Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alasan Pendiri Kerajaan Inggris Menulis Buku

20 September 2024   07:53 Diperbarui: 20 September 2024   08:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosol Raja Alfred dalam Film The Last Kingdom,  sumber gambar: Netflix

Baru-baru ini saya selesai menonton serial film The Last Kingdom di salah satu kanal televisi berbayar. Film ini bercerita tentang perjuangan Raja Alfred dari Kerajaan Wessex untuk menyatukan banyak kerajaan yang ada di sekitarnya menjadi suatu kerajaan besar yaitu Kerajaan Inggris.

Salah satu bagian menarik dari film ini adalah ketika diceritakan upaya Raja Alfred untuk menuliskan semua langkah perjuangannya membentuk Kerajaan Inggris ke dalam buku. Setiap hari dengan dibantu para pendeta,  Raja Alfred menuliskan kisah perjuangannya membangun Kerajaan Inggris ke  dalam kertas-kertas lebar. Menarik, karena di tengah situasi pada saat, dimana hanya segelintir orang yang bisa menulis dan membaca, sudah ada kesadaran untuk menulis dan membuat buku.

Saat ditanya oleh sahabatnya mengenai alasan menuliskan semua kisah perjuangannya, Alfred menjawab bahwa dengan menuliskan perjuangan dalam buku maka kisah perjuangannya akan dibaca dan diketahui oleh generasi penerusnya di masa depan.

“Dengan menuliskan kisah saya ke dalam buku, maka keturunan saya dan masyarakat luas di masa seratus tahun ke depan atau bahkan lebih, akan bisa mengetahui perjuangan saya saat ini. Seperti kita melihat pemandangan di luar kamar lewat jendela, maka lewat buku yang saya tulis, mereka yang hidup di masa depan bisa melihat perjuangan saya di masa sekarang,” ujar Raja Alfred.

“Tapi kan kisah-kisah perjuangan kita bisa diceritakan oleh keluarga dan sahabat kita, termasuk keturunan kita, dari mulut ke mulut. Mereka akan tahu apa yang kita telah kerjakan atau perjuangkan,” sanggah sahabatnya

“Benar, kisah-kisah kita bisa disampaikan secara lisan, tetapi berapa lama dan apakah bisa dipastikan cerita-cerita yang disampaikan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Sangat mungkin terjadi, cerita-cerita yang disampaikan akan terjadi perubahan seiring jalannya waktu. Belum lagi, ketika bercerita, seseorang bisa bercerita berdasarkan versinya masing-masing,” jawab Raja Alfred.

“Kamu tahu? Seratus tahun ke depan, sangat boleh jadi tidak akan ada orang yang tahu perjuanganmu atau jasa-jasa mu membantu Kerajaan Wessex membangun Kerajaan Inggris jika tidak ada namamu dalam buku,” tambah Raja Alfred.   

“Tapi walau cerita kita dituliskan ke buku, semua cerita yang kita tuliskan bisa hilang kalau buku-buku tersebut dibakar atau terbakar,” ujar sahabatnya lagi

“Ya kita jaga dong agar buku-buku yang sudah ditulis tidak sampai terbakar apalagi sampai dibakar,” jawab Raja Alfred dengan tenang menjawab kengeyelan sahabatnya.

Dari dialog (yang ditulis dalam versi bebas) di atas yang mencerita tentang upaya Raja Alfred dalam menuliskan perjuangannya ke dalam buku, saya pun teringat akan adagium yang menyebutkan bahwa "Buku adalah jendela dunia". Adagium singkat namun memiliki makna yang mendalam.

Seperti jendela, maka lewat buku seseorang akan dapat melihat pemandangan di luar kamarnya. Begitu pun dengan menulis buku, ketika buku selesai ditulis dan diterbitkan, maka seseorang dapat melihat berbagai hal di dalam buku tersebut.

Dari kisah Raja Alfred pula penulis diingatkan mengenai 8 (delapan) alasan menulis buku, yaitu:

1. Berbagi kisah: Menulis buku memberikan kesempatan berbagi kisah (kalau kata anak sekarang Narsis) tentang topik apa pun yang bisa dibayangkan seperti sejarah, pengetahuan, filsafat, atau hobi.

2. Peningkatan Kosakata: Membaca buku dan kemudian menulis buku membantu meningkatkan kosakata yang lebih luas, meningkatkan keterampilan komunikasi dan pemahaman tentang suatu hal atau banyak hal.

3. Peningkatan Memori: Penelitian menunjukkan bahwa membaca dan menulis dapat membantu mempertajam memori dan fungsi kognitif seseorang, menjaga pikiran seseorang tetap aktif dan terlibat.

4. Pengurangan Stres: Duduk sambil membaca buku yang bagus dan kemudian menuliskannya kembali bisa menjadi bentuk pelarian mental, menawarkan penangguhan sementara dari kecemasan sehari-hari dan kesempatan untuk melepas lelah.

5. Peningkatan Fokus dan Konsentrasi: Di dunia yang serba cepat dan penuh dengan gangguan, membaca dan kemudian menuliskannya kembali dapat memperkuat kemampuan seseorang untuk fokus dan berkonsentrasi dalam waktu lama.

6. Empati dan Perspektif: Menjadi karakter fiksi memungkinkan seseorang mengembangkan empati dan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang perspektif yang berbeda.

7. Peningkatan Kreativitas: Membaca dan menulis buku merupakan salah satu cara memaparkan ide-ide dan proses berpikir baru, yang berpotensi memicu kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah yang dihadapi.

8. Meningkatkan keterampilan menulis yang Lebih Kuat: Membenamkan diri dalam prosa yang ditulis dengan baik dapat meningkatkan gaya menulis, struktur kalimat, dan kejelasan komunikasi Anda secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun