Kembali ke cerita pencurian barang berharga yang dititip di bagasi pesawat. Sesungguhnya ini bukanlah kejadian baru dan di pesawat yang katanya bertarif murah, dan dipantas-pantaskan dengan memberikan pelayanan seadanya. Saya pernah mengalaminya justru di pesawat plat merah. Tarifnya pun tidak biasa. Lumayan menguras isi kantong. Waktu itu sekitar tahun 2003. Saya pernah melakukan perjalanan cukup jauh dari kampung saya di Kalimantan menuju ke daerah terujung negeri ini, Jayapura. Maskapai yang ada saat itu cuma dua yang melayani penerbangan kesana. Kedua-duanya berplat merah. Dan saya tentu saja memilih yang termurah diantara keduanya.
Mungkin karena selalu lebih murah dibandingkan maskapai milik BUMN yang satunya, maskapai yang saya tumpangi itu, sekarang sudah tidak bisa terbang lagi. Sudah bangkrut, tutup dan tidak lagi melayani penerbangan untuk rute manapun di dunia ini. Anda pasti sudah bisa menebaknya. Maskapai apakah gerangan yang saya maksud.
Sesuai rutenya, saya terbang di sore hari dan baru tiba di Sentani Jayapura pagi harinya. Melalui rute-rute transit dari Banjarmasin menuju ke Surabaya dulu, kemudian melanjutkan ke Ujung Pandang, Ujung Pandang ke Biak, dari Biak barulah tiba di Bandara Sentani Jayapura pada pukul 8 pagi. Karena kelelehan, ketika mengambil bagasi saya sama sekali tidak menyadari tas yang saya titip di bagasi sudah tidak sempurna. Barulah sampai di rumah kerabat di Jayapura Utara, ketahuan ada salah satu tas yang robek di bagian dekat resleting. Robeknya tidak terlalu lebar, sehingga tidak ada barang atau pakaian yang muntah dari dalamnya, kecuali sebuah handphone nokia 3310 yang sebenarnya sudah saya balut sedemikian rupa dan seharusnya aman diantara susunan pakaiKetika itu Nokia 3310 bukanlah barang murah. Karenanya saya bertekad mendapatkan kembali barang saya yang hilang. Yang jelas bukan dengan jalan membelinya lagi. Satu-satunya upaya, ya saya harus komplain. Sanak kerabat sempat menyarankan untuk tidak usah complain apalagi lapor polisi, sia-sia kata mereka. Tapi saya tetap berusaha.
Hal pertama yang saya lakukan adalah, mencari tahu, dimana kantor maskapai terdekat. Setelah tanya kesana kemarin, akhirnya ketemu di Jl A Yani 15 Gurabesi Jayapura Utara kalau tak salah. Karena tidak terlalu jauh, saya datangi siang itu juga. Saya minta bertemu dengan pimpinannya. Dipertemukanlah oleh staf di sana dengan pimpinan mereka yang sungguh baik hati setelah tahu kalau saya seorang wartawan.
Saya lupa nama beliau. Kalau tak salah Nasruddin. Orang Ujung Pandang. Saya keluhkan kepadanya, bahwa saya baru saja kehilangan handphone yang saya letakkan di dalam tas. Bukti tas yang robek dan kotak Nokia yang disisakan maling ternyata berguna, sebagai barang bukti. Dengan tidak banyak berkilah, dia berjanji akan mengganti kehilangan barang saya.
Sambil berbincang-bincang, dia cerita, kalau kejadian ini bukanlah kejadian yang pertama dialaminya selama bertugas. Dia mengakui memang banyak porter yang nakal terutama yang bertugas di salah satu bandara di jalur rute penerbangan dari Surabaya ke Biak. Bukan hanya orang kecil seperti saya yang pernah mengalaminya. Orang yang menempati jabatan tertinggi di negeri ini pun pernah juga bernasib serupa. “Dulu, Gusdur (saat masih menjabat sebagai Presiden RI) pernah kehilangan hanphonenya saat berkunjung ke Jayapura,” katanya.
Tahun dan tanggal pasti kapan peristiwa itu terjadi, Nasrudin memang tidak menyampaikannya secara detil. Dan saya pun ketika itu tidak berusaha mengejarnya dengan pertanyaan-pertanyaan standar seorang jurnalis. Namun yang pasti seingat saya, peristiwa itu menurut cerita Nasrudin, terjadi ketika Gusdur masih menjabat sebagai Presiden ke 4 RI, saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Jayapura. Selama menjabat sebagai presiden, Gusdur memang sempat beberapa kali melakukan kunjungan ke bumi Cenderawasih.
“Anda bayangkan sendiri, bagaimana sulitnya mengganti handphone beliau. Kami sampai harus memesan langsung ke pabrik pembuatnya, sebab barangnya limited edition dan hanya dibuatkan khusus untuk beliau dari pabrikannya,” ujarnya lagi.
Diterangkannya, handphone itu tidak seperti nokia kebanyakan, karena dibuat khusus untuk membantu memudah Gusdur berkomunikasi. Dengan rancangan khusus tadi, saya yakin, si pencuri akan kesulitan menjualnya. Pertama, pengoperasiannya tentu beda, sebab handphone tersebut sengaja dibuat untuk Gusdur. Kode-kode, tombol, dan segala macamya pastilah hanya si penggunanya yang tahu. Selain itu, kalau dia menjual, akan segera terlacak, dan hukumannya pastilah sangat berat.
Saya jadi membayangkan, si pencuri hanya akan menyimpan saja barang tersebut sampai sekarang, sebagai kenang-kenangan. Tanpa pernah tahu siapa pemilik handphone unik tersebut. Atau boleh jadi, setelah si maling, atau si pemegang terakhir handphone misterius itu membaca tulisan saya ini, baru sadar, kalau handphone yang mungkin saja sudah diberikan dan hanya dijadikan mainan oleh anaknya ini sangat bernilai, karena pernah dimiliki seorang presiden. Sampai akhirnya muncul ide brilian, karena biasa begitu, maling sering dianugerahi otak yang encer. Menjual barang rongsokan yang ternyata “berlian” itu secara rahasia kepada kolektor dengan harganya yang tentu saja tidak murah. Dan seratus atau dua ratus tahun yang akan datang, barang ini di pasar lelang akan di lepas dengan harga yang fantastis dan diberitakan oleh seluruh media massa di dunia. Bahwa telah terjual sebuah barang yang sangat antik, langka, tidak pernah dimiliki duanya oleh orang lain dengan harga yang sangat-sangat fantastis.
Sepanjang yang saya ketahui, dan saya searching di dunia maya, memang belum pernah ada satupun berita yang menuliskan tentang kehilangan handphone milik mantan presiden ini. Harusnya saya menuliskannya saat itu, sebab info ini sangat menarik dan memiliki news value istimewa. Tapi karena waktu itu saya dibelit urusan yang sangat menyita perhatian, dan di sisi yang lain, waktu itu saya hanyalah seorang wartawan muda yang belum memiliki insting kuat sebagai seorang jurnalis, saya akhirnya lalai menuliskannya. Baru setelah 14 tahun, peristiwa itu teringat sekarang setelah terpicu tayangan CCTV tentang pencurian barang bagasi oleh sekomplot porter nakal.