Mungkin ada yang berpendapat bahwa kasus ini hanyalah insiden terisolasi, dan tidak mencerminkan kondisi umum di dunia pendidikan. Namun, argumen ini tidak memperhitungkan dampak yang jauh lebih luas dari setiap kasus kekerasan seksual terhadap anak. Setiap kali kasus seperti ini terjadi, kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan terguncang. Bahkan jika kasus ini terisolasi, efek traumatis yang dialami korban dan keluarganya bersifat mendalam dan jangka panjang. Oleh karena itu, kita tidak bisa menganggap ringan setiap kasus kekerasan seksual, meskipun tampaknya hanya terjadi sesekali.
Kasus kekerasan seksual terhadap anak di MAN 1 Gorontalo ini harus menjadi panggilan bagi kita semua untuk bertindak. Ini bukan lagi saatnya untuk saling melempar tanggung jawab atau menganggap bahwa ini hanya masalah individu. Kita membutuhkan perubahan sistemik yang meliputi revisi regulasi, pengawasan ketat di sekolah, pendidikan seksual yang menyeluruh, serta hukuman tegas bagi pelaku.
Sekolah harus kembali menjadi tempat yang aman dan mendukung bagi anak-anak. Setiap guru harus menyadari peran dan tanggung jawab moral mereka untuk melindungi, bukan mencederai, siswa-siswa yang mereka asuh. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa memastikan bahwa generasi mendatang tumbuh di lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H