diajak bekerja sama dalam sebuah proyek pendampingan. Terpilihlah sebuah kedai kopi di Kawasan Grogol, Jakarta Barat dengan nama The Koffee Bar.
Tim Peneliti segera mengontak Mas Kesit selaku pemilik untuk membuat janji tatap virtual membahas kerjasama.
"Mas Kesit setuju The Koffee Bar kami jadikan mitra TAPN ini. Pada pertemuan pertama, kami melakukan rapat dan observasi untuk mengetahui lebih dalam tentang kondisi mitra dan produk The Koffee Bar," kata David Johanes Calvin.
Hasil dari diskusi adalah The Koffee Bar belum pernah sekali pun memasarkan produknya secara online, dalam hal ini dimaksudkan adalah social media seperti Instagram karena keterbatasan pengetahuan.
Selama ini penjualan masih dilakukan secara online melaui Gofood dan Grab Food, identitas brand The Koffee Bar belum dibuat dan dirancang secara baik.
The Koffee Bar belum memiliki digital asset seperti : photo,video dan lainnya untuk mendukung kinerja dar marketing The Koffee Bar. Peneliti sebagai Strategic Planner, kemudian membuat perencanaan strategi yang akan membantu memecahkan permasalahan mitra.
Peneliti melihat sebelum dilakukan pendampingan hanya melalui Gofood dan Grab Food, kini The Koffee Bar sendiri dapat dengan mudah di kenali oleh masyarakat melalui platform media online instagram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H