Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Rindu Rasul, Rasul Rindu Kita?

16 September 2024   17:58 Diperbarui: 16 September 2024   20:51 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

Begitu cuplikan lagu berjudul "Rindu Kami Padamu Ya Rasul" atau "Rindu Rasul" yang dipopulerkan Bimbo pada tahun 1980-an. Lagu lawas yang liriknya dibuat oleh sastrawan Taufik Ismail selalu diputar setiap memasuk bulan Ramadan dan kini ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (16/09/2024). Di berbagai media sosial, khususnya Instagram dan TikTok berbagai konten ucapan selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menyertakan lagi Rindu Rasul sebagai backsound.

Melalui lagu Rindu Rasul ini, umat Muslim diajak untuk bersalawat pada Rasullulah Muhammad SAW. Melalui lagu ini kita diingatkan akan adanya kerinduan yang besar dari umat Islam terhadap sosok Rasullulah Muhammad SAW, meski tidak pernah berjumpa dengannya. Umat Islam saat ini adalah mereka yang lahir jauh setelah Rasulullah SAW wafat. Namun, mereka sangat mencintai dan merindukan Rasulullah SAW.

Rasullulah Muhammad SAW merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam dan menjadi sosok panutan yang paling istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Beliau membawa Islam menjadi agama yang cinta damai dan mengajarkan kebaikan bagi para pengikutnya, Islam rahmatan lil alami.

Tidak mengherankan walaupun Rasullulah Muhammad SAW telah wafat sekian lama, namun sosoknya selalu dirindukan. Ajaran baiknya dan peninggalannya mukjizatnya berupa kitab suci Al-Qur'an adalah salah satu warisan yang menjadi penunjuk kebaikan bagi umat islam di seluruh dunia saat ini.

Melalui Al Quran, umat Muslim dapat melihat sosok Nabi Muhammad SAW karena hakikat Nabi Muhammad SAW adalah Al Quran. Seperti dikatakan Aisyah RA "Hakikat Nabi SAW adalah Al-Qur'an" (HR Muslim). Melalui Al Quran kita bisa melihat 4 sosok Rasullulah Muhammad SAW yaitu Siddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Fatonah (cerdas) dan Tablig (menyampaikan). Sosok yang harus ditiru dan diteladani

Selanjutnya, apabila dari cuplikan lagu Rindu Rasul terlihat adanya kerinduan yang kuat dari semua Umat Muslim yang bertakwa, meskipun tidak pernah berjumpa, pertanyaannya kemudian adalah apakah Rasullulah Muhammad SAW rindu akan kepada kita, umatnya?

Apabila pertanyaan tersebut diajukan kepada kita, maka tidak ada keraguan sedikitpun tentang cinta dan kerinduan Rasullulah Muhammad SAW kepada umatnya. Saking cintanya kepada umatnya, Rasulullah Muhammad SAW selalu mendoakan umatnya dan menghabiskan waktunya untuk kemaslahatan umatnya.

Rasullulah Muhammad SAW adalah sosok manusia paling penyayang dan berhati lembut. Saking cintanya kepada umatnya, beliau selalu mendoakan umatnya dan menghabiskan waktunya untuk kemaslahatan umatnya, bukan memikirkan dirinya atau keluarganya. Salah satu bukti kecintaan Rasulullah SAW kepada umatnya diceritakan dalam satu riwayat.

Beliau berkata kepada para sahabat sangat rindu bertemu umatnya. "Apakah kita rindu Rasullulah sebagaimana beliau merindukan kita sebelum kita berada di dunia?"

Menukil satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: "Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku)."

Kemudian para sahabat bertanya: "Apakah maksud engkau berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? Abu Bakar radhiyallahu 'anhu bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai memenuhi pikirannya.

Rasulullah SAW menggelengkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum, kemudian bersabda: "Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku." Suara Baginda Rasulullah bernada rendah.

"Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain.

Rasulullah Muhammad SAW melanjutkan sabdanya: "Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tetapi mereka beriman padaku dan mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku." (Ibnu Asakir 30/137, Kanzul Ummal, 14/48)

Subhanallah, kerinduan Rasullulah Muhammad SAW sebagaimana diceritakan dalam riwayat di atas benar-benar mengguncang hati kita terutama bagi mereka yang beriman kepada beliau. Meski menjadi pemimpin umat manusia dan pemilik kemuliaan, beliau tidak segan-segan menyatakan kerinduannya kepada umatnya.

Lalu bagaimana cara kita agar dapat berjumpa dengan Rasullulah Muhammad SAW dan menuntaskan kerinduan terhadap beliau?

Dalam berbagai kesempatan pengajian, banyak kiai dan ustad yang memberi nasehat kepada umat Muslim untuk berusaha jujur dan berusaha meniru keseharian beliau jika ingin berjumpa Rasullulah. Perbanyak pula shalawat dan istiqamah-lah menjaga amalan yang disunnahkan beliau.

"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab: 56)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun