Nabi Ibrahim AS meyakini bahwa kemuliaan seseorang di mata Allah SWT bukan karena kekayaaan atau pangkatnya, tetapi karena keikhlasanya dalam menjalankan setiap perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim AS meyakini bahwa yang kekal adalah keikhlasan, bukan harta kekayaan atau pangkat seseorang. Â
Oleh karena itu Nabi Ibrahim AS menunjukkan keikhlasannya dalam melaksanakan perintah Allah SWT dengan mengurbankan putra tercintanya Ismail, yang kelahirannya sangat ditunggu-tunggu oleh  Nabi Ibrahim AS dan istrinya Siti Hajar.
Kedua, ketaatan Nabi Ibrahim AS dan keluarga terhadap perintah Allah SWT. Ketika mendapat perintah dari Allah SWT melalui mimpi, Nabi Ibrahim AS segera menyampaikan perihal mimpi tersebut kepada putranya Ismail. Sang putra pun langsung menjawab dengan ketaatan dan keikhlasan atas perintah Allah SWT. Ismail yang memandang ayahnya, Ibrahim, sebagai sosok yg mulia dan sangat dihormati. tanpa ragu melaksanakan perintah Allah SWT, meskipun dirinya sendiri yang akan menjadi kurban.
Bukan hanya Ismail, ibunya pun merupakan sosok yang mulia dan ikhlas menjalankan perintah Allah SWT. Siti Hajar merupakan sosok yang mampu menjaga kehormatan diri dan patuh kepada suami dan perintah Allah SWT. Sanggup ditinggalkan oleh Ibrahim atas perintah Allah SWT demi kebaikan. Berjuang mencari air untuk anaknya Nabi Ismail.
Tidak mengherankan bila Allah SWT memberikan penghargaan kepada Siti Hajar untuk dapat dengan leluasa masuk surga dari pintu manapun.
Selain Siti Hajar, sebenarnya terdapat pula sosok penting dan tangguh dalam kehidupan Nabi Ibrahim AS dan keluarga yang namanya tidak banyak disebutkan yaitu istri pertama Nabi Ibrahim AS, Siti Sarah. Tanpa pengorbanan dan ketulusan Siti Sarah, tidak mungkin Nabi Ibrahim AS dapat menikahi Siti Hajar.
Siti Sarah yang sudah lama berumahtangga bersama Nabi Ibrahim AS, belum juga dikaruniai keturunan, padahal usianya sudah semakin lanjut. Oleh karena itu, ia khawatir bahwa tidak akan ada keturunan yang dapat mewarisi kenabian dari Nabi Ibrahim AS. Oleh karena itu pula, Siti Sarah lah yang dengan tulus meminta Nabi Ibrahim AS untuk menikah lagi dan pilihan jatuh pada Siti Hajar.
Atas karunia Allah SWT, Siti Sarah yang awalnya tidak bisa hamil hingga usia lanjut, pada akhirnya hamil dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Ishak, tidak lama setelah kelahiran Ismail. Seperti halnya Ismail yang kemudian menjadi nabi, Ishak pun kemudian menjadi nabi. Nabi Ishak kemudian memiliki anak yang bernama Nabi Yakub dan kemudian nabi-nabi Bani Israil berikutnya.
Ketiga, Nabi Ibrahim AS dan keluarganya merupakan sosok-sosok yang bersedia berkurban secara paripurna sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam Al Kautsar ayat 2 "Fa salli li rabbika wanhar." (Artinya: Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
Disini Khotib mengingatkan bahwa dalam kehidupan manusia yang paling berharga adalah waktu sehingga di tengah kesibukan apapun, jangan pernah meninggalkan sholat. Karena pada akhirnya yang dihisab dari seseorang adalah sholatnya. Kalau sholatnya rusak maka rusaklah semuanya. Sholat merupakan benteng terakhir karena itu evaluasilah sholatnya.
Di akhir khotbahnya, Khotib berwasiat mengenai pentingnya memahami dan meneladani jejak Nabi Ibrahim AS dan keluarga dengan melepaskan segala ego dalam diri dengan penuh keikhlasan, ketaatan dan penuh pengorbanan.