Sudah sekitar 5 lima minggu saya bertugas di Tawau, Sabah, Malaysia, sebuah kota di negara bagian Sabah, Malaysia. Tawau kini merupakan kota ketiga terbesar di Sabah setelah Kota Kinabalu dan Sandakan.
Selama itu pula saya sudah beberapa kali mengunjungi Community Learning Center (CLC) yang lokasinya berada di tengah perkebunan sawit, jauh dari keramaian kota.
CLC adalah suatu tempat kegiatan belajar yang dibentuk sesuai kesepakatan (MOU) antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia di tahun 2011, guna memberikan akses pendidikan kepada anak-anak pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di perkebunan/peladangan sawit di Malaysia.
Saya antara lain pernah mengunjungi sebuah CLC di Kinabatangan, Lahad Datu, yang untuk mencapai kesana dibutuhkan waktu sekitar empat jam perjalanan dari Bandar Tawau.
Pertama, saya mesti menyusuri jalan nasional sepanjang sekitar 153 km dari Bandar Tawau ke Lahad Datu. Jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 45 menit di atas jalan raya beraspal yang relatif mulus namun agak berkelok-kelok dan naik turun.
Dari Lahad Datu, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan tanah naik turun ke lokasi perkebunan sawit di Pintasan 2 Kinabatangan. Jalan tanah yang dikelilingi pohon-pohon sawit tersebut ditempuh selama sekitar satu setengah jam.
Beruntung hari itu sangat cerah sehingga tidak becek. Hanya saja, debu-debu berterbangan ketika kendaraan yang kami tumpangi melaju di atasnya.
Setiba di lokasi, tampaklah sebuah bangunan "sekolah" berlantai dan berdinding papan dengan beberapa ruang kelas dan sebuah ruang guru.Â
Menurut Senior Plantation Control Syarikat Kwantas Plantation, sebuah perusahaan perkebunan yang mengelola Kawasan Pintasan 2 Kinabatangan tersebut, Sri Renganathan S Muthiah, bangunan tersebut merupakan bangunan sementara, yang nantinya akan digantikan oleh sebuah bangunan permanen yang saat ini tengah dibangun dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2024 ini.
Di CLC di Kinabatangan ini sendiri terdapat sekitar 30-50 orang pelajar yang diajar seorang guru bina dan dua orang guru pamong.