Mohon tunggu...
Haris Nurdianto
Haris Nurdianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya adalah seorang polisi yang menyukai dunia penulisan, karena mimpi saya saat ini yang akan selalu akan kejar adalah menjadi penulis hebat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keindahan di Balik Kekumuhan Rumah di Bawah Jembatan

6 September 2012   14:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bikin kontrakan di tanah gelap begini bu, kan gak ada suratnya?"

"Iya mas, makanya saya mah rela aja, ikhlas kalau sewaktu-waktu di bongkar, memang bukan punya saya kok."

"Kontrakannya apa yang diperbaiki Bu, emangnya rusak kenapa?"

"Yah mas, disini pun banyak orang yang dengki, kadang kontrakan saya di jaiilin mas, di bocorin lah gentengnya, tapi saya mah gak mau mas dendam-dendam, saya yakin, suatu saat mereka yang suka ngejailin saya pasti dibales sama Allah, mas."

"Bener tuh Bu."

"Iya mas, jangan pernah jadi orang yang pendendam mas, hidupnya pasti bakalan sempit. Banyak kok yang telah Ibu saksikan, orang-orang yang suka menjahili orang lain, di akhir hidupnya bakalan aneh-aneh cara matinya."

"Iya, Bu." Saya pun termenung mendengar perkataan si Ibu, kadang kita yang sudah memiliki banyak hal-hal yang lebih memiliki materi, kadang malah takut kalau-kalau harta kita itu rusak atau bahkan hilang, memang benar, adalah hak kita untuk mempertahankan hak yang kita punya, namun terkadang tatkala sesuatu benda yang ada di diri kita itu di rusak oleh tetangga kita, kita menjadi lebih liar, kadang penyelesaian permasalahan rusaknya barang kita oleh tetangga kita atau orang lain menjadi panjang. Tahukah kawan, mengapa kita sangat marah tatkala kita melihat sesuatu yang ada pada diri kita ini sedikit di rusak oleh orang lain, bagi saya ini karena kita terlalu merasa memiliki apa yang telah Allah titipkan pada kita. Apapun itu, pasti yang terdapat pada diri kita, semuanya adalah titipan, suatu saat pasti akan diambil lagi oleh pemiliknya, terserah Allah, kapan pun mau Dia ambil titipannya, kita harus ikhlas, karena memang itu bukan miliki kita.

Malam tadi, banyak sekali hal yang saya dapatkan oleh sang Ibu yang sudah terlihat sendu tatapan matanya. Tak terasa, jam pun hampir menunjukkan pukul sembilan malam, "tangkapan" yang kami buru tidak muncul-muncul. Memang belum agak malam sih, tapi mengingat saya besok ada tugas pagi-pagi, maka harus saya pending perburuan ini. Akhirnya, kami pun pamit pulang kepada Ibu pemilik warung.

Ada satu yang berkesan pada malam ini, diantara gelapnya dan kumuhnya rumah-rumah di kolong jembatan, masih ada sang Ibu yang siap memberikan cahayanya untuk menerangi kegelapan manusia kolong jembatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun