Rendahnya nilai-nilai pengasuhan dalam keluarga membentuk remaja kita cendrung lebih mudah melakukan kekerasan yang di yakini sebagai bentuk kebanggaan. Berita tentang kekerasan mengalir deras dan remaja di bombardir dengan informasi kekerasan dengan sangat vulgar  sehingga menjadi sajian yang buruk untuk dikonsumsi oleh remaja kita yang belum siap secara emosi dengan perubahan fisik yang terjadi. Lingkungan juga berperan dalam membentuk prilaku ini dimana remaja memasuki sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi.
Tradisi kekerasan yang terjadi kerap acapkali bersumber dari kekerasan-kekerasan yang terjadi sebelumnya, mencontoh senior atau kakak leting dari para  remaja tersebut. Sebagian tindakan ini dimaklumi oleh remaja sebagai bentuk kepatuhan atau pembelajaran dari kakak nya. Sebagian yang lain tidak menerima perlakuan ini dan sebagian lainnya mendendam dan trauma dengan kejadian ini.
Yang paling banyak dirasakan oleh remaja setelah terjadinya tindak kekerasan ini adalah rasa trauma dan dendam. Apapun penerimaan korban dalam hal kekerasan ini semua tidak membenarkan adanya praktek-praktek seperti ini baik itu korban maupun pelaku itu sendiri.
Pentingnya menumbuhkan nilai nilai kehidupan bagi pra remaja dan pra dewasa adalah pilihan yang harus dilakukan, terutama dari para remaja yang kehilang figur bapak atau ibu dalam kehidupannya. Nilai nilai ini harus selalu ditanamkan dengan cara yang praktis karena masa peralihan remaja ke dewasa sangat cepat dan perlu adaptasi serta kemampuan memahami dengan cepat pula.
Hampir sebagian besar palaku kekerasan adalah korban dari kekrasan itu sendiri, baik dari lingkungan keluarga ataupun dari lingkungan sekolah dan masyarakat. Jika pemaham tentang kekerasan ini tidak tersampaikan dikhawatirkan akan menjadi pemakluman pada generasi berikutnya.
Memberikan ruang kepada remaja untuk berani bersuara perlu dukungan dari semua pihak, jika dalam keluarga maka keterlibatan keluarga besar sangat disarankan, semakin banyak individu-individu yang terlibat makan akan semakin besar untuk mengurangi prilaku kekerasan ini pada remaja.
Pelaku maupun korban kekerasan akan sama-sama meninggalkan goresan luka dihatinya baik itu penyesalan oleh pelaku maupun rasa dendam oleh si korban kekerasan. Sebagai korban mereka memberikan saran agar penerimaan remaja pada kelompoknya tidak dengan cara cara kekerasan tetapi dengan cara berkegiatan bersama.
Ide-ide kreatif didapatkan dengan saling memberikan masukan antara adik adik dengan Abang abangnya didampingi oleh orang tua, membuat kesepakatan antar sesama sehingga kehidupan remaja akan lebih berkembang.
Memutus rantai kekerasan pada remaja di mulai saat remaja masih anak anak dengan menjelaskan dampak buruk jika terus dilakukan, orang tua hendaknya kembali belajar bagaimana menjelaskan anak saat bersama dengan kelompoknya, disekolah, ataupun di lingkungan setempat dimana anak anak tumbuh berkembang.
Penerapan konsekwensi positif bagi remaja juga harus memikirkan dari kekuatan remaja itu, jika remaja mempunyai hobby berkebun konsekwensi positifnya adalah memastikan kegiatan ini dijalankan dengan menambah waktu atau memberikan tantangan untuk kreatif dalam menjalankan hobby tersebut, atau semisal suka olah raga bersepeda tentu dengan menambah panjang kilometer yang di tempuh.
Selain itu berdiskusi dan mengobrol santai dengan para remaja juga terus menerus diselingi dengan aspek aspek pencegahan kekerasan. Memberikan dukungan dan rasa aman pada remaja sehingga menghilangkan perasaan remaja merasa di intervensi dan bebas untuk mengeluarkan perasaan yang di alami, hal ini menjadi sangat penting agar orang tua dapat sedemikian aktif mencari ide ide kreatif dalam berkomunikasi dengan remaja.