Sebenarnya kabar akan dipecatnya Shin Tae-yong (STY) sudah lama beredar, terutama setelah Timnas Indonesia kalah 1-2 dari China pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Qingdao, China, 15 Oktober 2024. Kekalahan yang membuat perjuangan Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 menjadi lebih sulit.
Namun pengumuman Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bahwa STY tak lagi menjadi pelatih Timnas Indonesia pada 6 Januari 2025, tetap terasa mengejutkan dan menuai pro dan kontra.
Rasanya seperti tidak percaya bahwa PSSI memberhentikan seorang pelatih sepakbola yang berhasil membawa perubahan total bagi timnas Indonesia. STY tidak sekadar pelatih timnas Indonesia, ia juga merupakan arsitek pembaruan sepakbola modern Indonesia yang memiliki rekam jejak luar biasa.
STY membawa pendekatan modern kepada sepakbola Indonesia dengan membangun disiplin, mental baja, dan taktik yang efektif.
STY juga menerapkan pola latihan yang intensif dan standar profesional yang tinggi, ia menanamkan filosofi permainan berbasis kerja sama yang solid dan permainan cepat.
Hasilnya, Indonesia bukan lagi tim yang dipandang sebelah mata. Berkat tangan dinginnya, timnas Indonesia sukses menembus babak 16 besar Piala Asia untuk pertama kalinya. Untuk pertama kalinya pula timnas Indonesia lolos hingga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, padahal sebelumnya untuk bisa lolos dari babak pra kualifikasi saja sangat sulit.
Semua pencapaian seperti tersebut di atas bukan hanya menjadi catatan sejarah tersendiri bagi persepakbolaan Indonesia, tetapi juga menunjukkan bahwa perkembangan sepak bola nasional bukanlah mimpi kosong. STY memberikan rasa percaya diri kepada para pemain Indonesia bahwa mereka mampu berdiri sejajar dan mampu bersaing di panggung besar Asia.
Melalui pencapaian-pencapaiannya, STY menunjukkan keberhasilannya memperbaiki citra Indonesia di kancah sepak bola dunia. Peringkat FIFA Indonesia melonjak signifikan di bawah kepemimpinannya. Ketika STY pertama kali menangani timnas pada 2019, Indonesia berada di peringkat FIFA yang sangat rendah, yaitu posisi ke-173, berada di bawah rival regional seperti Malaysia dan Vietnam. Kini Indonesia berada di peringkat ke-127.
Hal lain yang patut juga dicermati adalah STY bukan sekedar meninggalkan warisan berupa prestasi tetapi juga filosofi sepak bola modern yang bisa menjadi fondasi untuk masa depan. STY meninggalkan pola permainan yang lebih terorganisir, fokus pada pembinaan pemain muda, hingga penguatan mental pemain adalah beberapa nilai yang perlu dijaga oleh penerusnya. STY menunjukkan kepada Indonesia bahwa perubahan besar membutuhkan waktu, dedikasi, dan kesabaran.
Kini keputusan pemecatan STY sudah diambil oleh PSSI yang memiliki hak preogratif untuk memilih dan menetapkan seorang pelatih timnas Indonesia. Keputusan PSSI mungkin sulit diterima, tetapi bukan berarti kontribusi STY dilupakan. Saatnya move on menapaki jalan pencapaian sepakbola Indonesia yang baru, yang bisa jadi akan semakin mendunia atau sebaliknya. Sepak bola Indonesia tidak boleh berhenti bermimpi. Dengan fondasi yang telah dibangun STY, masa depan yang lebih cerah bukanlah hal yang mustahil.