Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gus Dur dan Hamba Amatiran

21 Juni 2024   08:04 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:06 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Berdialog" dengan Gus Dur, sumber gambar: dokpri Aris Heru Utomo

""Jika Anda masih terganggu dengan pujian dan hinaan manusia, Anda masih hamba amatiran," begitu kata-kata yang tertulis di sebuah lukisan bergambar Gus Dur yang tertempel di dinding warung Wedangan Cangkir Blirik yang berlokasi di Jalan Banyuanyar Selatan Nomor 22B, Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Solo.

Narasi dari Gus Dur yang dituliskan di lukisan tersebut tentu saja menarik perhatian. Siapa tidak mengenal sosok Gus Dur yang memiliki nama lengkap Abdurrahman Wahid?. 

Beliau adalah Presiden ke-4 Indonesia yang menjabat di awal-awal berdirinya era reformasi pasca peristiwa besar demo dan krisis besar tahun 1998 serta dikenal sebagai bapak pluralisme Indonesia.

Gus Dur dilahirkan pada tanggal 7 September 1940 dan meninggal pada tanggal 30 Desember 2009. Beliau adalah cucu dari pendiri Nahdatul Ulama dan Pahlawan Nasional Indonesia, KH. Hasyim Asy'ari.

Beliau memiliki jasa besar dalam mendamaikan dan menstabilkan keadaaan politik, ras, dan agama pasca peristiwa 1998. Sosoknya begitu diagungkan dan dikenal sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai pribadi yang revolusioner dan mampu menyatukan segala perbedaan yang ada di masyarakat.

Ketika menjabat sebagai Presiden RI, Gus Dur menghapuskan larangan terkait kaum minoritas seperti Tionghoa sehingga mereka akhirnya dapat tinggal di Indonesia dengan aman dan tentram berdampingan dengan masyarakat asli Indonesia.

Di samping sosoknya sebagai pribadi yang revolusioner, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh yang humoris dan kerap melontarkan guyonan, bahkan kepada petinggi negara lain. Meskipun lucu, humor Gus Dur ternyata memiliki makna mendalam dan masih dikenang masyarakat hingga sekarang, salah satunya seperti yang tertulis di lukisan yang terdapat di Warung Cangkir Blirik tersebut.  

Kata-katanya mengenai hamba amatiran karena orang tersebut masih terganggu dengan pujian dan hinaan manusia, menunjukkan kedalaman beliau dalam memahami manusia. 

Di balik kata-katanya yang terkesan lucu tersebut, Gus Dur sepertinya ingin mengingatkan bahwa seseorang sebaiknya bersikap profesional dengan tidak terbuai dengan pujian dan hinaan. Seseorang harus mampu mengetahui makna di balik pujian dan hinaan yang diterimanya. Seseorang jangan mabuk kebayang karena pujian, terlena dengan kejumudan diri, angkuh akibat tak pernah ngaji, kemaruk meski sudah diuji dan lupa diri akibat tak pernah berkaca diri.

Gus Dur juga tampaknya ingin mengatakan bahwa manusia juga seringkali tipis telinga, suka sakit hati, mudah merajuk, pendendam, tak pernah sadar diri. Tak tahan mendengar kritik dan masukan yang ditujukan pada diri kita. Padahal kritik dan saran dapat membuat seseorang sadar dan taubat dari salah dan khilaf.

Meskipun kritikan diperbolehkan, kiranya perlu dilihat jenis kritikan yang disampaikan. Apabila kritikan untuk perbaikan maka itu sesuatu yang mulia. Tapi jika celaan membabi buta karena sentimen pribadi apalagi golongan, karena beda pandangan atau pilihan, maka tak ada kewajiban untuk didengarkan malahan wajib untuk ditegur dan diingatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun